tag:blogger.com,1999:blog-13627259095582313202024-02-28T14:38:19.278-08:00Jurnal GustonBlog ini memuat jurnal kajian keislaman meliputi:pendidikan,management,filsafat,psikologi,tasawuf,dllDr. KH. Djoko Hartono, S.Ag, M.Ag, M.Mhttp://www.blogger.com/profile/14742899674845229309noreply@blogger.comBlogger15125tag:blogger.com,1999:blog-1362725909558231320.post-48851160122126364112014-09-17T02:48:00.002-07:002014-09-17T02:48:30.950-07:00Spiritualis Sebagai Aset Baru di Tubuh Organisasi Sukses Oleh: Dr. Djoko Hartono, S.Ag, M.Ag, M.M<div class="post-body entry-content" style="color: #585858; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; margin-top: 15px;">
<div dir="ltr" trbidi="on">
<div style="text-align: center;">
<b>Abstraksi</b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 19.5px; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 19.5px; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
Manusia adalah makhluk yang paling sempurna jika dibandingkan dengan makhluk-makhluk yang lain. Di samping bentuk fisiknya yang indah, ketinggian derajatnya dikarenakan ia beri akal fikiran serta kesadaran akan dirinya hingga mampu memberdayakan potensi fitrahnya sebagai manusia yang beriman dan beramal saleh. Kondisi semacam ini mengangkat dirinya memiliki predikat sebagai Abdullah dan sekaligus Khalifah Allah.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 19.5px; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
Kesempurnaannya sebagai manusia nan ideal ini dikarenakan sebagai insan yang beriman hatinya senanti dekat dan hadir di hapan Allah sedang di sisi lain ia tetap melaksanakan tugas mengelola, melestarikan alam dan menjalin interaksi dengan sesama manusia. Ia menjadi sosok yang berenergi dan semangat untuk berkarya dengan disiplin yang tinggi, dinamis, dan optimis dalam menjalani kehidupan di dunia sebagai realisasi pengabdiannya kepada Allah. Ia merupakan sosok manusia yang bertakwa sejati.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 19.5px; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
Melihat kondisi spiritualis seperti uraian di atas maka sangat patut dan seyogyanya para spiritualis dijadikan sebuah aset untuk dimiliki dan dikembangkan di tubuh organisasi apa saja yang menginginkan kesuksesan.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 19.5px;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 19.5px;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 19.5px;">
<b><span lang="FI">Kata Kunci:</span></b><span lang="FI"> Spiritualis, Aset, Organisasi.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 19.5px;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 19.5px;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 19.5px;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 19.5px; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<b>A.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></b><b>Pendahuluan.</b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 19.5px; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
Manusia sempurna ini sejatinya predikat yang dimiliki para spiritualis akhibat dari kedalaman dimensi esoterik yang dimilikinya. Manusia yang menyandang predikat di atas (<i>the perfect man/insan kamil</i>) merupakan sosok spiritualis yang dari dalam dirinya terpancar sifat dan asma Allah yang kemudian diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu keberadaan manusia sempurna (<i>the perfect man/insan kamil</i>) di dunia ini sesungguhnya dipandang sebagai khalifah Allah dan merupakan pengganti-Nya untuk menjadi penguasa, mengelola dan melestarikan alam ini agar terjadi kelangsungan hidup yang damai, aman, sejahtera yang penuh rahmat Allah.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 19.5px; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
Untuk itu dalam realita empirik, manusia sempurna (<i>the perfect man/insan kamil</i>) ini akan menjadi fenomena dan paradigma baru mewarnai dan muncul dalam tubuh organisasi modern baik pada level lokal, nasional bahkan internasional. Mereka menjadi sadar bahwa terwujudnya diri menjadi manusia yang sempurna menjadi kebutuhan dan dambaan setiap manusia. Predikat sebagai manusia yang sempurna nan ideal tentu tidak akan mampu dimiliki manusia jika ia tidak mampu memberdayakan potensi dirinya sebagai makhluk religius yang spiritualis.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 19.5px; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
Spiritualis sebagai manusia sempurna ini akan senanatiasa mengarahkan dirinya agar tidak tejerembab dalam alam metafisik <i>an sich</i> tanpa mau merubah untuk menuju sikap yang lebih berorientasi ke realita empirik. Hatinya tetap hadir di hadapan Allah sedang secara lahiriyah ia tetap bersemangat untuk berkarya dengan disiplin yang tinggi karena ia sadar akan tugasnya sebagai khalifah Allah di muka bumi. </div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 19.5px; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
Untuk itu manusia sempurna (<i>the perfect man/insan kamil</i>) ini bisa dibilang sebagai manusia yang ideal. Dalam dirinya terinternalisasi sifat dan Asma Allah yang akan terefleksikan dalam kesadaran murni akan peranannya untuk menjadi manusia yang kreatif, dinamis, dan senantiasa berkarya untuk memberi kemanfaatan tidak hanya untuk dirinya pribadi tetapi lebih luas mampu memberi makna yang berarti untuk seluruh makhluk.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 19.5px; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<b>B.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></b><b>Pembahasan.</b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 19.5px; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<b>1.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></b><b>Islam dan spiritualitas</b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 19.5px; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
Sebelum uraian tentang Islam dan spiritualitas dibahas lebih mendalam nampaknya perlu diketahu terlebih dahulu makna spiritualitas itu sendiri. Spiritualitas dalam bahasa Inggris <i>Spirituality,</i> yang berasal dari kata<i>spirit</i> berarti roh atau jiwa. Adapun dalam aplikasinya spiritualitas adalah dorongan bagi seluruh tindakan manusia. (Ahmad Suaedy, 2004: 202)<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn1" name="_ftnref1" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FI"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FI" style="font-size: 12pt;">[1]</span></span></span></span></a>Spiritualitas sesungguhnya mengandung pengertian hubungan manusia dengan Tuhannya. (M. Uhaib As’ad dan M. Harun al-Rosyid, 2004: 340)<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn2" name="_ftnref2" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FI"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FI" style="font-size: 12pt;">[2]</span></span></span></span></a>Pemaknaan ini kemudian diintroduksi oleh nyaris seluruh pemikir spiritual dalam pemahaman makna keyakinan-keyakinan dalam konteks sosial mereka. (Bryan S. Turner, 1991: 17)<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn3" name="_ftnref3" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FI"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FI" style="font-size: 12pt;">[3]</span></span></span></span></a> Adapun pada konteks keislaman hubungan manusia dengan Tuhan ini dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen (medium) salat, puasa, zakat, haji, do’a dan yang lainnya.(M. Uhaib As’ad dan M. Harun al-Rosyid, 2004: <span lang="ES">340</span>)<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn4" name="_ftnref4" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FI"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FI" style="font-size: 12pt;">[4]</span></span></span></span></a></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 19.5px; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
Tobroni (2005: 19-20) dalam hal ini juga menjelaskan bahwa spiritualitas adalah aktivitas manusia yang bermuara kepada kehakikian, keabadian, dan ruh, bukan bersifat sementara. <span lang="SV">Dalam perspektif Islam, spiritualitas senantiasa berkaitan langsung dengan realitas Ilahi. </span><span lang="FI">Spiritualitas bukan sesuatu yang asing bagi manusia, karena merupakan inti kemanusiaan itu sendiri. Hal ini karena dalam diri manusia ada dua unsur yakni jasmani dan ruhani.</span><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn5" name="_ftnref5" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="SV"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="SV" style="font-size: 12pt;">[5]</span></span></span></span></a></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 19.5px; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="FI">Islam sesungguhnya agama yang mengajarkan tidak hanya menyangkut lahiriyah semata. Perihal yang menyangkut spiritualitas mendapat perhatian pula. Menurut Harun Nasution, spiritualitas yang dilakukan seseorang mempunyai tujuan memperoleh hubungan langsung dan disadari dengan Tuhan. </span><span lang="SV">Intisarinya adalah kesadaran akan adanya komunikasi dan dialog antara roh manusia dengan Tuhan. (Harun Nasution, 1973: 56)<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn6" name="_ftnref6" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="SV" style="font-size: 12pt;">[6]</span></span></span></a> Untuk itu sejatinya Islam ini merupakan ajaran bersumber dari wahyu yang sarat dengan nilai spiritual karena diturunkan Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw. (Choiruddin Hadhiri SP, 1994: 201-2, 205-6)</span><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn7" name="_ftnref7" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FI"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FI" style="font-size: 12pt;">[7]</span></span></span></span></a><span lang="SV"> Hal ini terbukti banyak ayat yang menjelaskan hubungan manusia dengan Tuhannya karena hal ini merupakan fitrah insani. (Choiruddin Hadhiri SP, 1994: 33)</span><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn8" name="_ftnref8" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FI"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FI" style="font-size: 12pt;">[8]</span></span></span></span></a><span lang="FI"> </span><span lang="SV"> </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 19.5px; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="SV">Dalam hal ini Hadiri (1994) mengklasifikasi paling tidak ada sebelas ayat dalam enam surat yang membahas bahwa al-Qur’an berasal dari Allah Swt, salah satu di antaranya terdapat dalam al-Qur’an, 13 (ar-Ra’d): 1. Selanjutnya Hadhiri SP juga mengklasifikasi sedikitnya ada dua belas ayat dalam empat surat yang menjelaskan bahwa al-Qur’an bukan buatan Muhammad Saw. Demikian pula keummian Muhammad juga menunjukkan bahwa al-Qur’an berasal dari Allah yang dibawa turun oleh Jibril ke dalam hati Nabi Muhammad atau Jibril menampakkan rupa aslinya dan menjelma berupa orang laki-laki.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 19.5px; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="SV"> Disadari atau tidak sesungguhnya manusia akan merindukan Sang Pencipta dan Pelindungnya. (</span><span lang="ES">al-Qur’an, az-Zumar: 8</span><span lang="SV">)</span><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn9" name="_ftnref9" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FI"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FI" style="font-size: 12pt;">[9]</span></span></span></span></a><span lang="SV"> Suara fitrah muncul terdengar, dan menjerit memanggil Tuhannya manakala manusia dihadapkan malapetaka, kesulitan yang dahsyat. Pada saat itulah manusia menjadi patuh tunduk, khusyuk, tawakal dan tidak ingkar kepada-Nya. (</span><span lang="ES">al-Qur’an, Luqman: 32</span><span lang="SV">)</span><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn10" name="_ftnref10" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FI"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FI" style="font-size: 12pt;">[10]</span></span></span></span></a></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 19.5px; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="SV">Untuk itu sebagai penerima dan penyampai ajaran wahyu, sudah barang tentu Muhammad Saw adalah figur yang sangat sarat dan sempurna spiritualitasnya. Pada dirinya tidak hanya ditemukan pengalaman spiritualitas, tetapi metode spiritual yang dipraktikkan sebagai kebiasaan. Dalam dirinya ada unsur yang tidak dapat dijelaskan kecuali dari sisi spiritual. Muhammad Saw meraih hasil luar biasa melalui sebab yang tidak bisa lepas dari keberadaan dan praktek spiritualitas. (</span><span lang="ES">John Clark Archer B.D, </span><span lang="SV">2007: x)</span><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn11" name="_ftnref11" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[11]</span></span></span></a><span lang="SV"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 19.5px; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
Ketika seorang spiritulis ini sangat dekat dengan Allah maka ia senantiasa melakukan hubungan yang membuahkan komunikasi sangat indah, akrab dan penuh kecintaan (<i>mahabbah</i>). Tentu saja semua ini harus diawali dengan pengetahuan dengan hati sanubari akan Allah<i> </i> (<i>ma’rifah</i>) terlebih dahulu atau sebaliknya <i>mahabbah</i> dahulu, baru akan naik pada<i>maqam</i> atau merasakan keadaan (<i>hal</i>) <i>mahabbah</i> atau sebaliknya<i> ma’rifat</i>.<st1:place w:st="on">Ada</st1:place> pula yang berpendapat bahwa <i>mahabbah </i>dan <i>ma’rifat</i> kembar dua yang selalu disebut bersama. <span lang="SV">Keduanya menggambarkan kedekatan hubungan spiritualis dengan Tuhan dengan hati sanubarinya. </span>(<span lang="ES">Harun Nasution,</span> 1973<span lang="ES">: 75</span>)<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn12" name="_ftnref12" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FI"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FI" style="font-size: 12pt;">[12]</span></span></span></span></a><span lang="FI"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 19.5px; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="SV">Menurut Zunnun al-Misri (w. 860 M) bapak faham <i>ma’rifah</i> membagi tiga macam pengetahuan manusia tentang Tuhan yakni : (1) Pengetahuan awam : Tuhan satu dengan perantara ucapan syahadat (2) Pengetahuan ulama: Tuhan satu menurut logika akal (3) Pengetahuan sufi: Tuhan satu dengan perantaraan hati sanubari. (</span><span lang="ES">Harun Nasution,</span><span lang="SV"> 1973</span><span lang="ES">: 76</span><span lang="SV">)</span><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn13" name="_ftnref13" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FI"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FI" style="font-size: 12pt;">[13]</span></span></span></span></a><span lang="SV"> Pada saat spiritualis mencapai tingkat <i>ma’rifah</i> ini maka ia semakin dekat dan bertambah tinggi tingkatannya dengan Allah. Dalam keadaan dekat bersama Allah ini, maka Allah memberi janjinya bagi yang meminta pasti dikabulkan. (</span><span lang="ES">al-Qur’an, al-Baqarah: 186)</span><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn14" name="_ftnref14" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FI"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FI" style="font-size: 12pt;">[14]</span></span></span></span></a><span lang="FI"> </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 19.5px; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<b><span lang="FI">2.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></b><b><span lang="FI">Spiritualitas sebagai kebutuhan puncak manusia</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 19.5px; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
Manusia merupakan makhluk dualitas, berdiri di titik antara rasional dan irasional, di samping perannya sebagai makhluk sosial Untuk itu keseimbangan antara keduanya sangat diperlukan, kalau tidak ingin terjadi gejolak dalam diri manusia. Sebagai <i>homo religious, </i>maka kebutuhan spiritualitas sesungguhnya merupakan satu hal yang ada dalam dirinya atau paling tidak ada naluri yang mendorong manusia untuk cenderung mengakui adanya suatu Zat Adikodrati (Zat Yang Maha Tinggi). (<span lang="ES">Agus Hilman, 2005: 4</span>)<span class="MsoFootnoteReference"><i></i><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn15" name="_ftnref15" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[15]</span></span></a></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 19.5px; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
Dalam hal ini Hick (1989: 213-214) menyebutnya sebagai (<i>natural belief</i>) kepercayaan alami dan Hume, seperti yang dikutip Hick mengatakan “<i>natural belief in the existence of body” </i>kepercayaan alami ada dalam keberadaan badan, sedangkan Kai Nielsen menyebut sebagai (<i>framework beliefs</i>) kepercayaan ‘kerangka’. Selanjutnya Hick mengatakan “<i>that it occurs and seems to be firmly embedded in our human nature.”</i> Itu terjadi dan tampak melekat kuat dalam tabiat kita.<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn16" name="_ftnref16" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[16]</span></span></span></a> Sedangkan temuan Moh. Sholeh (2007: 185-186), ternyata persoalan spiritulitas yang dianggap irasional karena menyangkut kepercayaan dan keyakinan seseorang ternyata dapat dibuktikan secara ilmiah dan dapat dijadikan alternative untuk memperbaiki daya tahan tubuh imonulogik.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 19.5px; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
Adapun menurut Yosep Nuttin, spiritualitas merupakan salah satu dorongan yang bekerja dalam diri manusia seperti dorongan lainnya. Sejalan dengan hal itu maka spiritualitas hendaknya dipenuhi sehingga pribadi manusia mendapat kepuasan dan ketenangan, yang mana hal ini merupakan efek yang diberikan Tuhan dari hasil pengalaman ketuhanan manusia. Di sini sesungguhnya yang penting adanya suatu pengakuan walaupun secara samar, bahwa spiritualitas seseorang timbul karena adanya dorongan dari diri sebagai faktor dalam. Dalam perkembangan selanjutnya spiritualitas itu dipengaruhi pula oleh pengalaman spiritualitasnya dan berperan sejalan dengan kebutuhan manusia. (<span lang="FI">Jalaluddin dan Ramayulis,</span><span lang="FI"> </span><span lang="FI">1993: 71</span>)<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn17" name="_ftnref17" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[17]</span></span></span></a></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 19.5px; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
Perhatian terhadap dimensi spiritualitas sebagai kebutuhan pokok tingkat tinggi manusia<span style="font-size: 10pt; line-height: 20px;"> </span>ini nampaknya tidak banyak mendapat perhatian para pakar psikologi modern. Adapun jika kita mengacu pada konsep ajaran Islam maka seorang muslim yang baik sudah barang tentu tidak akan meninggalkan spiritualitas. <span lang="SV">Ajaran ini justru merupakan jawaban akan kebutuhan manusia sebagai makhluk yang memiliki dimensi batin di balik unsur jasmaniyah. Hal ini karena menurut Viktor Frankle seperti yang dikutib Hanna Djumhana Bastaman (1995: 36), eksistensi manusia ditandai oleh tiga faktor, yakni kerohanian<i> </i>(<i>spirituality</i>), kebebasan<i> </i>(<i>freedom</i>) dan tanggung jawab<i></i>(<i>responsibility</i>).</span><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn18" name="_ftnref18" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[18]</span></span></span></a></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 19.5px; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="SV">Sedangkan menurut Abraham Maslow, salah seorang pemuka psikologi humanistik yang berusaha memahami segi esoterik (rohani) manusia seperti yang dikutib Djamaluddin Ancok (1994: 49, 75) menyatakan bahwa kebutuhan manusia memiliki kebutuhan yang bertingkat dari yang paling dasar hingga kebutuhan yang paling puncak. Terpenuhinya kebutuhan puncak yang transenden oleh Maslow disebut <i>peakers</i>. Peakers memiliki berbagai pengalaman puncak yang memberikan wawasan yang jelas tentang diri mereka dan dunianya. Kelompok ini cenderung menjadi lebih spiritualis dan saleh.</span><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn19" name="_ftnref19" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[19]</span></span></span></a><span lang="SV"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 19.5px; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="SV">Kebutuhan akan spiritualitas ini sesungguhnya bersifat asasi dan menjadi fenomena yang telah berkembang dan dipraktekkan banyak kelompok masyarakat baik di negara Timur ataupun Barat. </span>Keberhasilan Jepang dan masyarakatnya misalnya, ternyata banyak diwarnai dengan ajaran <i>Budhisme Zen</i> yang menjunjung tinggi kemurnian dalam batin dan motivasi. Sedangkan di Amerika sekarang masyarakatnya mengalami peningkatan spiritualitas. Sebagian besar masyarakat Amerika mulai percaya bahwa Tuhan adalah kekuatan spiritual yang positif dan aktif. (<span lang="IN">Muafi, 2003: 4</span>)<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn20" name="_ftnref20" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[20]</span></span></span></a></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 19.5px; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
Perubahan ke arah spiritualitas dalam masyarakat Barat yang awalnya mengandalkan rasio sebagai kunci satu-satunya untuk memecahkan berbagai masalah dan menyangkal dunia Ilahi, saat ini mendapat sambutan antosias hingga muncullah gerakan <i>New Age</i> (zaman baru). <span lang="FI">Gerakan ini mencari suatu keseimbangan baru antara rasio dan jalan batin menuju sumber kehidupan <i>Ilahi</i>. Artinya unsur hati nurani dan rasionalitas menjadi semacam paradigma baru yang terus dikembangkan. (</span><span lang="IN">Jaspert Slob, 2004: 92-92</span><span lang="FI">)</span><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn21" name="_ftnref21" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[21]</span></span></span></a></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 19.5px; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="FI">Manusia dalam perspektif Islam sesungguhnya ditugaskan sebagai<i>khalifah </i>di muka bumi. (</span><span lang="IN">al-Qur’an, al-Baqarah: 30</span><span lang="FI">)</span><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn22" name="_ftnref22" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[22]</span></span></span></a><span lang="FI"> Sebagai konsekuensi mengemban amanah, manusia diberi kelebihan potensi dibandingkan dengan makhluk lain. Selain dibekali akal untuk berfikir, spiritualitas juga menjadi salah satu faktor penentu kesuksesannya mengemban amanah menjadi<i>khalifah.</i> Dalam hal ini Allah sampai bersumpah demi waktu, bahwa manusia akan mengalami kerugian (kegagalan) kecuali mereka yang beriman dan beramal salih. (al-Qur’an, </span><span lang="IN">al-Asr: 2-3</span><span lang="FI">)</span><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn23" name="_ftnref23" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[23]</span></span></span></a><span lang="FI"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 19.5px; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="FI">Sebagai konsekuensi keimanannya kepada Allah maka seorang mukmin memiliki tanggung jawab untuk melakukan ibadah baik yang fardu ataupun yang sunnah sebagai tambahan. I</span><span lang="IN">badat ini sejatinya adalah pelembagaan atau institusionalisasi iman.</span><span lang="FI"> (</span><span lang="IN">Nurcholish Madjid, 2000: 67</span><span lang="FI">)</span><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn24" name="_ftnref24" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[24]</span></span></span></a></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 19.5px; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="FI">Kesadaran akan pentingnya ibadah ini sesungguhnya akan memiliki efek positif agar menjadi manusia (<i>khalifah</i>) yang tidak mengalami kerugian dan kegagalan dalam menjalankan tugasnya. Untuk itu spiritualitas sesungguh menjadi kebutuhan setiap mukmin yang hendaknya terus dilakukan secara konsisten, istiqamah dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.</span><span lang="FI"> </span><span lang="IN">Dalam hal ini Nurcholish (2000: 67) juga menjelaskan bahwa ibadat khususnya salat merupakan salah satu sumber daya keruhanian manusia dalam menghadapi kesulitan, hal ini karena efeknya dapat meneguhkan hati, ketenangan jiwa yang melandasi optimisme dalam menempuh hidup yang sering tidak gampang, menumbuhkan kreatifitas dan daya cipta serta kepanjangan akal daya/banyak akal (<i>resourcefulness</i>) dalam mencari pemecahan masalah hidup.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 19.5px; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="IN">Spiritualitas yang dilakukan seseorang dengan baik dan ikhlas dalam pandangan Kazuo Murakami (2007: 14-15, 31-37) akan direspon oleh gen manusia hingga menyebabkan dirinya berkualitas dalam kehidupannya. </span><span lang="FI">Hal ini disebabkan gen itu menjadikan sel-sel berfungsi, sedangkan sel sendiri merupakan unit terkecil dari semua makhluk hidup. Gen ini pula yang memainkan banyak peran dalam kehidupan. Kemampuan seseorang sesungguhnya tidak muncul secara spontan melainkan tersimpan dalam gen. Untuk mengaktifkan gen caranya dengan menumbuhkan pikiran dan perasaan positif, peka, memunculkan inspirasi, syukur, doa, suka mengakses informasi baru, niat baik, menumbuhkan sikap mental spiritual.</span><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn25" name="_ftnref25" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[25]</span></span></span></a><span lang="FI"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 19.5px; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="SV">Hal senada juga dikatakan Masaru Emoto (</span><span lang="IN">2006: 14-17</span><span lang="SV">). Apa yang ditemukan Emoto dalam penelitiannya membuktikan bahwa spiritualitas sesungguhnya menjadi kebutuhan dalam hidup manusia. Hal ini sangat beralasan karena 70 % tubuh manusia dewasa terdiri dari air dan ia merespon kata-kata dan perilaku yang positif di dekatnya dengan membentuk kristal yang indah dan merekah seperti bunga.</span><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn26" name="_ftnref26" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[26]</span></span></span></a><span lang="SV"> Kata-kata dan perilaku positif ini akan mengeluarkan energi (<i>Hado</i>) positif pula yang tentu akan direspon oleh pikiran dan tubuh manusia. (Masaru Emoto, </span><span lang="IN">2006: 27) </span><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn27" name="_ftnref27" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[27]</span></span></span></a><span lang="SV"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 19.5px; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="SV">Uraian di atas jelas menunjukkan bahwa spiritualitas baik dilihat dari pendekatan apa pun sebenarnya merupakan kebutuhan bagi diri manusia, baik sebagai internal ataupun eksternal dalam rangka mensukseskan dirinya sebagai <i>khalifah</i> di muka bumi.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 19.5px; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<b>3.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></b><b>Spiritualis, sosok yang percaya diri dan optimistis serta dinamis</b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 19.5px; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
Setiap muslim seharusnya memiliki kualifikasi yang memadai untuk merealisasikan dirinya menjadi manusia sempurna (<i>insan kamil</i>) walaupun kesempurnaan bagi setiap muslim sebetulnya tidak ada batas akhirnya selama hayat masih di kandung badan. Menjadi manusia sempurna (<i>insan kamil</i>) sesungguhnya merupakan usaha seorang muslim dalam menyucikan dirinya dan menggapai rida Allah. Suatu upaya dalam meninggalkan sikap dan tempat-tempat yang membuatnya lalai dan berpangku tangan, menuju sikap dan tempat-tempat yang membuatnya selalu ingat dan beribadah. Untuk itu menjadi manusia sempurna merupakan perjalan jiwa dengan tujuan Allah. Bekalnya akhlak mulia dan amal saleh.( <span lang="SV">Noerhidayatullah, 2002: 11-13</span>)<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn28" name="_ftnref28" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[28]</span></span></span></a></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 19.5px; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
Untuk itu menjadi manusia sempurna ini sejatinya harus menjadi dambaan setiap orang. Mereka yang mendambakan menjadi manusia sempurna ini tidaklah boleh merasa cukup dengan apa yang telah dilakukannya dan merasa sudah menjadi orang baik-baik. Mereka akan menolak perasaan seperti itu. Untuk itu mereka terus akan melakukan usaha untuk menyempurnakan dirinya. Manusia sempurna ini sejatinya orang yang selalu mendinamisasikan hidupnya, memproses dirinya secara kontinyu agar menemukan kondisi yang lebih baik dan yang terbaik. Untuk itu manusia sempurna akan senantiasa berintrospeksi diri sampai ia tidak lagi menemukan noda atau aib melekat pada dirinya. Untuk menuju ke posisi ini mereka harus memformat dirinya sebagai manusia yang benar-benar bertaqwa kepada Allah.( Soejitno Irmim & Abdul Rochim, 2005: iv-v)<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn29" name="_ftnref29" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[29]</span></span></span></a> </div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 19.5px; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
M. Amin Syukur (2002: 70-75)dalam hal ini juga menjelaskan bahwa manusia sempurna ini sejatinya predikat yang dimiliki para spiritualis akhibat dari kedalaman dimensi esoterik yang dimilikinya. Selanjutnya beliau mengungkapkan bahwa manusia yang menyandang predikat di atas (<i>the perfect man/insan kamil</i>) merupakan sosok spiritualis, yang di dalam dirinya terpancar Sifat dan Asma Allah yang kemudian diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu keberadaan manusia sempurna (<i>the perfect man/insan kamil</i>) di dunia ini sesungguhnya dipandang sebagai khalifah Allah dan merupakan pengganti-Nya untuk menjadi penguasa, mengelola dan melestarikan alam ini agar terjadi kelangsungan hidup yang damai, aman sejahtera yang penuh rahmat Allah.<span class="MsoFootnoteReference"> <a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn30" name="_ftnref30" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[30]</span></span></a></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 19.5px; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
Sejalan dengan pemikiran di atas manusia sempurna (<i>the perfect man/insan kamil</i>) ini bisa dibilang sebagai manusia yang ideal. Terinternalisasikannya sifat dan asma Allah dalam diri manusia sempurna ini seharusnya akan merefleksikan tentang kesadaran murni akan peranannya untuk menjadi manusia yang kreatif, dinamis, dan senantiasa berkarya untuk memberi kemanfaatan tidak hanya untuk dirinya pribadi tetapi lebih luas mampu memberi makna yang berarti untuk seluruh makhluk.( Hasan Hanafi, 1985: 154)<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn31" name="_ftnref31" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[31]</span></span></span></a> </div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 19.5px; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
Spiritualis sebagai manusia sempurna hendaknya tidak hanya mengarahkan dirinya hanya tejerembab dalam alam metafisik tanpa mau merubah untuk menuju sikap yang lebih berorientasi ke realita empirik. Itu artinya bahwa spiritualis sebagai manusia sempurna akan menjadi berenergi untuk senantiasa beribadah dalam pengertian yang luas. Hatinya tetap hadir di hadapan Allah sedang secara lahiriyah ia tetap bersemangat untuk berkarya dengan disiplin yang tinggi karena ia sadar akan tugasnya sebagai khalifah Allah di muka bumi.( Sudirman Tebba, 2003: 150-151 )<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn32" name="_ftnref32" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[32]</span></span></span></a></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 19.5px; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
Hal seperti ini juga dijelaskan James Winston Morris bahwa manusia sejati seutuhnya (sempurna) adalah orang yang mengenali dirinya sendiri, mengerti asal usul dan tujuan tertinggi dalam hidupnya dan alasan hidup di dunia ini. <span lang="FI">Dalam dirinya kualitas-kualitas ensensi dari kemanusiaan sejati memancar secara otomatis. (James Winston Morris, 2002: 115)<span class="MsoFootnoteReference"> </span></span><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn33" name="_ftnref33" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[33]</span></span></span></a><span lang="FI"> Ia memperlakukan orang lain sebagaimana ia ingin diperlakukan, dan juga membela orang lain dari apa pun yang ia sendiri tak suka. (James Winston Morris, 2002: 117)</span><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn34" name="_ftnref34" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[34]</span></span></span></a><span lang="FI"> Ini sekaligus menunjukkan klaim bahwa segala perilaku sosial manusia niscaya juga diwarnai oleh “Pengalaman Yang Suci” itu (spiritualitasnya). </span>Dalam konteks kehidupan masyarakat ini, spiritualitas akan turut menentukan nilai hidup, baik-jahat misalnya. Paradigma ini sekaligus mengilustrasikan dengan cukup jelas apa yang harus dilakukan spiritualis dalam hidup bermasyarakat. (Seyyed Hossein Nasr, 2003: 8-9)<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn35" name="_ftnref35" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[35]</span></span></span></a></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 19.5px; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
Kesadaran spiritualis akan dirinya sebagai manusia sempurna ini, dalam pasar global nantinya tentu akan memunculkan fenomena dan paradigma baru adanya orang-orang suci, sufi atau spiritualis di perusahaan dan institusi yang memproduk barang dan jasa sebagai organisasi modern, bukan hanya di masjid atau tempat ibadah saja. Bahkan saat ini fenomena itu telah banyak bermunculan tidak hanya di perusahan/institusi lokal tetapi berkelas dunia dan internasional. Kenyantaan itu telah terjadi di perusahaan minyak terbesar dunia ‘Shell’. Pada perusahaan ini proses internalisasi spiritualitas benar-benar diberikan kepada 550 eksekutif dengan harapan untuk meningkatkan kenerja karyawan dan juga untuk membangun paradigma baru yang lebih canggih dan menguntungkan. (Ahmad Najib Burhani, 2001: 23, 63)<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn36" name="_ftnref36" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[36]</span></span></span></a></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 19.5px; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
Mengakhiri dari penjelasan di atas, Said Aqil Siroj (2006: 46) pakar spiritualitas Indonesia juga menjelaskan tentang spiritualis sebagai manusia sempurna, bahwa mereka orang yang kaya hatinya, tetapi tidak pasif terhadap kenyataan hidup. Kehidupan di dunia ini bagi sang spiritualis adalah fakta yang tidak bisa diingkari. Mereka menghadapinya secara realistis. Dengan kedekatan kepada Allah, seorang spiritualis akan selalu merasa percaya diri dan optimistis. Aktivitasnya akan selalu menyala sebab semua yang dilakukan bertujuan mencari rida Allah.<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn37" name="_ftnref37" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[37]</span></span></span></a></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 19.5px; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
Dengan demikian sejatinya spiritualis merupakan manusia yang sempurna yang senantiasa terus berusaha menyempurnakan potensi dirinya untuk menuju keridaan Allah. Ia adalah manusia yang ideal karena mampu menjalankan tugas yang diamanatkan pada dirinya untuk menjadi Abdullah, dan Khalifah Allah sekaligus. Dalam dirinya terpancar sifat dan asma Allah. Ia dekat dengan Allah dan senantiasa bersama Allah baik dikesendirian ataupun ketika bergumul, serta beinteraksi dengan manusia lain. Ia berenergi, semangat berkarya dan memberi manfaat dalam kehidupannya semata-mata karena menjalankan perintah Allah. Ia sejatinya orang yang bertakwa dengan sesungguhnya.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 19.5px; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<b><span lang="IT">4.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></b><b><span lang="IT">Metode mewujudkan diri menjadi spiritualis</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 19.5px; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="SV">Banyak metode yang bisa menghantarkan seseorang untuk sampai kepada Allah (spiritualis). Di antara metode itu dengan cara salat dan puasa. Uraian ini bisa kita ikuti dalam pembahasan berikut.</span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 19.5px; margin-left: 36pt; text-indent: 36pt;">
<span lang="IN">Kata salat dalam bahasa Arab diterjemahkan sebagai do’a, sembahyang, permohonan ampun, belas kasih, dan kasih sayang. (Syaikh Hakim Mu’inuddin Chisyti, 2001: 148)</span><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn38" name="_ftnref38" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[38]</span></span></span></a><span lang="IN"> Sedangkan menurut istilah agama, salat merupakan suatu perbuatan dan perkataan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam dengan syarat-syarat tertentu. Salat inilah merupakan ibadah yang mula diwajibkan oleh Allah, di mana titah itu disampaikan langsung oleh Allah tanpa perantara, pada saat malam Mi’raj. Pada malam itu dialog Allah dengan Nabi Muhammad Saw berlangsung, membicarakan kewajiban perintah salat. (</span><span lang="FI">Sayyid Sabiq, 1973: 205</span><span lang="IN">)</span><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn39" name="_ftnref39" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[39]</span></span></span></a></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 19.5px; margin-left: 36pt; text-indent: 36pt;">
<span lang="IN">Praktek salat sebenarnya sangat khusus dan merupakan ciri kehidupan spiritualitas dan pokok dalam Islam. Spiritualis India Hazrat Inayat Khan, berkata, “Orang yang tidak pernah mengerjakan salat bagaimanapun tak punya harapan untuk maju”. Hal ini sangat beralasan karena salat pada kenyataannya merupakan bentuk ibadah praktek lahir dan batin, yang merupakan serangkaian latihan jasmani yang memiliki efek tertentu. Dengan jasmani yang sehat dan bugar mendorong manusia untuk lebih kreatif dalam aktivitas keseharian. Demikian pula sebagai praktek batin, salat merupakan makanan rohaniah yang paling kaya. Hingga dalam banyak hal para spiritualis Islam (sufi) banyak berfikir lebih baik mati daripada tidak salat. (Syaikh Hakim Mu’inuddin Chisyti, 2001: </span><span lang="FI">148-149</span><span lang="IN">)</span><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn40" name="_ftnref40" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[40]</span></span></span></a></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 19.5px; margin-left: 36pt; text-indent: 36pt;">
<span lang="IN">Dengan demikian salat merupakan praktek ibadah yang sangat khusus yang memiliki ciri aktivitas lahir dan batin, di mana secara batin ditemukan unsur dhikir, komunikasi dan do’a serta kedekatan kepada Allah. Hal ini seperti yang firmankan Allah :Artinya: “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah salat untuk mengingat Aku”. (al-Qur’an, Taha : 14)</span><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn41" name="_ftnref41" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[41]</span></span></span></a><span lang="IN"></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 19.5px; margin-left: 36pt; text-indent: 36pt;">
<span lang="IN">Kalau melihat dari uraian di atas maka didapatkan pemahaman, salat merupakan praktek ibadah yang sangat khusus yang memiliki ciri aktivitas lahir dan batin yang kedudukannya tidak bisa dipisah-pisahkan. Memisahkan salah satu dari keduanya merupakan bentuk mementahkan maksud salat yang sebenarnya. (al-Qur’an,</span><span lang="IN"> </span><span lang="FI">al-Baqarah : 238</span><span lang="IN">)</span>.<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn42" name="_ftnref42" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[42]</span></span></span></a></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 19.5px; margin-left: 36pt; text-indent: 36pt;">
<span lang="IN">Dalam aktivitas itu spiritualis menemukan unsur dhikir dan komunikasi, do’a dan merasakan kedekatan dengan Allah. Sehingga ruh dan mata hati (<i>basiroh</i>) nya menjadi bertemu dan menyaksikan keindahan Allah. Maka jangan heran kalau para spiritualis (sufi) dan orang-orang yang memahami tentang hakikat dan pentingnya salat berfikir lebih baik mati daripada tidak salat.</span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 19.5px; margin-left: 36pt; text-indent: 36pt;">
<span lang="IN">Fenomena ini tidak mengherankan sebab Nabi Saw sendiri jikalau rindu berkomunikasi dengan Allah seperti dalam Isro’mi’roj seringkali menanyakan sahabat Bilal untuk mempercepat kepada seruan salat. Bagi Nabi Muhammad Saw, salat merupakan pengulangan dari pengalamannya selama mi’raj yang membawanya dekat ke hadapan Allah Swt. (</span><span lang="FI">Annemarie Schimmel, 1997: 217</span><span lang="IN">)</span><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn43" name="_ftnref43" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[43]</span></span></span></a></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 19.5px; margin-left: 36pt; text-indent: 36pt;">
<span lang="IN">Salat memang merupakan langkah pertama dan terakhir bagi seseorang yang beriman sejati yang senantiasa mendambakan kedekatan, berkomunikasi, dhikir dan berdo’a kepada Allah. </span><span lang="SV">Karenanya salat menjadi pondasi bagi dibangunnya praktik-praktik spiritual yang lebih halus. Kenikmatan melakukan salat memang sudah teruji karena saat itu hamba dan Khaliq berhadapan, mengetahui, mengenal, dan berkomunikasi, sampai-sampai penghulu dunia Nabi Muhammad SAW, berserah diri dalam salat di hadapan-Nya meskipun beliau telah mencapai tingkat spiritual tertinggi. (</span><span lang="IN">Syaikh Hakim Mu’inuddin Chisyti, 2001: </span><span lang="SV">168)</span><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn44" name="_ftnref44" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[44]</span></span></span></a></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 19.5px; margin-left: 36pt; text-indent: 36pt;">
<span lang="SV">Kehidupan dalam jalan spiritualitas selain salat, dapat dijumpai pula dengan cara puasa. Puasa adalah ibadah yang dilakukan tanpa ucapan dan perbuatan, akan tetapi dengan menahan dan mencegah diri dari makan, minum dan bersetubuh sejak terbit fajar sampai terbenam matahari. Sebagai pencegahan dan penahanan diri, sekalipun tampaknya negatif pada lahiriahnya, ia merupakan amalan positif pada hakikat dan jiwanya. Karena ia merupakan pencegahan diri terhadap selera nafsu dengan niat <i>taqarrub</i>kepada Allah. Maka amalan yang disertai dengan niat ini, akan mempunyai bobot dalam nilai kebenaran, kebajikan dan penerimaannya di sisi Allah. (Yusuf al-Quradawi, 1998: 505-506)</span><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn45" name="_ftnref45" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[45]</span></span></span></a><span lang="SV"></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 19.5px; margin-left: 36pt; text-indent: 36pt;">
<span lang="SV">Secara umum puasa adalah pembersihan di atas pembersihan yang diharapkan pelaku tidak hanya mendapat lapar dan dahaga saja. Tetapi lebih penting dari itu diharapkan akan muncul perasaan kedekatan spiritualis bersama Allah. Inilah puasa yang dilakukan hanya untuk Allah. Sehingga Allah sendiri yang akan memberi ganjaran (keutamaan) bagi pelakunya. (</span><span lang="ES">Abdul Qadir al-Jailani, 2002: 233-234 </span><span lang="SV">)</span><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn46" name="_ftnref46" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[46]</span></span></span></a><span lang="SV"></span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 19.5px; margin-left: 36pt; text-indent: 36pt;">
<span lang="SV">Puasa yang dilakukan dengan ikhlas akan membawa efek positif bagi pelakunya. Tidak hanya menyehatkan tubuh, puasa mampu membersihkan kotoran jiwa, sehingga pelakunya menjadi bersih dan suci. Dalam keadaan seperti ini spiritualis akan merasakan kehadiran dan kedekatan dengan Allah. (</span><span lang="ES">Carl W. Ernst, 2001: 50-52</span><span lang="SV">)</span><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn47" name="_ftnref47" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[47]</span></span></span></a><span lang="SV"> Hati dan pikirannya senatiasa menjadi teringat (<i>dhikir</i>) kepada Allah, (</span><span lang="IN">Syaikh Hakim Mu’inuddin Chisyti, 2001: </span><span lang="SV">142)</span><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn48" name="_ftnref48" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[48]</span></span></span></a><span lang="SV"> sehingga spiritualis senantiasa menerima bantuan dan pertolongan dari Allah ketika ia berdoa.( al-Qur’an, al-Baqarah : 186)</span><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn49" name="_ftnref49" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[49]</span></span></span></a></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 19.5px; margin-left: 36pt; text-indent: 36pt;">
<span lang="SV">Ibadah puasa ini sejatinya suatu misteri yang tidak berkaitan dengan yang lahiriah. </span><span lang="FI">Suatu misteri yang tidak ada sesuatu pun selain Allah yang tahu. Untuk itulah banyak spiritualis (sufi) melakukan puasa, selain salat. Sebab dengan berpuasa jiwa menjadi bersih, hati menjadi bersinar dan mengantarkan ruh kepada Allah hingga spiritualis akan mudah mencapai keinginannya.( al-Hujwiri, 1995: 286-291)</span><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn50" name="_ftnref50" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[50]</span></span></span></a><span lang="FI"> Hal senada juga dikatakan Yusuf al-Quradawi (1998: 511-512), “tidak heran kalau ruh orang yang berpuasa itu dapat meningkat dan mendekat ke arah alam yang tinggi, mengetuk pintu-pintu langit, dengan do’anya lalu terbukalah. Ia memohon kepada Tuhannya, lalu Allah pun mengabulkannya, dan ia memanggil-Nya, lalu Allah pun menyahutnya.” </span><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn51" name="_ftnref51" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[51]</span></span></span></a></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 19.5px; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<b><span lang="FI">5.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></b><b><span lang="FI">Kekuatan spiritualis sebagai aset organisasi sukses</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 19.5px; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="FI">Dalam uraian sebelumnya telah dijelaskan bahwa spiritualitas sejatinya merupakan kebutuhan asasi dan puncak manusia. Sebagai kebutuhan asasi seseorang, spiritualitas dalam kehidupan saat ini bisa dikembangkan dalam kehidupan pribadi pemimpin organisasi bila menginginkan keberhasilan.(</span><span lang="FI" style="font-size: 9pt; line-height: 18px;"> </span>Jeff Hammond,<span style="font-size: 9pt; line-height: 18px;"> </span>2002: 12<span lang="FI">)</span><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn52" name="_ftnref52" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[52]</span></span></span></a><span lang="FI"> Demikian pula menurut Abdul Azis Wahab (</span>2008: 136<span lang="FI">), bahwa :</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 0cm 48pt; text-align: justify;">
<span lang="FI">Pemimpin pendidikan untuk memangku jabatan agar dapat melaksanakan tugas-tugasnya dan memainkan peranannya sebagai pemimpin yang baik dan sukses, maka dituntut beberapa persyaratan jasmani, rohani dan moralitas yang baik serta sosial ekonomi yang layak. Pemimpin pendidikan hendaknya memiliki kepribadian yang baik menyangkut: rendah hati, sederhana, suka menolong, sabar, percaya diri, jujur, adil dan dapat dipercaya serta ahli dalam jabatannya.</span><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn53" name="_ftnref53" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[53]</span></span></span></a></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 0cm 48pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 19.5px; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="FI">Dimensi spiritualitas pemimpin di sini jelas merupakan aset organisasi, yang hal ini tentu tidak dikenal dalam kepemimpinan sekuler. Sebagai aset tentu perlu dijaga dan dikembangkan pada diri seorang pemimpin. Hal ini karena dimensi spiritualitas menjadi salah satu faktor yang turut berpengaruh mewujudkan keberhasilan kepemimpinan yang ada.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 19.5px; margin: 6pt 0cm 0cm 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="FI">Pengabaian akan spiritualitas maka berefek seperti yang dijelaskan Morgan Mc.Call & Michael Lombardo seperti yang dikutib Safaria bahwa: “Banyak pemimpin yang gagal dalam menjalankan kepemimpinannya sebenarnya merupakan orang-orang yang cerdas, ahli di bidangnya masing-masing, seorang pekerja keras dan diharapkan maju dengan cepat. Akan tetapi sebelum mereka sampai di puncak organisasi, mereka dipecat atau dipaksa untuk pensiun / mengundurkan diri.” (Triantoro Safaria, 2004: 14 – 15)</span><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn54" name="_ftnref54" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="SV"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="SV" style="font-size: 12pt;">[54]</span></span></span></span></a></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 19.5px; margin: 6pt 0cm 0cm 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="FI">Dalam krisis global saat ini sebagai pemimpin, tentu dihadapkan dengan berbagai persoalan dan perubahan yang menuntut paradigma baru bagi seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya. Paradigma ini akan menentukan pola dan gaya kepemimpinan seorang pemimpin sehari-hari, selama pemimpin mengarahkan organisasi menuju kesuksesan di masa depan. (Triantoro Safaria,</span> 2004: 6<span lang="FI">)</span><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn55" name="_ftnref55" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="SV"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="SV" style="font-size: 12pt;">[55]</span></span></span></span></a><span lang="SV"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 19.5px; margin: 6pt 0cm 0cm 36pt; text-align: justify; text-indent: 18pt;">
<span lang="SV">Berbagai persoalan yang komplek, tentunya bisa membuat para pemimpin kehilangan keseimbangan dan kalau tidak tahan goncangan maka akan berpengaruh pada keberhasilan kepemimpinan. Untuk itu seorang pemimpin seyogyanya perlu mengembangkan aset yang berupa spiritualitas di samping yang lainnya. Hal ini karena telah dicontohkan Nabi Muhammad Saw sebagai panutan umat Islam. Muhammad Saw sebagai pembawa ajaran agama Islam, ternyata merupakan figur pemimpin dunia yang dikagumi akan keberhasilannya. Beliau ternyata tidak meninggalkan dimensi spiritualitas. Muhammad Saw meraih hasil luar biasa melalui sebab yang tidak bisa lepas dari keberadaan dan praktek spiritualitas. (</span><span lang="SV" style="font-size: 9pt; line-height: 18px;"> </span><span lang="SV">John Clark Archer B.D, 2007: x)</span><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn56" name="_ftnref56" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[56]</span></span></span></a> <span lang="SV">Beliau sesungguhnya spiritualis sejati, manusia sempurna yang membuktikan kepada dunia senantiasa berkarya, optisimis dan dinamis menjalani kehidupan ini.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 19.5px; margin: 6pt 0cm 0cm 36pt; text-align: justify; text-indent: 18pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 19.5px; margin: 6pt 0cm 0cm 36pt; text-align: justify; text-indent: 18pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 19.5px; text-align: justify;">
<b><span lang="SV">C. Penutup.</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 19.5px; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="SV">Islam sesungguhnya agama yang mengajarkan tidak hanya menyangkut lahiriyah semata. Perihal yang menyangkut spiritualitas mendapat perhatian pula. Untuk itu sejatinya Islam ini merupakan ajaran bersumber dari wahyu yang sarat dengan nilai spiritual karena diturunkan Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw. Selain itu banyak ayat yang menjelaskan hubungan manusia dengan Tuhannya karena hal ini merupakan fitrah insani.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 19.5px; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="SV">Disadari atau tidak sesungguhnya manusia akan merindukan Sang Pencipta dan Pelindungnya. Untuk itu manusia merupakan makhluk dualitas, berdiri di titik antara rasional dan irasional, di samping perannya sebagai makhluk sosial Untuk itu keseimbangan antara keduanya sangat diperlukan, kalau tidak ingin terjadi gejolak dalam diri manusia itu sendiri. Untuk itu spiritualitas ini sejatinya merupakan kebutuhan tingkat tinggi seseorang. Terpenuhinya kebutuhan puncak yang transenden oleh Maslow disebut <i>peakers</i>. Peakers memiliki berbagai pengalaman puncak yang memberikan wawasan yang jelas tentang diri mereka dan dunianya. Kelompok ini cenderung menjadi lebih spiritualis dan saleh.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 19.5px; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="SV">Ketika dalam keadaan seperti ini maka spiritualis tidak akan mengarahkan dirinya hanya tejerembab dalam alam metafisik. Spiritualis sejati adalah mereka yang mau merubah diri menuju sikap yang lebih berorientasi ke realita empirik. Itu artinya bahwa spiritualis sebagai manusia sempurna akan menjadi berenergi untuk senantiasa beribadah dalam pengertian yang luas. Hatinya tetap hadir di hadapan Allah sedang secara lahiriyah ia tetap bersemangat untuk berkarya dengan disiplin yang tinggi karena ia sadar akan tugasnya sebagai khalifah Allah di muka bumi.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 19.5px; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="SV">Untuk itu spiritualis sejatinya merupakan sosok yang percaya diri dan optimistis serta dinamis dalam menjalani kehidupan ini.</span><span lang="SV"> </span><span lang="IN">Sehigga dalam tubuh organisasi, para spiritualis sejatinya dapat menjadi aset organisasi yang patut dikembangkan keberadaannya. Kesadaran spiritualis akan dirinya sebagai manusia sempurna ini, tentu akan muncul menjadi fenomena dan paradigma baru dalam pasar global. Untuk itu di perusahaan dan institusi sebagai organisasi modern, nantinya akan bermunculan orang-orang suci (sufi) dan bukan hanya di masjid atau tempat ibadah saja. Para spiritualis akan hadir di tubuh organisasi tidak hanya pada tataran lokal tetapi juga berkelas internasional.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 19.5px; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="IN">Adapun metode untuk menjadi spiritualis sesungguhnya banyak. Di antara jalan itu yakni dengan melakukan salat dan puasa. Salat merupakan praktek ibadah yang sangat khusus yang memiliki ciri aktivitas lahir dan batin, di mana secara batin ditemukan unsur dhikir, komunikasi dan do’a serta kedekatan kepada Allah. Sedangkan secara umum puasa adalah pembersihan di atas pembersihan. Dengan puasa ini diharapkan akan muncul perasaan kedekatan bersama Allah. Untuk itulah banyak spiritualis (sufi) melakukan puasa, selain salat. Sebab dengan berpuasa jiwa menjadi bersih, hati menjadi bersinar dan mengantarkan ruh kepada Allah hingga spiritualis akan mudah mencapai keinginannya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 19.5px; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 19.5px; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 19.5px; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 19.5px; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 19.5px; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 19.5px; text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 19.5px; text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 19.5px; text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 19.5px; text-align: center;">
<br /></div>
<b><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"><br clear="all" style="page-break-before: always;" /></span></b><br /><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 19.5px; text-align: center;">
<b>Daftar Kepustakaan</b></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 30pt; text-indent: -30pt;">
<br /></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 30pt; text-indent: -30pt;">
<br /></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin: 6pt 0cm 0cm 30.05pt; text-align: justify; text-indent: -30.05pt;">
<span lang="ES" style="font-size: 12pt;">Ancok, Djamaluddin. <i>Psikologi Islami: Solusi Islam atas Problem-Problem Psikologi</i>. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1994.</span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin: 6pt 0cm 0cm 30.05pt; text-align: justify; text-indent: -30.05pt;">
<span lang="IN" style="font-size: 12pt;">Archer B.D, John Clark. <i>Dimensi Mistis dalam Diri Muhammad</i>. terj. Ahmad Asnawi. Yogyakarta: Diglossia, 2007).</span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin: 6pt 0cm 0cm 30.05pt; text-align: justify; text-indent: -30.05pt;">
<span lang="IT" style="font-size: 12pt;">As’ad, M. Uhaib dan M. Harun al-Rosyid. “Spiritualitas dan Modernitas Antara Konvergensi dan Devergensi” dalam <i>Spiritualitas Baru, Agama & Aspirasi Rakyat. </i>ed. Elga Sarapung, dkk. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.</span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin: 6pt 0cm 0cm 30.05pt; text-align: justify; text-indent: -30.05pt;">
<span style="font-size: 12pt;">Burhani, Ahmad Najib. <i>Sufisme <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Kota</st1:place></st1:city>: Berpikir Jernih Menemukan Spiritualitas Positif.</i> <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Jakarta</st1:city></st1:place>: Serambi Ilmu Semesta, 2001.</span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin: 6pt 0cm 0cm 30.05pt; text-align: justify; text-indent: -30.05pt;">
<span lang="IN" style="font-size: 12pt;">Chisyti, Syaikh Hakim Mu’inuddin. </span><i><span lang="ES" style="font-size: 12pt;">Penyembuhan Cara Sufi</span></i><span lang="IN" style="font-size: 12pt;">. T</span><span lang="ES" style="font-size: 12pt;">erj. Burhan Wirasubrata. Jakarta: Lentera Basritama, 2001.</span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin: 6pt 0cm 0cm 30.05pt; text-align: justify; text-indent: -30.05pt;">
<span lang="NL" style="font-size: 12pt;">Emoto, Masaru. <i>The True Power of Water: Hikamah Air dalam Olah Jiwa</i>. Terj. Azam. Bandung: MQ Publishing, 2006.</span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin: 6pt 0cm 0cm 30.05pt; text-align: justify; text-indent: -30.05pt;">
<span lang="ES" style="font-size: 12pt;">Ernst, Carl W. <i>Mozaik Ajaran Tasawuf</i>. terj. Tantan Hermansyah dan Siti Suharni. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001).</span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin: 6pt 0cm 0cm 30.05pt; text-align: justify; text-indent: -30.05pt;">
<span lang="ES" style="font-size: 12pt;">Hadhiri SP, Choiruddin. <i>Klasifikasi Kandungan al-Qur’an</i>. Jakarta: Gema Insani Press, 1994.</span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin: 6pt 0cm 0cm 30.05pt; text-align: justify; text-indent: -30.05pt;">
<span lang="IN" style="font-size: 12pt;">Hammond, Jeff. <i>Kepemimpinan Yang Sukses</i>.<i> </i>Jakarta: Yayasan MediaBuana Indonesia, 2002.</span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin: 6pt 0cm 0cm 30.05pt; text-align: justify; text-indent: -30.05pt;">
<span style="font-size: 12pt;">Hanafi, Hasan. <i>From Faith to Revolution</i>. Spanyol: <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Cordoba</st1:city></st1:place>, 1985.</span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin: 6pt 0cm 0cm 30.05pt; text-align: justify; text-indent: -30.05pt;">
<span lang="ES" style="font-size: 12pt;">Hanna Djumhana Bastaman, <i>Integrasi Psikologi dengan Islam: Menuju Psikologi Islami</i> (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995), 36.</span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin: 6pt 0cm 0cm 30.05pt; text-align: justify; text-indent: -30.05pt;">
<span style="font-size: 12pt;">Hick, </span><span lang="IN" style="font-size: 12pt;">John. </span><i><span style="font-size: 12pt;">An Interpretation of Religion, Human Responses to the Transcendent</span></i><span style="font-size: 12pt;">.<i> </i><st1:city w:st="on">New Haven</st1:city> and <st1:city w:st="on">London</st1:city>: <st1:place w:st="on"><st1:placename w:st="on">Yale</st1:placename> <st1:placetype w:st="on">University</st1:placetype></st1:place> Press, 1989.</span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin: 6pt 0cm 0cm 30.05pt; text-align: justify; text-indent: -30.05pt;">
<span lang="ES" style="font-size: 12pt;">Hilman, Agus. “Spiritualitas yang Kering”. Jawa Pos, 1 Nopember 2005.</span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin: 6pt 0cm 0cm 30.05pt; text-align: justify; text-indent: -30.05pt;">
<span lang="ES" style="font-size: 12pt;">al-Hujwiri. <i>Kasyful Mahjub : Risalah Persia Tertua tentang Tasawuf</i>. terj. Suwardjo Muthari dan Abdul Hadi W.M. Bandung: Mizan, 1995.</span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin: 6pt 0cm 0cm 30.05pt; text-align: justify; text-indent: -30.05pt;">
<span style="font-size: 12pt;">Irmim, Soejitno & Abdul Rochim. <i>Menjadi Insan Kamil</i>. tt: Seyma Media, 2005.</span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin: 6pt 0cm 0cm 30.05pt; text-align: justify; text-indent: -30.05pt;">
<span lang="ES" style="font-size: 12pt;">al-Jailani, Abdul Qadir. <i>Rahasia Sufi</i>. terj. Abdul Majid. Yogyakarta: Futuh, 2002.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 0cm 30.05pt; text-align: justify; text-indent: -30.05pt;">
<span lang="SV">Jalaluddin dan Ramayulis. <i>Pengantar Ilmu Jiwa Agama</i>. Jakarta: Kalam Mulia, 1993.</span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin: 6pt 0cm 0cm 30.05pt; text-align: justify; text-indent: -30.05pt;">
<span lang="ES" style="font-size: 12pt;">Kielson, Daniel C. “Leadership: Creating a New Reality”. Dalam,Triantoro Safaria, <i>Kepemimpinan</i>. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 0cm 30.05pt; text-align: justify; text-indent: -30.05pt;">
<span lang="IN">Madjid, Nurcholish. </span><i><span lang="SV">Islam Doktrin dan Peradaban: Sebuah Telaah Kritis tentang Masalah Keimanan, Kemanusiaan dan Kemodernan</span></i><span lang="SV">. Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina, 2000.</span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin: 6pt 0cm 0cm 30.05pt; text-align: justify; text-indent: -30.05pt;">
<span lang="IT" style="font-size: 12pt;">Mc.Call, Morgan & Michael Lombardo. </span><span style="font-size: 12pt;">“Off the track: Why and How Succesfull Executive Get Gerailed.” Dalam, Triantoro Safaria,<i>Kepemimpinan.</i> <st1:place w:st="on">Yogyakarta</st1:place>: Graha Ilmu, 2004.</span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin: 6pt 0cm 0cm 30.05pt; text-align: justify; text-indent: -30.05pt;">
<span style="font-size: 12pt;">Morris, James Winston. <i>Sufi-Sufi Merajut Peradaban.</i> <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Jakarta</st1:city></st1:place>: Forum Sebangsa, 2002.</span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin: 6pt 0cm 0cm 30.05pt; text-align: justify; text-indent: -30.05pt;">
<span lang="IN" style="font-size: 12pt;">Muafi. “Pengaruh Motivasi Spiritual Karyawan terhadap Kinerja Riligius di Kawasan Industri Rungkut Surabaya.” Jurnal <i>Siasat Bisnis</i>. Vol. 1, Nomor 8. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi UII, 2003.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 0cm 30.05pt; text-align: justify; text-indent: -30.05pt;">
<span lang="IN">Murakami, Kazuo. <i>The Divine Message of The DNA: Tuhan dalam Gen Kita</i>. terj. Winny Prasetyowati. Bandung: Mian, 2007.</span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin: 6pt 0cm 0cm 30.05pt; text-align: justify; text-indent: -30.05pt;">
<span style="font-size: 12pt;">Nasr, Seyyed Hossein. <i>Antara Tuhan, Manusia dan Alam: Jembatan Filosofis dan Religius Menuju Puncak Spiritual.</i> <st1:place w:st="on">Yogyakarta</st1:place>: IRCiSoD, 2003.</span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin: 6pt 0cm 0cm 30.05pt; text-align: justify; text-indent: -30.05pt;">
<span lang="SV" style="font-size: 12pt;">Nasution, Harun. <i>Filsafat dan Mistisisme dalam Islam.</i> Jakarta: Bulan Bintang, 1973.</span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin: 6pt 0cm 0cm 30.05pt; text-align: justify; text-indent: -30.05pt;">
<span style="font-size: 12pt;">Noerhidayatullah. <i>Insan Kamil: Metoda Islam Memanuisakan Manusia</i>. Bekasi: Nalar, 2002.</span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin: 6pt 0cm 0cm 30.05pt; text-align: justify; text-indent: -30.05pt;">
<span lang="ES" style="font-size: 12pt;">al-Quradawi, Yusuf. <i>Ibadah Dalam Islam.</i> </span><span lang="IN" style="font-size: 12pt;">Terj. Umar Fanani.</span><span lang="IN" style="font-size: 12pt;"></span><span lang="ES" style="font-size: 12pt;">Surabaya: Bina Ilmu, 1998.</span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin: 6pt 0cm 0cm 30.05pt; text-align: justify; text-indent: -30.05pt;">
<span lang="ES" style="font-size: 12pt;">Sabiq, Sayyid. <i>Fikih Sunnah. </i>Jilid 1. </span><span lang="IN" style="font-size: 12pt;">Terj. Mahyuddin Syaf. </span><span lang="ES" style="font-size: 12pt;">Bandung: PT Al-Ma’arif, 1973.</span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin: 6pt 0cm 0cm 30.05pt; text-align: justify; text-indent: -30.05pt;">
<span lang="ES" style="font-size: 12pt;">Schimmel, Annemarie. <i>Rahasia Wajah Suci Ilahi</i>. terj. Rahmani Astuti.Bandung: Mizan, 1997.</span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin: 6pt 0cm 0cm 30.05pt; text-align: justify; text-indent: -30.05pt;">
<span lang="ES" style="font-size: 12pt;">Sholeh, Moh. </span><i><span lang="NL" style="font-size: 12pt;">Terapi Salat Tahajud Menyembuhkan Berbagai Penyakit</span></i><span lang="NL" style="font-size: 12pt;">. </span><st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on"><span style="font-size: 12pt;">Jakarta</span></st1:place></st1:city><span style="font-size: 12pt;">: Hikmah, 2007.</span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin: 6pt 0cm 0cm 30.05pt; text-align: justify; text-indent: -30.05pt;">
<span style="font-size: 12pt;">Siroj, Said Aqil. <i>Tasawuf Sebagai Kritik Sosial: Mengedepankan Islam Sebagai Inspirasi Bukan Aspirasi.</i> <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Bandung</st1:city></st1:place>: Mizan, 2006.</span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin: 6pt 0cm 0cm 30.05pt; text-align: justify; text-indent: -30.05pt;">
<span lang="IN" style="font-size: 12pt;">Slob, Jaspert. “Kecendrungan Spiritualitas Masyarakat Modern”. dalam <i>Spiritualitas Baru, Agama & Aspirasi Rakyat</i>.<i> </i>ed. Elga Sarapung, dkk. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.</span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin: 6pt 0cm 0cm 30.05pt; text-align: justify; text-indent: -30.05pt;">
<span lang="ES" style="font-size: 12pt;">Suaedy, Ahmad. “Spiritualitas dan Modernitas Antara Konvergensi dan Devergensi”. dalam <i>Agama, Spiritulitas Baru dan Keadilan Perspektif Islam. </i>ed. Elga Sarapung, dkk. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.</span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin: 6pt 0cm 0cm 30.05pt; text-align: justify; text-indent: -30.05pt;">
<span style="font-size: 12pt;">Syukur,M. Amin. <i>Menggugat Tawawuf: Sufisme dan Tanggung Jawab Sosial Abad 21</i>.<i> </i><st1:place w:st="on">Yogyakarta</st1:place>: Pustaka Pelajar, 2002.</span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin: 6pt 0cm 0cm 30.05pt; text-align: justify; text-indent: -30.05pt;">
<span style="font-size: 12pt;">Tebba, Sudirman. <i>Tasawuf Positif.</i> <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Jakarta</st1:place></st1:city>: Prenada Media, 2003.</span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin: 6pt 0cm 0cm 30.05pt; text-align: justify; text-indent: -30.05pt;">
<span style="font-size: 12pt;">Tobroni</span><span lang="IN" style="font-size: 12pt;">. <i>The Spiritual Leadership: Pengefektifan Organisasi Noble Industry Melalui Prinsip-prinsip Spiritual Etis. </i>Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2005.</span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin: 6pt 0cm 0cm 30.05pt; text-align: justify; text-indent: -30.05pt;">
<span lang="ES" style="font-size: 12pt;">Turner, Bryan S. <i>Religion and Social Theory</i>. London: SAGE Publictions Ltd., 1991.</span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin: 6pt 0cm 0cm 30.05pt; text-align: justify; text-indent: -30.05pt;">
<span style="font-size: 12pt;">Wahab, Abdul Azis. </span><i><span lang="FI" style="font-size: 12pt;">Anatomi Organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan: Telaah terhadap Organisasi dan Pengelolaan Organisasi Pendidikan.</span></i><span lang="FI" style="font-size: 12pt;"> Bandung: Alfabeta, 2008.</span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 19.5px; text-align: justify;">
<br /></div>
<div>
<br clear="all" /><hr align="left" size="1" style="border-bottom-color: rgb(224, 224, 224); border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: none none solid; border-top-width: 0px; height: 1px; margin: 10px 0px;" width="33%" />
<div id="ftn1">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref1" name="_ftn1" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[1]</span></span></span></a><span lang="SV"> Ahmad Suaedy, “Spiritualitas dan Modernitas Antara Konvergensi dan Devergensi” dalam <i>Agama, Spiritulitas Baru dan Keadilan Perspektif Islam, </i>ed. Elga Sarapung, dkk (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), 202</span></div>
</div>
<div id="ftn2">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref2" name="_ftn2" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[2]</span></span></span></a><span lang="SV"> M. Uhaib As’ad dan M. Harun al-Rosyid, “Spiritualitas dan Modernitas Antara Konvergensi dan Devergensi” dalam <i>Spiritualitas Baru, Agama & Aspirasi Rakyat, </i>ed.</span>Elga Sarapung, dkk (<st1:place w:st="on">Yogyakarta</st1:place>: Pustaka Pelajar, 2004), 340.<i> </i> </div>
</div>
<div id="ftn3">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref3" name="_ftn3" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[3]</span></span></span></a> Bryan S. Turner, <i>Religion and Social Theory</i> (London: SAGE Publictions Ltd., 1991), 17.</div>
</div>
<div id="ftn4">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref4" name="_ftn4" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[4]</span></span></span></a><span lang="ES"> M. Uhaib As’ad dan M. Harun al-Rosyid, “Spiritualitas dan Modernitas…”, 340.</span></div>
</div>
<div id="ftn5">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref5" name="_ftn5" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[5]</span></span></span></a> Tobroni, <i>The Spiritual Leadership: Pengefektifan Organisasi Noble Industry Melalui Prinsip-prinsip Spiritual Etis</i> (<st1:city w:st="on">Malang</st1:city>: UMM, 2005), 19-20.</div>
</div>
<div id="ftn6">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref6" name="_ftn6" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[6]</span></span></span></a> Harun Nasution, <i>Filsafat …</i>, 56.</div>
</div>
<div id="ftn7">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref7" name="_ftn7" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[7]</span></span></span></a> Choiruddin Hadhiri SP, <i>Klasifikasi Kandungan al-Qur’an</i> (Jakarta: Gema Insani Press, 1994), 201-2, 205-6. Dalam hal ini ia mengklasifikasi paling tidak ada sebelas ayat dalam enam <st1:city w:st="on">surat</st1:city> yang membahas bahwa al-Qur’an berasal dari Allah Swt, salah satu di antaranya terdapat dalam al-Qur’an, 13 (ar-Ra’d): 1. Selanjutnya Hadhiri SP juga mengklasifikasi sedikitnya ada dua belas ayat dalam empat <st1:place w:st="on">surat</st1:place> yang menjelaskan bahwa al-Qur’an bukan buatan Muhammad Saw. Demikian pula keummian Muhammad juga menunjukkan bahwa al-Qur’an berasal dari Allah yang dibawa turun oleh Jibril ke dalam hati Nabi Muhammad atau Jibril menampakkan rupa aslinya dan menjelma berupa orang laki-laki.</div>
</div>
<div id="ftn8">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref8" name="_ftn8" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[8]</span></span></span></a><span lang="ES"> Ibid., 33.</span></div>
</div>
<div id="ftn9">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref9" name="_ftn9" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[9]</span></span></span></a><span lang="ES"> al-Qur’an, 39 (az-Zumar): 8.</span></div>
</div>
<div id="ftn10">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref10" name="_ftn10" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[10]</span></span></span></a><span lang="ES"> Ibid., 31 (Luqman): 32.</span></div>
</div>
<div id="ftn11">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref11" name="_ftn11" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[11]</span></span></span></a><span lang="ES"> John Clark Archer B.D, <i>Dimensi Mistis…</i>, x.</span></div>
</div>
<div id="ftn12">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref12" name="_ftn12" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[12]</span></span></span></a><span lang="ES"> al-Ghazali memandang bahwa <i>ma’rifah</i> datang sebelum <i>mahabbah</i>, sedang menurut al-Kalabadi, <i>ma’rifah</i> datang setelah <i>mahabbah.</i> Keduanya <i>ma’rifah </i>dan<i>mahabbah</i> terkadang dipandang sebagai <i>maqam</i> dan terkadang <i>hal.</i> Bagi al-Junaid (w.381 H) <i>ma’rifah </i>merupakan <i>hal</i> dan bagi al-Qusyairy memandang sebagai <i>maqam.</i>Lihat Harun Nasution, <i>Filsafat …</i>, 75.</span></div>
</div>
<div id="ftn13">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref13" name="_ftn13" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[13]</span></span></span></a><span lang="ES"> Ibid., 76.</span></div>
</div>
<div id="ftn14">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref14" name="_ftn14" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[14]</span></span></span></a> <span lang="ES">al-Qur’an, 2 (al-Baqarah): 186.</span></div>
</div>
<div id="ftn15">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref15" name="_ftn15" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[15]</span></span></span></a><span lang="ES"> Agus Hilman, “Spiritualitas yang Kering”, Jawa Pos, 1 Nopember 2005), 4.</span></div>
</div>
<div id="ftn16">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref16" name="_ftn16" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[16]</span></span></span></a> John Hick, <i>An Interpretation of Religion, Human Responses to the Transcendent</i>(New Haven and London: Yale University Press, 1989 ), 213-214. Bandingkan dengan temuan Moh. Sholeh, ternyata persoalan spiritulitas yang dianggap irasional karena menyangkut kepercayaan dan keyakinan seseorang ternyata dapat dibuktikan secara ilmiah dan dapat dijadikan alternative untuk memperbaiki daya tahan tubuh imonulogik. <span lang="FI">Moh. Sholeh, <i>Terapi Salat Tahajud Menyembuhkan Berbagai Penyakit</i>(Jakarta: Hikmah, 2007), 185-186.</span></div>
</div>
<div id="ftn17">
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref17" name="_ftn17" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[17]</span></span></a><span lang="FI" style="font-size: 10pt;"> Jalaluddin dan Ramayulis, <i>Pengantar Ilmu Jiwa Agama</i> ( Jakarta: Kalam Mulia, 1993), 71.</span></div>
</div>
<div id="ftn18">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref18" name="_ftn18" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 9pt;">[18]</span></span></a><span lang="FI" style="font-size: 9pt;"> Hanna Djumhana Bastaman, <i>Integrasi Psikologi dengan Islam: Menuju Psikologi Islami</i>(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995), 36.</span></div>
</div>
<div id="ftn19">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref19" name="_ftn19" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 9pt;">[19]</span></span></a><span lang="FI" style="font-size: 9pt;"> Djamaluddin Ancok, <i>Psikologi Islami: Solusi Islam atas Problem-Problem Psikologi</i>(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1994),49, 75.</span></div>
</div>
<div id="ftn20">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref20" name="_ftn20" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[20]</span></span></span></a><span lang="IN"> Muafi. “Pengaruh Motivasi Spiritual Karyawan terhadap Kinerja Riligius di Kawasan Industri Rungkut Surabaya.” Jurnal <i>Siasat Bisnis</i>. Vol. 1, Nomor 8, (Yogyakarta: Fakultas Ekonomi UII, 2003), 4.</span></div>
</div>
<div id="ftn21">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref21" name="_ftn21" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[21]</span></span></span></a><span lang="IN"> Jaspert Slob, “Kecendrungan Spiritualitas Masyarakat Modern”, dalam<i>Spiritualitas Baru, Agama & Aspirasi Rakyat, </i>ed. Elga Sarapung, dkk (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), 92-92.</span></div>
</div>
<div id="ftn22">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref22" name="_ftn22" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[22]</span></span></span></a><span lang="IN"> al-Qur’an, 2 (al-Baqarah): 30.</span></div>
</div>
<div id="ftn23">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref23" name="_ftn23" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[23]</span></span></span></a><span lang="IN"> Ibid., 103 (al-Asr): 2-3.</span></div>
</div>
<div id="ftn24">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref24" name="_ftn24" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[24]</span></span></span></a><span lang="IN"> Dalam hal ini ibadat sejatinya adalah pelembagaan atau institusionalisasi iman itu. Lihat, Nurcholish Madjid, <i>Islam Doktrin dan Peradaban</i> (Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina, 2000), 67.</span></div>
</div>
<div id="ftn25">
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref25" name="_ftn25" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[25]</span></span></span></a> <span style="font-size: 10pt;">Kazuo Murakami, <i>The Divine Message of The DNA: Tuhan dalam Gen Kita,</i>terj. Winny Prasetyowati (<st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Bandung</st1:place></st1:city>: Mian, 2007), 14-15, 31-37</span></div>
</div>
<div id="ftn26">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref26" name="_ftn26" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[26]</span></span></span></a><span lang="IN"> Masaru Emoto, <i>The True Power of Water: Hikamah Air dalam Olah Jiwa</i>, terj. Azam (Bandung: MQ Publishing, 2006), 14-17.</span></div>
</div>
<div id="ftn27">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref27" name="_ftn27" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[27]</span></span></span></a><span lang="IN"> Ibid., 27</span></div>
</div>
<div id="ftn28">
<div class="MsoFootnoteText">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref28" name="_ftn28" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[28]</span></span></span></a><span lang="SV"> Noerhidayatullah, <i>Insan Kamil: Metoda Islam Memanuisakan Manusia</i> (Bekasi: Nalar, 2002), 11-13.</span></div>
</div>
<div id="ftn29">
<div class="MsoFootnoteText">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref29" name="_ftn29" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[29]</span></span></span></a> Soejitno Irmim & Abdul Rochim, <i>Menjadi Insan Kamil</i> (tt: Seyma Media, 2005), iv-v.</div>
</div>
<div id="ftn30">
<div class="MsoFootnoteText">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref30" name="_ftn30" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[30]</span></span></span></a> M. Amin Syukur, <i>Menggugat Tawawuf: Sufisme dan Tanggung Jawab Sosial Abad 21 </i>(<st1:place w:st="on">Yogyakarta</st1:place>: Pustaka Pelajar, 2002), 70-75.</div>
</div>
<div id="ftn31">
<div class="MsoFootnoteText">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref31" name="_ftn31" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[31]</span></span></span></a> Hasan Hanafi, <i>From Faith to Revolution</i> (Spanyol: Cordoba, 1985) , 154.</div>
</div>
<div id="ftn32">
<div class="MsoFootnoteText">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref32" name="_ftn32" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[32]</span></span></span></a> Sudirman Tebba, <i>Tasawuf Positif</i> (<st1:place w:st="on">Jakarta</st1:place>: Prenada Media, 2003), 150-151.</div>
</div>
<div id="ftn33">
<div class="MsoFootnoteText">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref33" name="_ftn33" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[33]</span></span></span></a> James Winston Morris, <i>Sufi-Sufi Merajut Peradaban</i> (<st1:place w:st="on">Jakarta</st1:place>: Forum Sebangsa, 2002), 115.</div>
</div>
<div id="ftn34">
<div class="MsoFootnoteText">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref34" name="_ftn34" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[34]</span></span></span></a> Ibid., 117.</div>
</div>
<div id="ftn35">
<div class="MsoFootnoteText">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref35" name="_ftn35" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[35]</span></span></span></a> Seyyed Hossein Nasr, <i>Antara Tuhan, Manusia dan Alam: Jembatan Filosofis dan Religius Menuju Puncak Spiritual</i> (<st1:place w:st="on">Yogyakarta</st1:place>: IRCiSoD, 2003), 8-9.</div>
</div>
<div id="ftn36">
<div class="MsoFootnoteText">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref36" name="_ftn36" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[36]</span></span></span></a> Ahmad Najib Burhani, <i>Sufisme Kota: Berpikir Jernih Menemukan Spiritualitas Positif</i> (<st1:place w:st="on">Jakarta</st1:place>: Serambi Ilmu Semesta, 2001), 23, 63.</div>
</div>
<div id="ftn37">
<div class="MsoFootnoteText">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref37" name="_ftn37" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[37]</span></span></span></a> Said Aqil Siroj, <i>Tasawuf Sebagai Kritik Sosial: Mengedepankan Islam Sebagai Inspirasi Bukan Aspirasi</i> (<st1:place w:st="on">Bandung</st1:place>: Mizan, 2006), 46.<i></i></div>
</div>
<div id="ftn38">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref38" name="_ftn38" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[38]</span></span></span></a><span lang="IN"> Syaikh Hakim Mu’inuddin Chisyti, <i>Penyembuhan Cara Sufi</i>, terj. Burha</span><span lang="FI">n Wirasubrata (Lentera Basritama: Jakarta, 2001),</span><span lang="FI"> 148.</span></div>
</div>
<div id="ftn39">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref39" name="_ftn39" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[39]</span></span></span></a><span lang="FI"> Sayyid Sabiq, <i>Fikih Sunnah, </i>Jilid 1, terj. Mahyuddin Syaf (Bandung: PT Al-Ma’arif, 1973), 205.</span></div>
</div>
<div id="ftn40">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref40" name="_ftn40" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[40]</span></span></span></a><span lang="FI"> Syaikh Hakim Mu’inuddin Chisyti, <i>Penyembuhan…, </i>148-149.</span></div>
</div>
<div id="ftn41">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref41" name="_ftn41" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[41]</span></span></span></a><span lang="FI"> al-Qur’an, 20 (Taha) : 14</span></div>
</div>
<div id="ftn42">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref42" name="_ftn42" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[42]</span></span></span></a><span lang="FI"> Ibid., 2 (al-Baqarah) : 238</span></div>
</div>
<div id="ftn43">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref43" name="_ftn43" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[43]</span></span></span></a><span lang="FI"> Annemarie Schimmel, <i>Rahasia Wajah Suci Ilahi</i>, terj. Rahmani Astuti (Bandung: Mizan, 1997), 217.</span></div>
</div>
<div id="ftn44">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref44" name="_ftn44" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[44]</span></span></span></a><span lang="FI"> Syaikh Hakim Mu’inuddin Chisyti, <i>Penyembuhan…,</i> 168.</span></div>
</div>
<div id="ftn45">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref45" name="_ftn45" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[45]</span></span></span></a><span lang="ES"> Yusuf al-Quradawi, <i>Ibadah…, 506</i></span></div>
</div>
<div id="ftn46">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref46" name="_ftn46" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[46]</span></span></span></a><span lang="ES"> Abdul Qadir al-Jailani, <i>Rahasia Sufi</i>, terj. Abdul Majid (Yogyakarta: Futuh, 2002), 233-234.</span></div>
</div>
<div id="ftn47">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref47" name="_ftn47" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[47]</span></span></span></a><span lang="ES"> Carl W. Ernst, <i>Mozaik Ajaran Tasawuf</i>, terj. Tantan Hermansyah dan Siti Suharni (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001), 50-52.</span></div>
</div>
<div id="ftn48">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref48" name="_ftn48" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[48]</span></span></span></a> Syaikh Hakim Mu’inuddin Chisyti, <i>The Book…</i>, 142.</div>
</div>
<div id="ftn49">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref49" name="_ftn49" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[49]</span></span></span></a> al-Qur’an, 2 (al-Baqarah) : 186.</div>
</div>
<div id="ftn50">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref50" name="_ftn50" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[50]</span></span></span></a> al-Hujwiri, <i>Kasyful Mahjub : Risalah <st1:country-region w:st="on"><st1:place w:st="on">Persia</st1:place></st1:country-region> Tertua tentang Tasawuf</i>, terj. Suwardjo Muthari dan Abdul Hadi W.M (Bandung: Mizan, 1995), 286-291</div>
</div>
<div id="ftn51">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref51" name="_ftn51" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;">[51]</span></span></span></a> Yusuf al-Quradawi, <i>Ibadah…,</i> 511-512.</div>
</div>
<div id="ftn52">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref52" name="_ftn52" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 9pt;">[52]</span></span></a><span style="font-size: 9pt;"> Jeff Hammond, <i>Kepemimpinan Yang Sukses </i> (<st1:city w:st="on">Jakarta</st1:city>: Yayasan MediaBuana <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">Indonesia</st1:country-region></st1:place>, 2002), 12.</span></div>
</div>
<div id="ftn53">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref53" name="_ftn53" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 9pt;">[53]</span></span></a><span style="font-size: 9pt;"> Abdul Azis Wahab, <i>Anatomi Organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan: Telaah terhadap Organisasi dan Pengelolaan Organisasi Pendidikan</i> (<st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Bandung</st1:city></st1:place>: Alfabeta, 2008), 136.</span></div>
</div>
<div id="ftn54">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref54" name="_ftn54" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 9pt;">[54]</span></span></a><span style="font-size: 9pt;"> Morgan Mc.Call & Michael Lombardo, “Off the track: Why and How Succesfull Executive Get Gerailed.” Dalam, Triantoro Safaria, <i>Kepemimpinan</i> (<st1:place w:st="on">Yogyakarta</st1:place>: Graha Ilmu, 2004), 14 – 15.</span></div>
</div>
<div id="ftn55">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref55" name="_ftn55" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 9pt;">[55]</span></span></a><span style="font-size: 9pt;"> Daniel C. Kielson, “Leadership: Creating a New Reality.” Dalam, Triantoro Safaria,<i>Kepemimpinan</i> (<st1:place w:st="on">Yogyakarta</st1:place>: Graha Ilmu, 2004), 6.</span></div>
</div>
<div id="ftn56">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref56" name="_ftn56" style="color: #3c4042; text-decoration: none;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 9pt;">[56]</span></span></a><span style="font-size: 9pt;"> John Clark Archer B.D, <i>Dimensi Mistis dalam Diri Muhammad</i> , terj. Ahmad Asnawi (<st1:place w:st="on">Yogyakarta</st1:place>: Diglossia, 2007), hal. x.</span></div>
<div>
<span style="font-size: 9pt;"><br /></span></div>
</div>
</div>
</div>
</div>
udinbloghttp://www.blogger.com/profile/13314285168642838107noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1362725909558231320.post-67212247376534815302013-12-18T01:14:00.001-08:002013-12-18T01:16:50.272-08:00Urgensi Kepemimpinan Inovatif (Studi Kasus Kepala SD DU Pasuruan) Oleh : Dr. KH. Djoko Hartono, S.Ag, M.Ag, M.M.<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div align="center" class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<b style="line-height: 200%;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 15pt; line-height: 200%;">Abstrak</span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">Riset ini sesungguhnya
membahas tentang kepemimpinan inovatif pada institusi pendidikan sekolah dasar
yang bernuansa Islam di kota Pasuruan Jawa Timur. Model kepemimpinan inovatif
seperti ini tentu sangat dibutuhkan di era penuh perubahan dan tantangan serta
persaingan seperti saat ini. Dalam riset ini peneliti berkepentingan selain untuk
mengungkap kepemimpinan inovatif yang ada, juga berusaha mengetahui model
kepemimpinan inovatif yang dilakukan serta berbagai alasan kepemimpinan
inovatif dilakukan oleh kepala sekolah tersebut.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">Selanjutnya peneliti
melakukan pra-riset dan riset secara mendalam. Untuk mendapatkan data-data yang
dibutuhkan peneliti </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;">menggunakan
metode interview terstruktur/ wawancara terstandar maksudnya adalah wawancara
dengan menggunakan sejumlah pertanyaan yang terstandar secara baku. Setelah data terkumpul maka peneliti
menganalisisnya dengan menggunakan pendekatan analisis fungsionalisme dan
analisis kritis. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;">Hasil penelitian ini nanti dimungkinkan <i>pertama</i>, mendukung teori-teori atau
hasil penelitian terdahulu yang digunakan sebagai acuan dalam penyusunan riset
ini; <i>kedua</i>, mengembangkan teori-teori
yang sudah ada atau hasil penelitian terdahulu; <i>ketiga</i> yakni justru menolak/tidak mendukungnya; <i>keempat</i>, menjadi temuan baru.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;">Penelitian ini menghasilkan
temuan-temuan yakni kepemimpinan </span><span lang="FI" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: FI; mso-bidi-font-weight: bold;">inovatif dilakukan kepala SD
Darul Ulum Pasuruan, model pelaksanaan kepemimpinan inovatif yang dilakukan di
institusi ini menggunakan model evolusioner dan atau revolusioner sekaligus.
Adapun berbagai alasan pelaksanaan kepemimpinan inovatif yang dilakukan kepala
sekolah yakni dalam rangka merubah dan memperbaiki keadaan sekolah</span><b><span lang="FI" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;"> </span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-weight: bold;">yang belum mapan agar menjadi lebih mapan, yang tidak baik menjadi lebih
baik, yang tidak berkualitas menjadi lebih berkualitas dan merubah stigma
negative sekolah bernuansa Islam menjadi memiliki stigma positif.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<b><span lang="SV" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Kata Kunci:</span></b><span lang="SV" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> <i>inovasi
kepemimpinan, model pelaksanaan, alasan pelaksanaan<o:p></o:p></i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<b><span lang="SV" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 10pt; line-height: 150%;">* Penulis:</span></b><span lang="SV" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 10pt; line-height: 150%;"> Dosen
STAI Al-Khoziny Buduran Sidoarjo & Fak. Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-left: .25in; mso-add-space: auto; mso-list: l4 level1 lfo1; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">A.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span></span></b><!--[endif]--><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pendahuluan<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 45.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dalam kehidupan
di muka bumi ini perubahan tampaknya tidak bisa dihindari lagi. Lebih-lebih
dalam kehidupan di era globalisasi saat ini. Hal ini karena berbagai informasi yang berkembang dan terjadi di
belahan negara mana pun di dunia ini mudah diketahui. Informasi dan pengetahuan
yang diperoleh dari situasi dan kondisi yang mudah diakses ini, menjadi
penyebab masyarakat berfikir. Selanjutnya jika dirasakan cocok untuk ditiru dan
dimiliki maka pada akhirnya mereka melakukan usaha untuk melakukan perubahan.
Sehingga keadaan masa depan yang lebih baik dari yang diinginkan menjadi
terwujud.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 45.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Menyikapi semua
ini maka Nur Nasution menyatakan bahwa, perubahan berarti bahwa kita harus
mengubah dalam cara mengerjakan atau berfikir tentang sesuatu. Dengan demikian,
perubahan membuat sesuatu menjadi berbeda. Perubahan merupakan pergeseran dari
keadaan sekarang (suatu organisasi), menuju pada keadaan yang diinginkan di
masa depan. Perubahan tersebut dapat terjadi pada struktur organisasi, proses
mekanisme kerja, sumber daya manusia (SDM) dan budaya,<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftn1" name="_ftnref1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[1]</span></span><!--[endif]--></span></a>
serta sektor-sektor lain yang ada.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 45.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Perubahan yang
serba cepat dalam kehidupan di masyarakat, akibat dari perkembangan ilmu dan
teknologi seperti yang telah disinggung dalam uraian di atas dan berbagai
tuntutan kebutuhan dari berbagai sektor sejatinya sangat berpengaruh terhadap
perkembangan setiap organisasi, termasuk dalam hal ini lembaga pendidikan/sekolah.
Sekolah sebagai sistem terbuka, sistem social dan agen perubahan, bukan hanya
harus peka dalam penyesuaian diri, melainkan seharusnya juga dapat
mengantisipasi perkembangan-perkembangan yang akan terjadi dalam kurun waktu
tertentu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 45.35pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Untuk
itu dari uraian di atas sejatinya dapat dipahami bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi perubahan itu bisa terjadi karena faktor internal dan eksternal
suatu organisasi. Oleh karenanya, proses perubahan perlu dikelola dengan baik. Ini menuntut semua
elemen yang ada dalam sekolah untuk ikut serta dalam mewujudkan perubahan,
sehingga perubahan menjadi lebih baik bisa terwujud. Hal ini seperti yang dikemukakan Nur Nasution
pula, bahwa “pada dasarnya perubahan memerlukan komitmen bersama”.<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftn2" name="_ftnref2" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[2]</span></span><!--[endif]--></span></a><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: .25in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 45.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Komitmen
bersama untuk melakukan perubahan sesungguhnya sangat penting. Namun demikian
segala sesuatu gerakan yang di arahkan
menuju perubahan dalam suatu lembaga pendidikan/sekolah perlu pula figure
sentral yang mampu menjadi komandan, acuan dan panutan serta penggerak semua
unsur yang ada.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: .25in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 45.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Salah
satu figure yang memiliki kekuatan efektif dalam pengelolaan sekolah yang
berperan dan bertanggung jawab menghadapi perubahan adalah kepala sekolah.
Untuk itu kepala sekolah dituntut agar dapat menjalankan kepemimpinnya dengan
baik. Karena dalam menjalankan kepemimpinannya ia berada dalam lembaga
pendidikan maka esensi kepemimpinan kepala sekolah sejatinya adalah
kepemimpinan pengajaran/pendidikan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: .25in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 45.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dalam
suatu sekolah ini maka eksistensi kepala sekolah hendaknya dapat memprakarsai
pemikiran baru untuk melakukan perubahan, baik dalam hal proses interaksi di
lingkungan sekolah, penyesuaian tujuan sasaran, konfigurasi, prosedur, input,
proses atau output dari suatu sekolah sesuai dengan tuntutan perkembangan. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: .25in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 45.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Untuk
itu dalam rangka mewujudkan perubahan di sekolah maka sudah barang tentu kepala
sekolah dituntut agar mampu menjadi seorang pemimpin yang inovatif dan memiliki
kualitas kepemimpinan yang baik. Jika kepala sekolah memiliki kualifikasi
sedemikian rupa yakni daya inovatif yang tinggi dan kualitas kepemimpinan yang
baik tentu akan menjadi kunci keberhasilan sebuah sekolah yang dipimpinnya. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: .25in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 45.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Menurut
Robbins seperti yang dikutib Aan Komariah dan Cepi Triatna menyatakan bahwa
inovasi sebagai suatu gagasan baru yang diterapkan untuk memprakarsai atau
memperbaiki suatu produk, proses dan jasa. Seorang pemimpin inovatif sejatinya
figure yang mampu mengimplementasikan ide-ide baru dengan mengubah konsep
kreatif menjadi suatu kenyataan. Adapun bentuk-bentuk inovasi itu bisa jadi
berupa suatu gagasan, barang, kejadian, teknik/metode, praktik yang diamati,
disadari, dirasakan dan diterima sebagai hal yang baru oleh seseorang atau
kelompok (masyarakat), baik sebagai hasil <i>discovery</i>
maupun penemuan (<i>invention</i>)<i>.</i><a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftn3" name="_ftnref3" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-style: italic; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[3]</span></span><!--[endif]--></span></a><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: .25in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 45.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Untuk
itu kepala sekolah sebagai inovator dituntut dapat melakukan peran dan
fungsinya sebagai figure yang mampu melakukan perubahan. Dalam posisi seperti
ini maka ia harus memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang
harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap
kegiatan, memberikan keteladanan kepada seluruh tenaga kependidikan di sekolah,
dan mengembangkan model-model pembelajaran yang inovatif. Dengan demikian eksistensi
kepala sekolah yang inovatif seperti dalam uraian di atas sesungguhnya akan
mampu menjadi penggerak terwujudnya perubahan yang efektif.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: .25in; mso-add-space: auto; tab-stops: 357.75pt; text-align: justify; text-indent: 45.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Hal
ini seperti yang dikemukakan Winardi bahwa, inovasi merupakan suatu proses di
mana organisasi-organisasi memanfaatkan keterampilan-keterampilan dan
sumber-sumber daya mereka untuk mengembangkan barang-barang dan jasa-jasa baru,
atau untuk mengembangkan produk baru dan sistem-sistem pengoperasian baru
hingga lebih baik dan dapat bereaksi memenuhi kebutuhan pelanggan.<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftn4" name="_ftnref4" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[4]</span></span><!--[endif]--></span></a> <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: .25in; mso-add-space: auto; tab-stops: 357.75pt; text-align: justify; text-indent: 45.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Inovasi
kepemimpinan dilakukan oleh kepala sekolah bersama-sama dengan para guru dan
staf sekolah setelah melakukan identifikasi fungsi-fungsi yang diperlukan untuk
mencapai tujuan yang diharapkan bersama. Berdasarkan hasil analisis tersebut,
sekolah merumuskan program-program yang mengacu pada visi dan misi sekolah, karena visi-misi sekolah
merupakan target yang akan dicapai dalam satu periode akademik, di mana dalam
pelaksanaannya tercermin dalam bentuk program-program sekolah.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: .25in; mso-add-space: auto; tab-stops: 357.75pt; text-align: justify; text-indent: 45.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Secara
umum, istilah inovasi sering diterjemahkan sebagai pembaharuan yang selalu
dirangkaikan dengan penemuan (<i>invention</i>)
sehingga pengertian inovasi merupakan penemuan baru akibat adanya perubahan.
Kata “inovasi” dalam khazanah bahasa Indonesia dimaknai sebagai suatu ide,
barang, kejadian metode yang dirasakan atau diamati sebagai sesuatu yang baru
bagi seseorang atau bagi masyarakat luas yang sedang membangun kepentingan
dengan inovasi, baik berupa gagasan, tindakan atau barang-barang baru.<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftn5" name="_ftnref5" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[5]</span></span><!--[endif]--></span></a> <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: .25in; mso-add-space: auto; tab-stops: 357.75pt; text-align: justify; text-indent: 45.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Agar
proses inovasi di sekolah berjalan dengan baik, kepala sekolah perlu dan harus
bertindak sebagai pemimpin (<i>leader</i>)
dan bukan bertindak sebagai Bos. Oleh karena itu, seyogyanya kepemimpinan
kepala sekolah harus menghindari terciptanya pola hubungan dengan guru yang
hanya mengandalkan kekuasaan, dan sebaliknya perlu mengedepankan kerja sama
fungsional. Kepala sekolah harus menghindarkan diri dari <i>one man show, </i>sebaliknya harus menekankan pada kerja sama
kesejawatan, menghindari terciptanya suasana kerja yang serba menakutkan, dan
sebaliknya perlu menciptakan keadaan yang membuat semua guru percaya diri. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; tab-stops: 357.75pt; text-align: justify; text-indent: 45.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kepala
sekolah sebagai innovator ini akan tercermin dari cara-cara ia melakukan
pekerjaannya secara konstruktif, kreatif, delegatif, integratif, rasional,
obyektif, pragmatis, keteladanan, disiplin, adaptable dan fleksibel.<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftn6" name="_ftnref6" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[6]</span></span><!--[endif]--></span></a><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 45.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pada
dasarnya, pengelolaan pendidikan atau manajemen sekolah tidak dapat dipisahkan
dari model pelaksanaan kepemimpinan yang dilakukan kepala sekolah. Untuk itu
dalam menjalankan perannya sebagai seorang <i>“leader” </i>maka kepala sekolah
hendaknya menjadi sosok figur yang mampu mempengaruhi orang lain, selain melakukan keputusan inovatif. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 45.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Inovasi
harus dimulai dari yang kecil, karena tidak semua inovasi dimulai dengan
ide-ide yang sangat tidak terjangkau oleh kehidupan nyata dalam lingkungan
pendidikan. Dari keinginan yang kecil untuk memperbaiki suatu kondisi atau
suatu kebutuhan hidup nyata, bisa jadi
kelak mempunyai implikasi yang sangat luas terhadap kehidupan umat
manusia selanjutnya.<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftn7" name="_ftnref7" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US;">[7]</span></span><!--[endif]--></span></a><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 45.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Diamati
dari sifatnya, maka inovasi dapat dikategorikan sebagai perubahan yang sedikit
demi sedikit atau sebagian komponen sampai kepada perubahan atau inovasi yang
drastis dan perubahan yang menyeluruh atau total terhadap semua komponen di
dalam sistem yang ada baik fisik maupun non fisik. Hal ini sangat beralasan
karena menurut Gareth R Jones seperti yang dikutip Djoko Hartono mengungkapkan
bahwa, perubahan ini bisa dilakukan dengan cara <i>evolusioner</i> dan atau <i>revolusioner</i>.<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftn8" name="_ftnref8" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-style: italic; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US;">[8]</span></span><!--[endif]--></span></a><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 45.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Untuk
itu berbagai strategi dan implementasi perubahan dalam rangka melakukan inovasi
harus dilakukan seorang pemimpin pada kurun waktu tertentu. Pemimpin yang
inovatif hendaknya dapat mengembangkan segenap potensi sumber daya yang ada
menuju pada peningkatan mutu proses dan produk yang lebih efektif, efisien dan
relevan. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 45.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Upaya
melakukan perubahan guna mewujudkan inovasi dari segala aspeknya seperti di
atas tentu harus tetap menimbulkan kondisi yang lebih baik, sebab tidak semua
perubahan yang terjadi akan menimbulkan kondisi yang lebih baik. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 45.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Hal
ini seperti yang dikemukakan Djoko Hartono bahwa, “perubahan yang tidak
direncanakan, spontan, acak tentu akan menimbulkan kondisi yang tidak
diinginkan dan bisa bersifat merusak (<i>destruktif</i>)”.<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftn9" name="_ftnref9" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US;">[9]</span></span><!--[endif]--></span></a> <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 45.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sedang
menurut Winardi bahwa, “perubahan hendaknya senantiasa mengandung makna beralih
dari keadaan sebelumnya (<i>the before
condition</i>) belum mapan, tidak baik, tidak berkualitas, memiliki stigma
negatif menjadi berubah kepada keadaan setelahnya (<i>the after condition</i>) yang sebaliknya”.<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftn10" name="_ftnref10" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US;">[10]</span></span><!--[endif]--></span></a> <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 45.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Untuk
itu kepemimpinan inovatif ini jika dicermati dari penjelasan di atas sejatinya
dalam rangka merubah dan memperbaiki suatu kondisi yang belum mapan, tidak
baik, tidak berkualitas dan memiliki stigma negative menjadi berubah lebih baik
dari sebelumnya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify; text-indent: 45.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Penjelasan tentang kepemimpinan inovatif di atas
akan sangat menarik untuk diteliti ketika dihadapkan pada realita empirik pada
kepala sekolah dasar Darul Ulum di Pasuruan. Hal ini karena kepemimpinan mereka
berada di desa kabupaten Pasuruan. Keberadaan sekolah yang berada di luar kota
metropolitan atau di pedesaan lebih-lebih pada sebuah lembaga pendidikan Islam
seringkali distigmakan negative akibat
tidak/kurang inovatifnya akan manajemen kepemimpinan yang dimilikinya.dan <i>notabene</i>
sangat mengedepankan konservatifitas sehingga terkesan tidak/kurang
berkualitas.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify; text-indent: 45.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Hal ini seperti yang dikemukakan A. Syafi’i bahwa,
“perkembangan pendidikan Islam di Indonesia belum menunjukkan hasil yang
optimal. Dibanding dengan perkembangan jenis pendidikan lainnya, pendidikan
Islam jelas menunjukkan kualitas yang relative lebih rendah.<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftn11" name="_ftnref11" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US;">[11]</span></span><!--[endif]--></span></a> Selanjutnya
menurut Syafi’i factor yang menyebabkan kondisi ini terjadi karena lembaga
pendidikan Islam tersebut tidak dikelola dengan manajemen modern (yang baik),
rendahnya sumberdaya kependidikan yang dimiliki semisal kepala sekolah, guru,
karyawan.<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftn12" name="_ftnref12" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US;">[12]</span></span><!--[endif]--></span></a>
<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify; text-indent: 34.05pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dari uraian di atas maka penulis menjadi tertarik
meneliti tentang kepemimpinan inovatif yang ada di SD Darul Ulum Pasuruan. Ada beberapa persoalan yang peneliti ajukan dalam
penelitian ini <i>Pertama,</i> Apakah kepala SD Darul Ulum Pasuruan
telah melakukan kepemimpinan inovatif ?; <i>Kedua,</i> Bagaimanakah model
kepemimpinan inovatif yang dilakukan oleh kepala SD Darul Ulum Pasuruan ?; <i>Ketiga,</i>
Mengapa kepemimpinan inovatif dilakukan oleh kepala SD Darul Ulum Pasuruan ?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l4 level1 lfo1; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -17.45pt;">
<!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">B.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span></span></b><!--[endif]--><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pembahasan Hasil Penelitian<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pembahasan ini merupakan implikasi dan interpretasi
dari analisis hasil penelitian yang didukung dengan temuan teoritis maupun
empiris dari penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian yang
dilakukan. Pembahasan ini dilakukan untuk mengetahui kepala SD Darul Ulum
Pasuruan telah melakukan kepemimpinan inovatif atau tidak, untuk mengetahui
model kepemimpinan inovatif yang dilakukan kepala SD Darul Ulum Pasuruan dan
untuk mengetahui berbagai alasan urgensinya kepemimpinan inovatif dilakukan
oleh kepala SD Darul Ulum Pasuruan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Untuk mengetahui jawaban dari permasalahan yang diajukan
peneliti di atas maka peneliti sebelumnya melakukan pra-riset dan riset secara
mendalam dengan menggunakan metode interview terstruktur guna mendapatkan
data-data yang diharapkan. Metode sesungguhnya merupakan cara untuk pengumpulan
data atau informasi melalui tatap muka antara pihak penanya (<i>interviewer</i>)
dengan pihak yang ditanya atau penjawab (<i>interviewer</i>).<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftn13" name="_ftnref13" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US;">[13]</span></span><!--[endif]--></span></a>
Wawancara ini efektif dilakukan untuk menjaring data/informasi dari banyak
orang. <a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftn14" name="_ftnref14" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US;">[14]</span></span><!--[endif]--></span></a> Wawancara
terstruktur ini disebut juga dengan wawancara terstandar maksudnya adalah wawancara
dengan menggunakan sejumlah pertanyaan yang terstandar secara baku.<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftn15" name="_ftnref15" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US;">[15]</span></span><!--[endif]--></span></a> <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Untuk mendapatkan data primer peneliti mengajukan
berbagai pertanyaan kepada kepala sekolah yang ada dan untuk mendapatkan data
sekunder peneliti mengajukan berbagai pertanyaan kepada para guru dan karyawan
SD Darul Ulum Pasuruan. Setelah data terkumpul maka peneliti menganalisisnya
dengan menggunakan pendekatan analisis fungsionalisme dan analisis kritis. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Menurut A. Khozin Afandi, analisis fungsionalisme
ini berguna untuk mengetahui kondisi apa yang dihasilkan oleh tindakan yang
telah dikerjakan selama ini (oleh kepala sekolah).<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftn16" name="_ftnref16" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US;">[16]</span></span><!--[endif]--></span></a>
Maksudnya apakah kepala sekolah selama ini telah mampu menjalankan fungsi
sebagai seorang pemimpin yang mampu
melakukan perubahan dan menghasilkan sesuatu untuk kemajuan sekolah yang
dipimpinnya. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sedang peneliti menggunakan pendekatan analisis
kritis karena mengacu pada <span class="apple-style-span"><span style="background: #FAFAFA; color: #333333;"> pandangan
Habermas seperti yang dikutib A. Khozin Afandi, kritisisme ditengarahi oleh
kemampuan menjadikan unsur yang sebelumnya tidak disadari menjadi disadari
sehingga mengubah determinisme kesadaran yang salah. Kritik mengemban tugas
menjelaskan komunikasi yang mengalami distorsi. Untuk itu sebelumnya harus
disiapkan rancangan ide agar tidak terjadi komunikasi yang keliru dan
disimpangkan.</span></span><a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftn17" name="_ftnref17" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="background: #FAFAFA; color: #333333;"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; font-size: 12pt; line-height: 115%;">[17]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span class="apple-style-span"><span style="background: #FAFAFA; color: #333333;"> </span></span><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Setelah data-data terkumpul dan dilakukan analisis
maka peneliti melakukan penyajian data dan pembahasan sehingga baik secara
teoritik atau empirik (penelitian terdahulu), hasil penelitian ini nanti
dimungkinkan pertama, mendukung teori-teori atau hasil penelitian terdahulu
yang digunakan sebagai acuan dalam penyusunan riset ini; kedua, mengembangkan
teori-teori yang sudah ada atau hasil penelitian terdahulu; ketiga yakni justru
menolak/tidak mendukungnya; keempat, menjadi temuan baru. Untuk itu
pendeskripsian pembahasan ini bisa kita ikuti sebagai berikut.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<b><i><span lang="FI" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: FI;">Pertama,</span></i></b><span lang="FI" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">sekolah
dasar bernuansa Islam yang menjadi objek penelitian ini sejatinya merupakan
sekolah dasar swasta yang berada di sebuah kelurahan kecamatan dalam kota Pasuruan.
Sekolah dasar ini pada mulanya merupakan madrasah ibtidaiyah (MI) yang
menggunakan rumah-rumah penduduk sebagai tempat pembelajaran yang ada. Atas
prakarsa beberapa tokoh agama dan tokoh masyarakat yang mengerti akan
pentingnya arti pendidikan maka pada tahun 1963 berdirilah madrasah ibtida’iyah
ini. Namun demikian sejak tahun 1975 setelah mendapat ijin operasional yang
dikeluarkan oleh dinas pendidikan dan kebudayaan kota Pasuruan maka madrasah
tersebut berubah statusnya menjadi sekolah dasar yang bernuansa Islam.
Selanjutnya pada tahun 2004, setelah dilakukan akreditasi dari dinas pendidikan
kota Pasuruan maka sekolah ini memperoleh status terakreditasi B.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dalam perkembangan berikutnya sekolah ini terus
mendapat dukungan dan kepercayaan yang besar dari masyarakat. Hal ini terbukti dari semakin meningkatnya animo
masyarakat yang menitipkan putra-putrinya hingga mencapai jumlah 480 anak agar
memperoleh pendidikan di sekolah tersebut. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-left: .25in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Selama ini
sekolah tersebut telah mengalami dua kali pergantian kepala sekolah. Walaupun
belum begitu sempurna dan perlu perbaikan-perbaikan tampaknya kepemimpinan di
sekolah ini telah menunjukkan dan memiliki struktur organisasi, sarana
prasarana yang memadahi, cita-cita dan program ke depan dalam rangka
menghasilkan lulusan peserta didiknya yang terbaik. Hal ini dapat diketahui
dari visi, misi dan tujuan yang dibuat dan dimiliki sekolah ini.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify; text-indent: -21.25pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">1.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;">
</span></span><!--[endif]--><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;">Visi<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;">Membentuk
peserta didik yang memiliki imtaq, iptek dan berakhlaq <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">2.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;">
</span></span><!--[endif]--><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;">Misi<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-weight: bold; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">a.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;">Melaksanakan
pembelajaran secara efektif sehingga dapat mengembangkan potensi siswa secara
optimal<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-weight: bold; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">b.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;">Membantu siswa
mengenali potensi dirinya sehingga berkembang secara optimal<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-weight: bold; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">c.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;">Menumbuhkan
semangat kreatif kepada seluruh warga sekolah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-weight: bold; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">d.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;">Meningkatkan
penghayatan dan pengamalan ajaran agama dalam kehidupan sehari- hari<b><o:p></o:p></b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-weight: bold; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">e.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;">Meningkatkan
manajemen partisipasi masyarakat dalam dunia pendidikan<b><o:p></o:p></b></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">3.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;">
</span></span><!--[endif]--><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;">Tujuan<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">a.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;">Dapat
mengamalkan ajaran agama dari hasil proses ajaran agama dan kegiatan
pengembangan diri<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">b.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;">Dapat
meraih prestasi akademik dan non akademik yang
memadai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">c.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;">Dapat
menghasilkan peserta didik yang terampil dan mandiri<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">d.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;">Dapat
menguasai dasar teknologi serta seni budaya kejenjang yang lebih tinggi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">e.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;">Menjadi
sekolah berwawasan budaya dan lingkungan serta penggerak di masyarakat sekitar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Jika diperhatikan dari pernyataan visi di atas maka
tampaknya yang membuat pernyataan visi belum memahami akan kaidah-kaidah yang
baik dan benar. Hal ini bisa dilihat dari apa yang dikemukakan pakar manajemen
berikut. Menurut Fred R. David bahwa pernyataan visi menjawab pertanyaan “Kita ingin menjadi seperti
apa?” dan visi diperlukan untuk memotivasi kerja secara efektif.<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftn18" name="_ftnref18" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US;">[18]</span></span><!--[endif]--></span></a> <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sementara misi sangat berkaitan dengan visi, memberi
arahan yang jelas baik untuk masa sekarang maupun akan datang serta membuat
visi memperjelas alasan, kenapa sebuah institusi berbeda dari
institusi-institusi yang lain, harus diterjemahkan ke dalam langkah-langkah
penting yang dibutuhkan dalam memanfaatkan peluang yang ada dalam institusi.<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftn19" name="_ftnref19" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US;">[19]</span></span><!--[endif]--></span></a> <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sedang pernyataan misi menjawab pertanyaan “Apa
bisnis kita?”. Dari hasil penelitian yang membandingkan pernyataan misi dari
perusahaan daftar Fortune 500 dengan prestasi baik dan perusahaan dengan
prestasi jelek sampai pada kesimpulan bahwa yang berprestasi baik mempunyai
pernyataan misi yang lebih lengkap ketimbang yang berprestasi rendah.<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftn20" name="_ftnref20" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US;">[20]</span></span><!--[endif]--></span></a>
Untuk itu para pengelola organisasi harus berhati-hati dalam mengembangkan
pernyataan visi dan misinya. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Setelah visi, misi dan nilai-nilai telah ditetapkan,
ketiganya harus diterjemahkan ke dalam tujuan-tujuan yang bisa tercapai. Tujuan
sering diekspresikan sebagai sasaran dan cita-cita, diekspresikan dalam metode
yang terukur sehingga hasil akhirnya dapat dievaluasi dengan menggunakan metode
tersebut. Tujuan harus realistis dan dapat dicapai.<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftn21" name="_ftnref21" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US;">[21]</span></span><!--[endif]--></span></a> <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; tab-stops: 357.75pt; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<b><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kedua,
</span></i></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-style: italic; mso-bidi-font-weight: bold;">i</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">novasi
yang dilakukan di sekolah yang menjadi objek peneliatian kali ini sejatinya
dilakukan oleh kepala sekolah bersama-sama dengan para guru dan staf sekolah,
setelah melakukan identifikasi fungsi-fungsi yang diperlukan untuk mencapai
tujuan yang diharapkan bersama. Berdasarkan hasil penelitian yang ada, sekolah
merumuskan program-program yang mengacu pada visi dan misi sekolah, karena visi-misi sekolah
merupakan target yang akan dicapai dalam satu periode akademik, di mana dalam
pelaksanaannya tercermin dalam bentuk program-program sekolah.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; tab-stops: 357.75pt; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dari
hasil observasi dan wawancara, maka diketahui bahwa kepala sekolah telah
melakukan pekerjaannya secara konstruktif, kreatif, delegatif, integratif,
rasional dan obyektif, pragmatis, keteladanan, disiplin, serta adaptable dan
fleksibel. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; tab-stops: 357.75pt; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Hal
ini dapat terbukti dengan adanya guru yang kualifikasi akademiknya masih kurang
memenuhi syarat telah didorong untuk
melanjutkan study ke jenjang yang lebih tinggi. Selain itu kepala sekolah
selalu memiliki gagasan-gagasan baru dengan memadukan setiap kegiatan atau
tindakan berdasarkan pertimbangan rasio dan mampu mendelegasikan tugas kepada
bawahan sesuai dengan tugas dan fungsi serta kemampuan yang dimilikinya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; tab-stops: 357.75pt; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kepala
sekolah juga mengedepankan kedisiplinan kerja dengan memberikan keteladanan
dan mampu menyesuaikan diri dalam menghadapi
situasi baru, serta berusaha menciptakan situasi kerja yang menyenangkan dan
memudahkan para tenaga kependidikan untuk beradaptasi dalam melaksanakan
tugasnya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; tab-stops: 357.75pt; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Berkenaan
dengan hal itu, peneliti telah melakukan wawancara dengan Bapak H. Mdq, S.Pd
selaku kepala sekolah:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 45pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;">Saya selalu mendorong guru-guru yang
belum S1 untuk melanjutkan kuliah, al-hamdulillah sekarang sudah banyak yang S1
dan ada yang masih proses. Selain itu saya juga mengirim guru untuk mengikuti
pelatihan, diklat, workshop & KKG, bahkan saya juga mendelegasikan Ibu S.A,
S.Pd untuk mengikuti diklat MBE yang
selanjutnya beliau dipercaya sebagai fasilitator MBE Jawa Timur. Semua guru dan
karyawan di sini selalu mendukung ide-ide yang saya sampaikan dengan harapan
bisa meningkatkan SDM mereka.<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftn22" name="_ftnref22" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[22]</span></span><!--[endif]--></span></a><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Begitu juga
hasil wawancara dengan Ibu Rdy, S.Pd.I selaku guru PAI. Ia mengatakan bahwa:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 45pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;">Mata pelajaran PAI secara umum diajarkan
di semua SD tetapi di sekolah ini diajarkan juga mata pelajaran Qurdis, Fikih, Aqidah Akhlak dan
bahasa Arab yang dimasukkan ke dalam pelajaran PAI. sehingga sekolah ini sangat
diminati masyarakat karena ada SD yang berciri khas Islami. Kepala Sekolah
memiliki ide-ide yang sangat cemerlang, beliau selalu memberikan keteladanan
dan menunjukan kedisiplinan yang tinggi serta mampu beradaptasi terhadap
hal-hal baru berkaitan dengan peningkatan kualitas sekolah.<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftn23" name="_ftnref23" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[23]</span></span><!--[endif]--></span></a><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Temuan empirik
dalam penelitian ini sesungguhnya mendukung, dan menguatkan dan mengembangkan
teori yang dikemukakan para pakar manajemen di bawah ini.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Hal ini seperti
yang dikemukakan Mulyasa bahwa, “Kepala sekolah sebagai inovator itu akan
tercermin dari cara-cara ia melakukan pekerjaannya yakni konstruktif, kreatif,
delegatif, integratif, rasional dan obyektif, pragmatis, keteladanan, disiplin,
dan adaptable serta fleksibel”. <a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftn24" name="_ftnref24" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[24]</span></span><!--[endif]--></span></a><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Winardi
mengemukakan bahwa, “inovasi merupakan suatu proses di mana
organisasi-organisasi memanfaatkan berbagai keterampilan dan sumber daya mereka
untuk mengembangkan barang dan jasa baru, atau untuk mengembangkan produk baru
dan sistem-sistem pengoperasian baru, hingga lebih baik dapat bereaksi terhadap
kebutuhan pelanggan”.<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftn25" name="_ftnref25" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[25]</span></span><!--[endif]--></span></a><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Aunur Rohim
Fakih & Iip Wijayanto mengatakan bahwa, setiap pemimpin tidak akan sanggup
bekerja sendiri tanpa dibantu oleh orang-orang yang berada di struktur yang ada
di bawahnya. Untuk itu mendelegasikan wewenang kepada bawahan akan sangat
membantu terciptanya kepemimpinan efektif.<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftn26" name="_ftnref26" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[26]</span></span><!--[endif]--></span></a><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Hal senada juga
disampaikan oleh Ki Hajar Dewantara bahwa pola kepemimpinan itu mempunyai sifat
mengayomi, identik dengan prinsip-prinsip dalam seni memerintah yaitu: ing
ngarsa sung tuladha (pola panutan), ing
madya mangun karsa (membangkitkan prakarsa), tut wuri handayani (mendorong
bawahan agar maju).<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftn27" name="_ftnref27" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[27]</span></span><!--[endif]--></span></a><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Temuan empirik
dalam penelitian ini sesungguhnya mendukung, menguatkan dan mengembangkan teori
yang dikemukakan para pakar, di antara mereka yakni :<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Ahmad Bahruddin
mengatakan bahwa, “kepemimpinan inovatif di SLTP Qaryah Thayyibah ini terletak
pada keberaniannya merealisasikan ide-ide barunya sehingga memunculkan model
sekolah informal. Sekolah ini merupakan bentuk sekolah alternatif yang mampu
memberi terapi terhadap kondisi akut pendidikan nasional selama ini”.<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftn28" name="_ftnref28" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[28]</span></span><!--[endif]--></span></a><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Barbara Cram dan Monica Cennedy (2009) mengemukakan
bahwa, <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 45pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;">Agar mampu
mewujudkan hasil pendidikan yang berkualitas maka seorang pemimpin perguruan
tinggi harus memiliki strategi inovatif dengan memberdayakan staf pengajar agar
memiliki daya inovatif dalam pengajarannya dan mampu secara proporsional
menggunakan sumberdaya pendukung yang ada. Jika hal ini mampu dikembangkan oleh
para pengajar dalam proses pembelajaran yang ada maka tentu akan memberikan
kepuasan tersendiri bagi peserta didiknya.<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftn29" name="_ftnref29" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US;">[29]</span></span><!--[endif]--></span></a><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 49.5pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Temuan empirik
dalam penelitian ini sesungguhnya juga menolak teori dan temuan yang
dikemukakan para pakar manajemen pendidikan, di antara mereka yakni: <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Djoko Hartono
dalam hal ini mengatakan bahwa,</span><span lang="FI" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: FI;">
”Keterpurukan pendidikan saat ini karena umat Islam sendiri, khususnya pembuat
kebijakan masih memandang sebelah mata terhadap pendidikan Islam yang
disebabkan sempitnya pemahaman terhadap pendidikan Islam”.<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftn30" name="_ftnref30" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FI" style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: FI; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[30]</span></span><!--[endif]--></span></a> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Anshori
LAL, mengatakan bahwa, “kurangnya kepemimpinan yang kualified di
sekolah-sekolah Islam cukup mengejutkan”.<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftn31" name="_ftnref31" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[31]</span></span><!--[endif]--></span></a> <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dengan
ditemukannya secara empirik bahwa kepala sekolah di Pasuruan ini seorang
pemimpin inovatif yang ditunjukkan dengan telah melakukan pekerjaannya secara
konstruktif, kreatif, delegatif, integratif, rasional dan obyektif, pragmatis,
keteladanan, disiplin, serta adaptable dan fleksibel maka jelas-jelas menolak
temuan dan teori yang dikemukakan Djoko Hartono dan Anshori di atas.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<b><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Ketiga,
</span></i></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">jika
diamati dari model pelaksanaannya, maka inovasi dapat dikategorikan sebagai
perubahan yang sedikit demi sedikit atau sebagian komponen sampai kepada
perubahan atau inovasi yang drastis dan perubahan yang menyeluruh atau total terhadap semua komponen di dalam sistem yang
ada baik fisik maupun non fisik.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Model
pelaksanaan kepemimpinan inovatif di atas akan lebih baik jika dilaksanakan
melalui program yang terencana dalam artian melalui suatu proses yang tidak
tergesa-gesa, namun dipersiapkankan secara matang dengan program yang jelas.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Berdasarkan
hasil penelitian ini maka ditemukan bahwa perubahan yang terjadi dalam rangka
pelaksanaan kepemimpinan inovatif di sekolah yang menjadi objek penelitian
terjadi secara perlahan (evolusioner) dan menyeluruh atau total (revolusoneri).
<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Inovasi/perubahan
yang dilakukan secara perlahan (evolusioner) tersebut menyangkut beberapa hal
yakni berupa penambahan mebeler, pengadaan buku dan alat pembelajaran,
administrasi sekolah serta peralatan modern. Sedangkan inovasi/perubahan yang
dilakukan secara menyeluruh atau total (revolusioner) adalah dengan adanya
pembangunan gedung dan RKB (ruang kelas baru).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Hal tersebut
seperti yang dikatakan oleh H. Mdq, S.Pd
bahwa, “pada tahun 2005 sekolah ini
mendapatkan bantuan dari pemerintah untuk pengadaan mebeler, lalu tahun
2010 sekolah mendapatkan bantuan
lagi untuk pengadaan barang yaitu untuk
pembelian buku dan alat pembelajaran, administrasi sekolah serta <i>software</i>
pembelajaran”.<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftn32" name="_ftnref32" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[32]</span></span><!--[endif]--></span></a><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sedangkan
menurut N.H, S.Kom karyawan sekolah ini mengatakan bahwa, “perubahan drastis di
sekolah ini terjadi tahun 2006 yaitu bantuan rehab berat pembangunan
gedung dan pada tahun 2007-2009 sekolah
kami mendapatkan DAK untuk pembangunan ruang kelas baru karena setiap tahun
jumlah siswa selalu bertambah“.<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftn33" name="_ftnref33" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[33]</span></span><!--[endif]--></span></a><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Temuan empirik
dalam penelitian ini sesungguhnya mendukung, menguatkan dan mengembangkan teori
yang dikemukakan para pakar manajemen di bawah ini.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Hal ini seperti
yang dikemukakan Gareth R Jones seperti yang dikutib Djoko Hartono bahwa
perubahan ini bisa dilakukan dengan cara <i>evolusioner</i>
dan atau <i>revolusioner.</i><a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftn34" name="_ftnref34" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-style: italic; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[34]</span></span><!--[endif]--></span></a>
Perubahan <i>revolusioner</i> bersifat
mendadak, drastis yang mencakup
seluruh organisasi.
Perubahan <i>revolusioner</i> ini mencakup
upaya untuk meningkatkan efektifitas suatu organisasi. Sedangkan perubahan
<i>evolusioner</i> berupaya mencari
cara-cara baru untuk menjadi efektif.<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftn35" name="_ftnref35" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[35]</span></span><!--[endif]--></span></a><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Nanang Fattah
mengemukakan pula bahwa, <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 45pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;">Pada era desentralisasi yang merupakan
era perubahan, sejatinya memberikan peluang besar kepada peran pemimpin untuk
mengembangkan nilai-nilai kepemimpinan. Pada era ini berbagai tantangan dan
ancaman datang silih berganti, memerlukan keteguhan sikap dan kecerdasan
menangkap peluang serta merancang masa depan. Oleh karena itu, diperlukan
pemimpin yang sesuai dengan kondisi, yaitu memiliki komitmen kualitas dan
selalu memperbaruinya sesuai dengan tuntutan <i>stakeholders</i>.<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftn36" name="_ftnref36" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[36]</span></span><!--[endif]--></span></a> <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 49.5pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Eka Mahmud mengemukakan bahwa, “inovasi harus
dimulai dari yang kecil, karena tidak semua inovasi dimulai dengan ide-ide yang
sangat tidak terjangkau oleh kehidupan nyata dalam lingkungan pendidikan. Dari
keinginan yang kecil untuk memperbaiki suatu kondisi atau suatu kebutuhan hidup
nyata, kelak mempunyai implikasi yang sangat luas terhadap kehidupan umat
manusia selanjutnya”.<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftn37" name="_ftnref37" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US;">[37]</span></span><!--[endif]--></span></a><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Temuan empirik
dalam penelitian ini sesungguhnya mengembangkan teori yang dikemukakan Anshori
LAL. Ia mengatakan bahwa, “Islam sebagai agama yang ajaran-ajarannya bersumber
pada al-Qur’an dan al Hadits sejak awal telah menancapkan revolusi di bidang
pendidikan”.<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftn38" name="_ftnref38" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[38]</span></span><!--[endif]--></span></a>
<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<b><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Keempat,
</span></i></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">pada
sekolah yang menjadi objek penelitian ini berbagai macam inovasi sesungguhnya
telah dilakukan oleh kepala sekolahnya.
Upaya yang dilakukan kepala sekolah dalam rangka menjalankan
kepemimpinan inovatifnya ini sejatinya dalam rangka untuk merubah dan
memperbaiki keadan sekolah yang belum mapan agar menjadi lebih mapan, yang
tidak baik menjadi lebih baik, yang tidak berkualitas menjadi lebih berkualitas
dan merubah stigma negative sekolah bernuansa Islam menjadi memiliki stigma
positif.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Berbagai alasan
tersebut menjadi pijakan kepala sekolah bernuansa Islam di Pasuruan ini
sehingga keberadaan sekolah tersebut menjadi dambaan masyarakat sekitar dan
menjadi diminati untuk menyekolahkan anak-anaknya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Hal ini seperti
yang dikatakan H. Mdq, S.Pd bahwa, “alasan untuk melakukan inovasi di sekolah
ini yaitu untuk memperbaiki keadaan baik
fisik maupun non fisik seperti
rehabilitasi gedung, pembangunan RKB, peningkatan kualitas guru, serta
menciptakan lingkungan sekolah yang Islami “.<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftn39" name="_ftnref39" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[39]</span></span><!--[endif]--></span></a> <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Selanjutnya H.
Mdq, S.Pd juga mengatakan bahwa, “inovasi yang dilakukan di sekolah ini pada
dasarnya juga di arahkan untuk meningkatkan kualitas, memperbaiki keadaan,
pemenuhan kebutuhan masyarakat akan pendidikan dan dalam skala besar di arahkan
untuk meningkatkan mutu pendidikan dalam rangka proaktif untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa”.<span class="MsoFootnoteReference"> <a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftn40" name="_ftnref40" title=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[40]</span></span><!--[endif]--></a></span><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Hal senada juga
disampaikan oleh S.Kh, S.Pd.I bahwa:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 45pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;">Kami sangat mendukung inovasi yang
dilakukan oleh kepala sekolah, banyak sekali perubahan di sekolah ini seperti
adanya pembangunan gedung baru, penambahan dan
perbaikan sarana prasarana serta
adanya aturan untuk memakai pakaian
seragam busana muslim baik guru maupun siswa, serta diadakannya pengajian yang
diikuti oleh semua guru dan karyawan setiap malam jum’at legi dengan menghadirkan seorang ustadz.<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftn41" name="_ftnref41" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[41]</span></span><!--[endif]--></span></a><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 49.5pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Temuan secara empirik
dalam penelitian ini sesungguhnya mendukung, menguatkan dan mengembangkan teori
yang dikemukakan para pakar manajemen di bawah ini. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Hal ini seperti
yang dikemukakan Winardi bahwa inovasi atau perubahan hendaknya senantiasa
mengandung makna beralih dari keadaan sebelumnya (<i>the before condition</i>) belum mapan, tidak baik, tidak berkualitas,
memiliki stigma negatif menjadi berubah kepada keadaan setelahnya (<i>the after condition</i>) yang sebaliknya. <a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftn42" name="_ftnref42" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[42]</span></span><!--[endif]--></span></a> <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Djoko Hartono
mengemukakan bahwa,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 45pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;">Melakukan inovasi atau perubahan dalam
keadaan dan situasi yang penuh dinamika seperti saat ini, apalagi jika telah
mengalami kerusakan, kekacauan (<i>turbulence</i>)
merupakan sebuah keharusan. Untuk itu melakukan upaya perubahan sudah saatnya
tidak boleh ditunda-tunda lagi dan jangan sampai menunggu hingga semuanya
mengalami kemunduran serta kehancuran kemudian baru bergerak, maka percaya atau
tidak kita akan menemui dan merasakan penyesalan<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftn43" name="_ftnref43" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[43]</span></span><!--[endif]--></span></a><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: 45pt;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Temuan secara
empirik dalam penelitian ini
sesungguhnya juga menolak teori yang dikemukakan Anshori LAL. Ia
mengatakan bahwa, “masalah yang dihadapi sekolah-sekolah Islam di antaranya
masyarakat mempersepsikannya tidak bisa menjadi baik, kurang dipercaya,
memiliki <i>image</i> negatif”.<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftn44" name="_ftnref44" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[44]</span></span><!--[endif]--></span></a>
Berbagai alasan yang dikemukakan kepala sekolah di Pasuruan ini serta kondisi
sekolah akibat perubahan dan inovasi yang dilakukannya menepis anggapan seperti
yang dikemukakan Anshori di atas. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l4 level1 lfo1; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -17.45pt;">
<!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">C.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></b><!--[endif]--><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Implikasi
Teoritik<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span lang="FI" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: FI;">Temuan dalam
penelitian di atas menunjukkan bahwa kepemimpinan inovatif dilakukan kepala
sekolah bernuansa Islam di Pasuruan. Hal itu terbukti kepala sekolah tersebut
melakukan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> pekerjaannya yang konstruktif, kreatif, delegatif,
integratif, rasional dan obyektif, pragmatis, keteladanan, disiplin, dan
adaptable serta fleksibel. Untuk itu temuan penelitian tersebut</span><span lang="FI" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: FI;"> menjadi berimplikasi yakni:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<b><i><span lang="FI" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: FI;">Pertama,</span></i></b><span lang="FI" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: FI;"> mendukung dan menguatkan teori yang dikemukakan para
pakar manajemen pendidikan yang ada. Di antara mereka adalah sebagai berikut. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Mulyasa mengatakan bahwa, kepala
sekolah sebagai inovator itu akan tercermin dari cara-cara ia melakukan
pekerjaannya yakni konstruktif, kreatif, delegatif, integratif, rasional dan
obyektif, pragmatis, keteladanan, disiplin, serta adaptable dan fleksibel. <a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftn45" name="_ftnref45" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[45]</span></span><!--[endif]--></span></a><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<b><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kedua, </span></i></b><span lang="FI" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: FI;">mengembangkan teori yang dikemukakan para pakar manajemen
pendidikan yang ada. Di antara mereka adalah sebagai berikut. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Winardi
mengemukakan bahwa, inovasi merupakan suatu proses di mana
organisasi-organisasi memanfaatkan berbagai keterampilan dan sumber daya mereka
untuk mengembangkan barang dan jasa baru, atau untuk mengembangkan produk baru
dan sistem-sistem pengoperasian baru, hingga lebih baik dapat bereaksi terhadap
kebutuhan pelanggan.<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftn46" name="_ftnref46" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[46]</span></span><!--[endif]--></span></a><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Aunur Rohim
Fakih & Iip Wijayanto mengatakan bahwa, “setiap pemimpin tidak akan sanggup
bekerja sendiri tanpa dibantu oleh orang-orang yang berada di struktur yang ada
di bawahnya. Untuk itu mendelegasikan wewenang kepada bawahan akan sangat
membantu terciptanya kepemimpinan efektif”.<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftn47" name="_ftnref47" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[47]</span></span><!--[endif]--></span></a><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Hal senada juga
disampaikan oleh Ki Hajar Dewantara bahwa pola kepemimpinan itu mempunyai sifat
mengayomi, identik dengan prinsip-prinsip dalam seni memerintah yaitu: ing
ngarsa sung tuladha (pola panutan), ing
madya mangun karsa (membangkitkan prakarsa), tut wuri handayani (mendorong
bawahan agar maju).<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftn48" name="_ftnref48" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[48]</span></span><!--[endif]--></span></a><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Ahmad Bahruddin
mengatakan bahwa, Kepemimpinan inovatif
di SLTP Qaryah Thayyibah ini terletak pada keberaniannya merealisasikan ide-ide
barunya sehingga memunculkan model sekolah informal. Sekolah ini merupakan
bentuk sekolah alternatif yang mampu memberi terapi terhadap kondisi akut
pendidikan nasional selama ini.<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftn49" name="_ftnref49" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[49]</span></span><!--[endif]--></span></a><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Barbara Cram dan Monica Cennedy (2009) mengemukakan
bahwa, agar mampu mewujudkan hasil pendidikan yang berkualitas maka seorang
pemimpin perguruan tinggi harus memiliki strategi inovatif dengan memberdayakan
staf pengajar agar memiliki daya inovatif dalam pengajarannya dan mampu secara
proporsional menggunakan sumberdaya pendukung yang ada. Jika hal ini mampu
dikembangkan oleh para pengajar dalam proses pembelajaran yang ada maka tentu
akan memberikan kepuasan tersendiri bagi peserta didiknya.<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftn50" name="_ftnref50" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US;">[50]</span></span><!--[endif]--></span></a><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<b><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Ketiga,
</span></i></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">temuan
empirik dalam penelitian ini sesungguhnya juga menolak teori dan temuan yang
dikemukakan para pakar manajemen pendidikan. Di antara mereka adalah sebagai
berikut.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Djoko Hartono
Dalam hal ini mengatakan bahwa,</span><span lang="FI" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: FI;">
”keterpurukan pendidikan saat ini karena umat Islam sendiri, khususnya pembuat
kebijakan masih memandang sebelah mata terhadap pendidikan Islam yang
disebabkan sempitnya pemahaman terhadap pendidikan Islam”.<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftn51" name="_ftnref51" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FI" style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: FI; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[51]</span></span><!--[endif]--></span></a> <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Anshori LAL,
mengatakan bahwa, “kurangnya kepemimpinan yang kualified di sekolah-sekolah
Islam cukup mengejutkan”.<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftn52" name="_ftnref52" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[52]</span></span><!--[endif]--></span></a> <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dengan
ditemukannya secara empirik bahwa kepala sekolah di Pasuruan ini seorang
pemimpin inovatif yang ditunjukkan dengan telah melakukan pekerjaannya secara
konstruktif, kreatif, delegatif, integratif, rasional dan obyektif, pragmatis,
keteladanan, disiplin, serta adaptable dan fleksibel maka jelas-jelas menolak
temuan dan teori yang dikemukakan Djoko Hartono dan Anshori di atas. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<b><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Keempat,</span></i></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
temuan di atas juga menjadi temuan baru, hal ini karena temuan penelitian
tentang kepemimpinan inovatif pada
sekolah bernuantsa Islam tampaknya belum ada yang meneliti khususnya di tingkat
sekolah dasar swasta.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span lang="FI" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: FI;">Temuan dalam
penelitian di atas juga menunjukkan bahwa model pelaksanaan kepemimpinan
inovatif yang dilakukan kepala sekolah bernuansa Islam di Pasuruan yakni dengan
menggunakan model evolusioner dan atau revolusioner sekaligus. </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Untuk
itu temuan penelitian tersebut</span><span lang="FI" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: FI;">
menjadi berimplikasi yakni:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<b><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pertama,</span></i></b><span lang="FI" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: FI;"> mendukung dan menguatkan teori yang dikemukakan para
pakar manajemen pendidikan yang ada. Di antara mereka adalah sebagai berikut. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Gareth R Jones
seperti yang dikutib Djoko Hartono mengatakan bahwa perubahan ini bisa
dilakukan dengan cara <i>evolusioner</i> dan
atau <i>revolusioner.</i><a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftn53" name="_ftnref53" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-style: italic; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[53]</span></span><!--[endif]--></span></a>
<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Nanang Fattah
mengemukakan pula bahwa, pada era desentralisasi yang merupakan era perubahan,
sejatinya memberikan peluang besar kepada peran pemimpin untuk mengembangkan
nilai-nilai kepemimpinan. Pada era ini berbagai tantangan dan ancaman datang
silih berganti, memerlukan keteguhan sikap dan kecerdasan menangkap peluang
serta merancang masa depan. Oleh karena itu, diperlukan pemimpin yang sesuai
dengan kondisi, yaitu memiliki komitmen kualitas dan selalu memperbaruinya
sesuai dengan tuntutan <i>stakeholders</i>.<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftn54" name="_ftnref54" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[54]</span></span><!--[endif]--></span></a> <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<b><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kedua, </span></i></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">mengembangkan
</span><span lang="FI" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: FI;">teori yang dikemukakan para pakar manajemen pendidikan
yang ada. Di antara mereka adalah sebagai berikut. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Winardi
mengatakan bahwa, perubahan <i>revolusioner</i>
bersifat mendadak, drastis yang mencakup
seluruh organisasi.
Perubahan <i>revolusioner</i> ini mencakup
upaya untuk meningkatkan efektifitas suatu organisasi. Sedangkan
perubahan <i>evolusioner</i> berupaya
mencari cara-cara baru untuk menjadi efektif.<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftn55" name="_ftnref55" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[55]</span></span><!--[endif]--></span></a><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Eka Mahmud
mengemukakan bahwa, inovasi harus dimulai dari yang kecil, karena tidak semua
inovasi dimulai dengan ide-ide yang sangat tidak terjangkau oleh kehidupan
nyata dalam lingkungan pendidikan. Dari keinginan yang kecil untuk memperbaiki
suatu kondisi atau suatu kebutuhan hidup nyata, kelak mempunyai implikasi yang
sangat luas terhadap kehidupan umat manusia selanjutnya.<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftn56" name="_ftnref56" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[56]</span></span><!--[endif]--></span></a><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Anshori LAL
mengatakan bahwa, Islam sebagai agama yang ajaran-ajarannya bersumber pada
al-Qur’an dan al Hadits sejak awal telah menancapkan revolusi di bidang
pendidikan.<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftn57" name="_ftnref57" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[57]</span></span><!--[endif]--></span></a>
<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<b><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Ketiga,</span></i></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
temuan di atas juga menjadi temuan baru, hal ini karena temuan penelitian tentang
model kepala sekolah bernuansa Islam dalam melakukan kepemimpinan inovatif
dengan </span><span lang="FI" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: FI;">menggunakan model
evolusioner dan atau revolusioner sekaligus</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> tampaknya belum ada
yang meneliti khususnya di tingkat sekolah dasar swasta.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span lang="FI" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: FI;">Temuan dalam penelitian di atas selanjutnya menunjukkan
bahwa berbagai alasan pelaksanaan kepemimpinan inovatif yang dilakukan kepala
sekolah bernuansa Islam di Pasuruan yakni</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> dalam rangka untuk
merubah dan memperbaiki keadan sekolah yang belum mapan agar menjadi lebih
mapan, yang tidak baik menjadi lebih baik, yang tidak berkualitas menjadi lebih
berkualitas dan merubah stigma negative sekolah bernuansa Islam menjadi
memiliki stigma positif.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Untuk itu temuan
penelitian tersebut</span><span lang="FI" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: FI;"> menjadi
berimplikasi yakni:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<b><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pertama,</span></i></b><span lang="FI" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: FI;"> mendukung dan menguatkan teori yang dikemukakan pakar
manajemen pendidikan yang ada. Dalam hal ini </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Winardi
mengatakan bahwa inovasi atau perubahan hendaknya senantiasa mengandung makna
beralih dari keadaan sebelumnya (<i>the
before condition</i>) belum mapan, tidak baik, tidak berkualitas, memiliki
stigma negatif menjadi berubah kepada keadaan setelahnya (<i>the after condition</i>) yang sebaliknya. <a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftn58" name="_ftnref58" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US;">[58]</span></span><!--[endif]--></span></a> <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<b><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kedua, </span></i></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">mengembangkan
</span><span lang="FI" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: FI;">teori yang dikemukakan pakar manajemen pendidikan yang
ada. Dalam hal ini </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Djoko Hartono mengemukakan bahwa,
melakukan inovasi atau perubahan dalam keadaan dan situasi yang penuh dinamika
seperti saat ini, apalagi jika telah mengalami kerusakan, kekacauan (<i>turbulence</i>) merupakan sebuah keharusan.
Untuk itu melakukan upaya perubahan sudah saatnya tidak boleh ditunda-tunda
lagi dan jangan sampai menunggu hingga semuanya mengalami kemunduran serta
kehancuran kemudian baru bergerak, maka percaya atau tidak kita akan menemui
dan merasakan penyesalan.<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftn59" name="_ftnref59" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US;">[59]</span></span><!--[endif]--></span></a><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<b><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Ketiga, </span></i></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">temuan
secara empirik dalam penelitian ini sesungguhnya juga menolak teori yang
dikemukakan Anshori LAL. Ia mengatakan bahwa, masalah yang dihadapi
sekolah-sekolah Islam di antaranya masyarakat mempersepsikannya tidak bisa
menjadi baik, kurang dipercaya, memiliki <i>image</i> negatif”.<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftn60" name="_ftnref60" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[60]</span></span><!--[endif]--></span></a>
Berbagai alasan yang dikemukakan kepala sekolah di Pasuruan ini serta kondisi
sekolah akibat perubahan dan inovasi yang dilakukannya menepis anggapan seperti
yang dikemukakan Anshori di atas.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<b><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Keempat,</span></i></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
temuan di atas juga menjadi temuan baru, hal ini karena temuan penelitian
tentang berbagai alasan pentingnya melakukan kepemimpinan inovatif di sekolah
bernuansa Islam dalam rangka untuk merubah dan memperbaiki keadan sekolah yang
belum mapan agar menjadi lebih mapan, yang tidak baik menjadi lebih baik, yang
tidak berkualitas menjadi lebih berkualitas dan merubah stigma negative sekolah
bernuansa Islam menjadi memiliki stigma positif </span><span lang="FI" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: FI;">sekaligus</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> tampaknya belum ada yang meneliti
khususnya di tingkat sekolah dasar swasta.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l4 level1 lfo1; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -17.45pt;">
<!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">D.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></b><!--[endif]--><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kesimpulan<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 10.0pt; margin-left: .25in; margin-right: 0in; margin-top: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span lang="FI" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: FI;">Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan dan pembahasan
di atas maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoTitle" style="line-height: 150%; margin-left: .5in; mso-list: l3 level1 lfo5; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="DA" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">1.<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;"> </span></span><!--[endif]--><span lang="FI" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Kepemimpinan inovatif dilakukan kepala SD Darul Ulum
Pasuruan. Hal itu terbukti kepala sekolah tersebut melakukan</span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> pekerjaannya yang
konstruktif, kreatif, delegatif, integratif, rasional dan obyektif, pragmatis,
keteladanan, disiplin, dan adaptable serta fleksibel.</span><span lang="DA" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoTitle" style="line-height: 150%; margin-left: .5in; mso-list: l3 level1 lfo5; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="DA" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">2.<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;"> </span></span><!--[endif]--><span lang="FI" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Model pelaksanaan kepemimpinan inovatif yang dilakukan
kepala SD Darul Ulum Pasuruan yakni dengan menggunakan model evolusioner dan
atau revolusioner sekaligus. </span><span lang="DA" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoTitle" style="line-height: 150%; margin-left: .5in; mso-list: l3 level1 lfo5; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="DA" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">3.<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;"> </span></span><!--[endif]--><span lang="FI" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Berbagai alasan pelaksanaan kepemimpinan inovatif yang
dilakukan kepala SD Darul Ulum Pasuruan yakni</span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> dalam rangka untuk merubah dan
memperbaiki keadaan sekolah yang belum mapan agar menjadi lebih mapan, yang
tidak baik menjadi lebih baik, yang tidak berkualitas menjadi lebih berkualitas
dan merubah stigma negative sekolah bernuansa Islam menjadi memiliki stigma
positif.</span><span lang="DA" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div>
<br />
<div>
<!--[if !supportFootnotes]--><br clear="all" />
<hr align="left" size="1" width="33%" />
<!--[endif]-->
<br />
<div id="ftn1">
<div class="MsoFootnoteText">
<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftnref1" name="_ftn1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[1]</span></span><!--[endif]--></span></a>
Nur Nasution, <i>Manajemen Perubahan </i>(Bogor:
Ghalia Indonesia, 2010 ), 3.</div>
</div>
<div id="ftn2">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftnref2" name="_ftn2" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[2]</span></span><!--[endif]--></span></a>
Ibid.</div>
</div>
<div id="ftn3">
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftnref3" name="_ftn3" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10.0pt; line-height: 115%;"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US;">[3]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%;">
Aan Komariah dan Cepi Triatna, <i>Visionary
Leadership Menuju Sekolah Efektif</i>
(Jakarta: Bumi Aksara, 2005), 20.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn4">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftnref4" name="_ftn4" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[4]</span></span><!--[endif]--></span></a>
Winardi, <i>Manajemen Perubahan </i>(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), 9.</div>
</div>
<div id="ftn5">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftnref5" name="_ftn5" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[5]</span></span><!--[endif]--></span></a>
Nur Ali Rahman, <i>El-Hikmah:Jurnal
Kependidikan Dan Keagamaan</i> (Malang:UIN Malang, 2005 Vol.III No.1) ,62.</div>
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div id="ftn6">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftnref6" name="_ftn6" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[6]</span></span><!--[endif]--></span></a>
Mulyasa, <i>Menjadi Kepala Sekolah
Profesional </i>(Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2005), 118.</div>
</div>
<div id="ftn7">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftnref7" name="_ftn7" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[7]</span></span><!--[endif]--></span></a>
Nur Ali Rahman,<i>El-Hikmah…</i>, 68.</div>
</div>
<div id="ftn8">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftnref8" name="_ftn8" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[8]</span></span><!--[endif]--></span></a>
Djoko Hartono,<i> Pengembangan Manajemen
Pondok Pesantren Di Era Globalisasi, Menyiapkan Pondok Pesantren Go
Internasional </i> (Surabaya: Ponpes
Jagad ‘Alimussirry, 2012), 25.</div>
</div>
<div id="ftn9">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftnref9" name="_ftn9" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[9]</span></span><!--[endif]--></span></a>
Ibid., 26.</div>
</div>
<div id="ftn10">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftnref10" name="_ftn10" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[10]</span></span><!--[endif]--></span></a>
Winardi, <i>Manajemen</i>…, 1.</div>
</div>
<div id="ftn11">
<div class="MsoFootnoteText">
<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftnref11" name="_ftn11" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[11]</span></span><!--[endif]--></span></a>
A. Syafi’I, “Pengantara Editor”. Dalam,
Muzayyin Arifin, <i>Kapita Selekta Pendidikan Islam, Edisi Revisi</i>
(Jakarta: Bumi Aksara, 2008),<i> </i>vi.</div>
</div>
<div id="ftn12">
<div class="MsoFootnoteText">
<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftnref12" name="_ftn12" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[12]</span></span><!--[endif]--></span></a>
Ibid., vii.</div>
</div>
<div id="ftn13">
<div class="MsoFootnoteText">
<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftnref13" name="_ftn13" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[13]</span></span><!--[endif]--></span></a>
Djam’an Satori & Aan Komariah, <i>Metodologi
Penelitian Kualitatif </i>(Bandung:
Alfabeta, 2010), 130.</div>
</div>
<div id="ftn14">
<div class="MsoFootnoteText">
<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftnref14" name="_ftn14" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[14]</span></span><!--[endif]--></span></a>
Ibid., 134.</div>
</div>
<div id="ftn15">
<div class="MsoFootnoteText">
<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftnref15" name="_ftn15" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[15]</span></span><!--[endif]--></span></a>
Ibid., 133.</div>
</div>
<div id="ftn16">
<div class="MsoFootnoteText">
<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftnref16" name="_ftn16" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[16]</span></span><!--[endif]--></span></a>
A. Khozin Afandi, <i>Buku Penunjang Berpikir Teoritis Merancang Proposal</i>
(Surabaya: PPs IAIN Sunan Ampel, 2006), 15.</div>
</div>
<div id="ftn17">
<div class="MsoFootnoteText">
<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftnref17" name="_ftn17" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[17]</span></span><!--[endif]--></span></a>
Ibid., 196.</div>
</div>
<div id="ftn18">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftnref18" name="_ftn18" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[18]</span></span><!--[endif]--></span></a>
Fred R. David, <i>Manajemen Strategis</i>
Konsep (Jakarta: PT. Prenhallindo, 2002),
83 </div>
</div>
<div id="ftn19">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftnref19" name="_ftn19" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[19]</span></span><!--[endif]--></span></a>
Edward Sallis, <i>Manajemen Mutu Terpadu
Pendidikan</i> (Yogyakarta: IRCiSoD,<i> </i>2010),
216.</div>
</div>
<div id="ftn20">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftnref20" name="_ftn20" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[20]</span></span><!--[endif]--></span></a> Fred R. David, <i>Manajemen…</i>, 82-83.</div>
</div>
<div id="ftn21">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftnref21" name="_ftn21" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[21]</span></span><!--[endif]--></span></a>
Edward Sallis, <i>Manajemen…</i>, 219.</div>
</div>
<div id="ftn22">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftnref22" name="_ftn22" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[22]</span></span><!--[endif]--></span></a>
Mdq,<i> Wawancara,</i> Pasuruan, 20 Juni
2012.</div>
</div>
<div id="ftn23">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftnref23" name="_ftn23" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[23]</span></span><!--[endif]--></span></a>
Rdy, <i>Wawancara, </i>Pasuruan, 20 Juni
2012.</div>
</div>
<div id="ftn24">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftnref24" name="_ftn24" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[24]</span></span><!--[endif]--></span></a>
Mulyasa, <i>Menjadi …</i>, 118.</div>
</div>
<div id="ftn25">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftnref25" name="_ftn25" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[25]</span></span><!--[endif]--></span></a>
Winardi, <i>Manajemen… </i>, 9.</div>
</div>
<div id="ftn26">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftnref26" name="_ftn26" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[26]</span></span><!--[endif]--></span></a>
Aunur Rohim Fakih & Iip Wijayanto, <i>Kepemimpinan Islam </i>(Yogyakarta: UII Press, 2001), 54.</div>
</div>
<div id="ftn27">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftnref27" name="_ftn27" title=""></a><span class="MsoFootnoteReference">3 </span>Inu Kencana Syafi’ie, <i>Manajemen Pemerintahan </i>(Jakarta: PT. Perca, 2008), 76.</div>
</div>
<div id="ftn28">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftnref28" name="_ftn28" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[28]</span></span><!--[endif]--></span></a> <span lang="SV">Ahmad.Bahruddin, <i>Pendidikan Alternatif
Qaryah Thayyibah</i> (Yogyakarta: LkiS, 2007).</span></div>
</div>
<div id="ftn29">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftnref29" name="_ftn29" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[29]</span></span><!--[endif]--></span></a><a href="http://www.caudit.edu.au/educauseaustralasia09/assets/papers/monday/Cram-and-Kennedy.pdf">http://www.caudit.edu.au/educauseaustralasia09/assets/papers/monday/Cram-and-Kennedy.pdf</a></div>
</div>
<div id="ftn30">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftnref30" name="_ftn30" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[30]</span></span><!--[endif]--></span></a>
Djoko Hartono, <i>Pengembangan Life Skills Dalam Pendidikan Islam: Kajian
Fondasional & Operasional</i> (Surabaya: MQA, 2008), 5.</div>
</div>
<div id="ftn31">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftnref31" name="_ftn31" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[31]</span></span><!--[endif]--></span></a>
Anshori LAL, <i>Transformasi Pendidikan Islam</i> (Jakarta: Gaung Persada
Press, 2010), 42.</div>
</div>
<div id="ftn32">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftnref32" name="_ftn32" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[32]</span></span><!--[endif]--></span></a>
Mdq, <i>Wawancara,</i> Pasuruan, 20 Juni
2012.</div>
</div>
<div id="ftn33">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftnref33" name="_ftn33" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[33]</span></span><!--[endif]--></span></a>
N.H, <i>Wawancara,</i> Pasuruan, 20 Juni
2012.</div>
</div>
<div id="ftn34">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftnref34" name="_ftn34" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[34]</span></span><!--[endif]--></span></a> Djoko
Hartono,<i> Pengembangan Menejemen…, </i>25.</div>
</div>
<div id="ftn35">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftnref35" name="_ftn35" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[35]</span></span><!--[endif]--></span></a>
Winardi, <i>Manajemen…,</i> 8.</div>
</div>
<div id="ftn36">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftnref36" name="_ftn36" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[36]</span></span><!--[endif]--></span></a>
Nanang Fattah, <i>Landasan Manajemen
Pendidikan </i>(Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004), 75.</div>
</div>
<div id="ftn37">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftnref37" name="_ftn37" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[37]</span></span><!--[endif]--></span></a> <a href="http://ekamahmud.blogspot.com/2009/09/kepemimpinan-kepala-sekolah-dalam.%20html">http://ekamahmud.blogspot.com/2009/09/kepemimpinan-kepala-sekolah-dalam.
html</a> , 68.</div>
</div>
<div id="ftn38">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftnref38" name="_ftn38" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[38]</span></span><!--[endif]--></span></a>
Anshori LAL, <i>Transformasi …</i>, 4.</div>
</div>
<div id="ftn39">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftnref39" name="_ftn39" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[39]</span></span><!--[endif]--></span></a>
Mdq, <i>Wawancara,</i> Pasuruan, 20 Juni
2012.</div>
</div>
<div id="ftn40">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftnref40" name="_ftn40" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[40]</span></span><!--[endif]--></span></a>
Mdq, <i>Wawancara,</i> Pasuruan, 20 Juni
2012.</div>
</div>
<div id="ftn41">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftnref41" name="_ftn41" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[41]</span></span><!--[endif]--></span></a>
S.Kh,<i> Wawancara,</i> Pasuruan, 20 Juni
2012.</div>
</div>
<div id="ftn42">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftnref42" name="_ftn42" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[42]</span></span><!--[endif]--></span></a>
Winardi, <i>Manajemen…, </i>1.</div>
</div>
<div id="ftn43">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftnref43" name="_ftn43" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[43]</span></span><!--[endif]--></span></a>
Djoko Hartono,<i> Pengembangan Manajemen…, </i>,28.</div>
</div>
<div id="ftn44">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftnref44" name="_ftn44" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[44]</span></span><!--[endif]--></span></a>
Anshori LAL, <i>Transformasi …</i>, 38-39.</div>
</div>
<div id="ftn45">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftnref45" name="_ftn45" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[45]</span></span><!--[endif]--></span></a>
Mulyasa, <i>Menjadi …</i>, 118.</div>
</div>
<div id="ftn46">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftnref46" name="_ftn46" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[46]</span></span><!--[endif]--></span></a>
Winardi, <i>Manajemen… </i>, 9.</div>
</div>
<div id="ftn47">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftnref47" name="_ftn47" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[47]</span></span><!--[endif]--></span></a>
Aunur Rohim Fakih & Iip Wijayanto, <i>Kepemimpinan …</i>, 54.</div>
</div>
<div id="ftn48">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftnref48" name="_ftn48" title=""></a><span class="MsoFootnoteReference">3 </span>Inu Kencana Syafi’ie, <i>Manajemen …</i>, 76.</div>
</div>
<div id="ftn49">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftnref49" name="_ftn49" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[49]</span></span><!--[endif]--></span></a> <span lang="SV">Ahmad.Bahruddin, <i>Pendidikan ...</i>,
2007).</span></div>
</div>
<div id="ftn50">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftnref50" name="_ftn50" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[50]</span></span><!--[endif]--></span></a><a href="http://www.caudit.edu.au/educauseaustralasia09/assets/papers/monday/Cram-and-Kennedy.pdf">http://www.caudit.edu.au/educauseaustralasia09/assets/papers/monday/Cram-and-Kennedy.pdf</a></div>
</div>
<div id="ftn51">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftnref51" name="_ftn51" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[51]</span></span><!--[endif]--></span></a>
Djoko Hartono, <i>Pengembangan Life Skills …</i>, 5.</div>
</div>
<div id="ftn52">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftnref52" name="_ftn52" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[52]</span></span><!--[endif]--></span></a>
Anshori LAL, <i>Transformasi …</i>, 42.</div>
</div>
<div id="ftn53">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftnref53" name="_ftn53" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[53]</span></span><!--[endif]--></span></a>
Djoko Hartono,<i> Pengembangan Menejemen…, </i>25.</div>
</div>
<div id="ftn54">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftnref54" name="_ftn54" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[54]</span></span><!--[endif]--></span></a>
Nanang Fattah, <i>Landasan Manajemen …</i>,
75.</div>
</div>
<div id="ftn55">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftnref55" name="_ftn55" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[55]</span></span><!--[endif]--></span></a>
Winardi, <i>Manajemen…,</i> 8.</div>
</div>
<div id="ftn56">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftnref56" name="_ftn56" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[56]</span></span><!--[endif]--></span></a> <a href="http://ekamahmud.blogspot.com/2009/09/kepemimpinan-kepala-sekolah-dalam.%20html">http://ekamahmud.blogspot.com/2009/09/kepemimpinan-kepala-sekolah-dalam.
html</a> , 68.</div>
</div>
<div id="ftn57">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftnref57" name="_ftn57" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[57]</span></span><!--[endif]--></span></a>
Anshori LAL, <i>Transformasi …</i>, 4.</div>
</div>
<div id="ftn58">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftnref58" name="_ftn58" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[58]</span></span><!--[endif]--></span></a>
Winardi, <i>Manajemen…, </i>1.</div>
</div>
<div id="ftn59">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftnref59" name="_ftn59" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[59]</span></span><!--[endif]--></span></a>
Djoko Hartono,<i> Pengembangan Menajemen …, </i>,28.</div>
</div>
<div id="ftn60">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="file:///D:/2.%20BUKU,%20JURNAL,%20ARTIKEL%20TERBIT/2.%20ARTIKEL-JURNAL/JURNAL/JURNAL%20TERBIT/2.%20JURNAL%20STAIN%20NTB%20URGENSI%20KEPEMIMPINAN%20INOVATIF.doc#_ftnref60" name="_ftn60" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: SimSun; mso-fareast-language: EN-US;">[60]</span></span><!--[endif]--></span></a>
Anshori LAL, <i>Transformasi …</i>, 38-39.</div>
</div>
</div>
</div>
Dr. KH. Djoko Hartono, S.Ag, M.Ag, M.Mhttp://www.blogger.com/profile/14742899674845229309noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1362725909558231320.post-9641135603811514152013-01-25T17:29:00.001-08:002014-09-17T00:57:29.647-07:00HIKMAH DI BALIK IDUL QURBAN Oleh: Dr. Djoko Hartono, S. Ag, M.Ag, MM <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Setiap
tahun kita sebagai umat Islam senantiasa memperingati hari raya Idul Adha yang
sering pula disebut hari raya haji, hari raya besar, dan hari raya qurban.
Namun demikian sudahkah kita sebagai umat Islam mampu mengambil hikmah dibalik
semua itu, atau kita hanya merayakannya sebatas ritual lahiriyah tanpa
menyentuh subtansi dan hikmah dari kejadian besar yang dikenang dan dirayakan
umat Islam sepanjang zaman ini.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Sedikitnya
ada 4 hikmah yang bisa kita ambil pelajaran yang selanjutnya diharapkan mampu
merubah sikap, perilaku dan kompetensi kita sebagai umat Islam dalam kehidupan
ini. Bertitik tolak dari semua ini maka umat Islam akan menjadi manusia ideal,
sempurna yang tidak termarginalkan, bermartabat tinggi yang mampu memberikan
kontribusi serta<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>manfaat besar pada
zamannya. Bukankah sebaik-baik manusia adalah mereka yang bermanfaat bagi
sesamanya. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Adapun 4 hikmah yang bisa kita petik dalam hari raya Qurban
ini yaitu:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Pertama, </span></i></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Pengekangan/pengendalian nafsu</span></b><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Memperingati
hari raya qurban ini mengingatkan kita kepada peristiwa besar yang terjadi dan
menimpa pada tiga sosok manusia pilihan Allah yang patut dijadikan figure untuk
diteladanani. Hal ini sangat beralasan karena anak turun manusia pilihan Allah
ini, dikemudian hari banyak yang<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>menjadi
Nabi dan Rasul Allah. Selain itu syariat ajarannya banyak pula dilakukan dan
dilanggengkan Nabi Muhammad Saw, salah satu di antaranya yakni ritual ibadah haji
dan penyembelihan hewan qurban seperti pada hari raya kali ini. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Tatkala
penyembelihan hewan qurban ini dilakukan sudahkah kita merenung sambil
bertakbir, bertahlil, bertahmid apa yang bisa kita ambil hikmah darinya. Paling
tidak kita seharusnya merenungkan diri, sesungguhnya kita ini adalah manusia
yang juga memiliki sifat hewaniyah. Hanya yang membedakan kita dari pada hewan
itu adalah manusia diberi akal fikiran oleh Allah. Kalaulah akal kita tidak
kita fungsikan dengan baik tentu kita akan seperti hewan itu juga. Untuk itu
ahli mantiq mengatakan, <i style="mso-bidi-font-style: normal;">al-insanu
hayawanun nathiqun.</i> Manusia adalah hewan yang berakal.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Bertitik
tolak dari peristiwa besar ini maka kita hendaknya menyadari sifat hewaniyah
yang ada dalam diri kita hendaknya mampu kita kekang, kendalikan bahkan
disembelih. Karena kalau kita tidak mampu melakukannya, sifat tersebut akan
berubah menjadi hawa nafsu, selanjutnya menggerakkan seseorang menjadi senang
melakukan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">syahwat</i> dan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">ghodhob</i>. Dalam kondisi seperti ini maka
menyebabkan diri seseorang menjadi jauh dari Allah. Bukankan Allah telah
mengingatkan kita melalui statement Nabi Yusuf yang diabadikan dalam QS. Yusuf:
53. Artinya, “<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Dan aku tidak membiarkan
nafsuku. Sesungguhnya nafsu itu akan mengajak berbuat keburukan, kecuali jika
mendapat rahmat dari Tuhanku…</i>” Nafsu inilah kemudian dinamakan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">nafsu amarah bissu’</i>.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Menyimak
firman Allah di atas, sesungguhnya ada beberapa hal yang bisa kita ambil
pelajaran yakni dalam diri manusia ada dua potensi baik dan buruk; Allah
memberi kebebasan pada manusia untuk memilih baik atau buruk; nafsu harus
dikendalikan; untuk mengendalikan nafsu ini harus ada upaya dari manusia itu
sendiri disertai memohon kekuatan dan pertolongan dari Allah. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Untuk
itu dalam kitab “<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Ajaibul Qulub</i>”
Al-Ghozali menerangkan bahwa tatkala seseorang mampu mengendalikan hawa
nafsunya hingga hatinya bersih dari segala sesuatu selain Allah maka <i style="mso-bidi-font-style: normal;">syahwat</i>-nya berubah menjadi daya kemauan
(<i style="mso-bidi-font-style: normal;">irodah</i>) dan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">ghodhob</i>-nya berubah menjadi daya kemampuan (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">qudroh</i>). Dalam kondisi seperti ini maka seseorang menjadi memiliki
kekuatan dan menjadi termotivasi serta mampu untuk melakukan kebaikan dalam
kehidupan di dunia ini yang semata-mata hanya mengharap keridhoan Allah. Orang-orang
seperti ini merupakan kelompok yang mendapat rahmat dari Allah. Mereka ini
menurut Ibnu Khaldun menjadi mampu mencapai tingkat ketuhanan, dekat dan
makrifat kepada Allah sebab daya-daya yang muncul dalam dirinya tidak berakhir
pada tingkat kemanusian saja. Dengan energy (Nur)-NYa kelompok ini menjadi sholih
social dan ruhaninya melambung hingga bertemu dengan Allah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 12.0pt;">Dengan
demikian tidak salah kalau Allah memerintah Ibrahim As agar menyembelih
anaknya. Suatu ujian yang amat berat dan besar tentunya. Hal ini karena Allah
ingin menguji kecintaan Ibrahim As antara cinta kepada anak atau Tuhannya.
Allah tidak ingin hati Ibrahim As <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Khalilullah
</i>yang semula hanya diperuntukkan Allah, menjadi bergeser kepada anaknya dan
kemudian menjadi melupakan serta jauh dari Allah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="font-size: 12.0pt;">Kedua,
Pendidikan anak dalam kelua</span></i></b><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="font-size: 12.0pt;">rga</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Nabi
Ibrahim As, putranya Ismail As dan Hajar sebagai istri Nabi Ibrahim As dan Ibu
Ismail As mereka sejatinya sosok figur manusia yang dipilih Allah untuk
dijadikan teladan. Mengapa tidak, Ibrahim As dan Ibu Hajar ternyata telah
sukses melakukan pendidikan dalam keluarga. Mereka berdua mampu menghantarkan
putranya Ismail As menjadi anak sholih dan Nabi serta Rasulullah. Sebuah
derajat yang mulia baik di hadapan Allah maupun manusia. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Keberhasilan
Ibrahim As dan Istrinya dalam mendidik anaknya dapat dilihat dari indikator
yang ditunjukkan Ismail kecil waktu itu yakni ketaatannya kepada orang
tuanya,<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>kedewasaan dalam bersikap dan
memiliki kesabaran yang luar biasa dalam menerima ketentuan Allah. Hal ini bisa
kita lihat dalam firman Allah QS. Ash-Shafat: 102. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Artinya,
“<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Maka tatkala anak itu sampai (pada umur
sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, Hai anakku
sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu, maka fikirkanlah
apa pendapatmu. Ia (Ismail) menjawab, Hai Bapakku, kerjakanlah apa yang
diperintahkan kepadamu, insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang
yang sabar</i>.” </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Apa
sebenarnya yang dilakukan Ibrahim As hingga dikarunia anak yang membanggakan
ini. Kalau kita lihat dalam QS. Ash-Shaffat: 100, ternyata Nabi Ibrahim As
tidak meninggalkan berdoa kepada Allah agar dikarunia anak yang shalih dan itu
dilakukan bertahun-tahun tidak pernah putuh asa. Selanjutnya terwujudnya anak
yang shalih ini karena tidak lepas dari pendidikan yang dikembangkan orang tua.
Seorang ibu sangat besar andilnya dalam pendidikan anak dalam keluarga. Seorang
anak yang lebih dekat dan banyak bersentuhan dengan ibunya, sangat efektif
digunakan seorang ibu menanamkan nilai-nilai yang baik hingga terbentuklah
dalam diri anak sikap dan kepribadian yang luhur serta karakter yang mulia.
Itulah yang dilakukan Ibu Hajar tatkala ditinggal Ibrahim berdakwa dalam waktu
yang lama.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Selain
itu lingkungan sangat berpengaruh terhadap pembentukkan karakter anak agar
menjadi pribadi yang membanggakan. Di tengah padang pasir yang gersang nan
panas Ismail berada, dididik dan dibesarkan. LIngkungan seperti ini tentu akan
menjadi faktor yang turun membentuk karakter anak hingga memiliki kepribadian
yang independen, dewasa dan sabar. Bung Hatta mengatakan bahwa anak yang tumbuh
dalam lingkungan yang sulit akan berpengaruh terhadap kecepatan tingkat
kedewasaannya. Imam Syafi’I juga mengatakan tidak ada yang lebih menandingi
kebahagian seseorang yang berhasil belajar tatkala ia dalam keadaan kesusahan
dan kekurangan. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Demikian
pula ketika kita cermati QS. Ash-Shafat: 102 ternyata Ibrahim AS dalam mendidik
putranya menempatkan sebagai subjek pendidikan bukan sebaliknya sebagai objek.
Ismail di posisikan sejajar dengan orang tuanya, dimintai pendapat, diajak
dialog dan diskusi serta dirangsang kreativitas berfikirnya. Suatu model
pendekatan pembelajaran dalam keluarga yang patut kita contoh lebih-lebih bagi
kita yang hidup di era keterbukaan ini. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Itulah
sebenarnya yang dilakukan Ibrahim As dan Istrinya dalam mendidik putranya
Ismail hingga kemudian menjadi putra yang shalih. Putra yang tidak menyebabkan
orang tua menjadi lupa mengingat Allah, putra yang tidak menjadi musuh dan
fitnah bagi orang tuanya. Bukankah Allah telah berfirman:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Artinya,
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">“Hai orang-orang yang beriman, janganlah
harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa
yang membuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi”.</i> (Qs.
Munafiqun: 9)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Artinya,
“<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Hai orang-orang yang beriman
sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh
bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka. Dan jika kamu memaafkan dan
tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang</i>”. (Qs. At-Taghobun: 14)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Artinya,
“<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu
hanyalah cobaan/fitnah (bagimu), di sisi Allah-lah pahala yang besar</i>”.<i style="mso-bidi-font-style: normal;"> </i>(Qs. At-Taghobun: 15)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="font-size: 12.0pt;">Ketiga,
Peningkatan ekonomi untuk ibadah</span></i></b><span style="font-size: 12.0pt;"> </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 12.0pt;">Nabi
Ibrahim As yang menjadi subjek kajian kali ini cukup menjadi tauladan umat
Islam yang sedang merayakan hari raya qurban. Ibrahim As ternyata merupakan
sosok figure yang kaya tetapi tidak menjadi orang yang hanya menumpuk-numpuk
hartanya. Tatkala ia berqurban tidak hanya cukup dengan seekor kambing. Ibrahim
As dalam menyembelih hewan qurban hingga mencapai 1000 ekor kambing, 300
kerbau/sapi, 100 onta. Harta kekayaannya tidak menghalangi dirinya untuk
mendekatkan diri kepada Allah. Bahkan memang seperti itulah yang diharapkan.
Ibrahim As senantiasa membersihkan hatinya dari segala sesuatu selain Allah. Sebagai
bentuk kecintaannya kepada Allah, sampai-sampai Ibrahim As sempat mengucapkan
sesuatu (nadzar) tatkala melaksanakan penyembelihan hewan qurban. Jangankan
hewan sebanyak itu jika Allah mengarunianya anak dan anak itu diperintahkan
untuk menyembelih maka perintah itu akan ia lakukan. Hingga pada akhirnya apa yang
ia nadzarkan itu menjadi kenyataan, sebagai ujian yang besar dan nyata dalam
kehidupan Ibrahim As seperti yang sudah dijelaskan di atas.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 12.0pt;">Dalam
rangka menteladani Ibrahim As,<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>pada hari
raya qurban yang kita rayakan setiap tahun ini cukup menjadi inspirasi sekaligus
menuntut agar umat Islam menata ulang dan memperbaiki diri agar memiliki
tingkat perekonomian yang mapan. Mengapa tidak, hal ini karena untuk bisa
menjadi muslim yang mampu menyembelih hewan qurban maka kita harus menyiapkan
sebagaian harta dari hasil pekerjaan yang kita lakukan selama ini. Merekalah
orang yang memiliki tingkat ekonomi yang baik.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 12.0pt;">Bukankah
Allah telah mengingatkan agar umat Islam mencari bekal akhirat dengan tidak melupakan
kehidupan di dunia ini. Untuk itu kita dituntut menjadi muslim yang giat
bekerja guna mendapatkan rizki. Selanjutnya harta yang kita miliki itu
hendaknya dapat kita jadikan <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>sebagai
bekal untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah. Dengan memiliki rizki
yang cukup maka seorang muslim akan mampu membeli hewan qurban yang kemudian
disembelih karena semata-mata menjalankan ketentuan Allah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 12.0pt;">Dalam
hal menyembeli hewan qurban ini Sayyidina Ali <i style="mso-bidi-font-style: normal;">karramallah wajhah</i> pernah mengatakan bahwa, tatkala seorang muslim
keluar rumah hendak beli hewan qurban maka ia mendapat 10 pahala dari Allah,
dapat menebus 10 dosa dan tiap langkahnya mengangkat 10 derajat. Saat ia
melakukan tawar menawar maka ucapannya menjadi tasbih. Ketika ia membayar maka setiap
rupiahnya Allah membalas dengan 700 pahala. Tatkala ia meletakkan hewan qurban
untuk disembelih maka beristighfarlah semua makhluk hingga lapisan bumi
ketujuh. Setiap suap daging yang dimakan setelah dibagikan menyebabkan Allah
memberikan pahala bagi orang yang qurban seperti memerdekakan hamba.
Selanjutnya Nabi Saw juga bersabda bahwa setiap darah yang menetes dari hewan
qurban yang disembelih menyebabkan Allah mengampuni dosa orang yang berqurban.
Dalam riwayat yang lain beliau juga menjelaskan bahwa tiap binatang qurban
nantinya akan menjadi kendaraan di sorga. (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Azh-zhiimuu
dhohaayaakum fa innahaa alaa ash-shiroothi mathooyaakum</i>).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="font-size: 12.0pt;">Keempat,
Kepedulian social</span></i></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 12.0pt;">Allah
menciptakan manusia sesungguhnya mempunyai tujuan yakni agar mengabdi
kepada-Nya dan menjadi khalifah di muka bumi ini. Untuk itu selain sebagai
makhluk religious, manusia juga disebut makhluk social. Hal ini karena dalam
hidup di muka bumi ini, manusia tidak bisa hidup tanpa interaksi dengan yang
lain. Tatkala kita melakukan interaksi dengan sesama dalam rangka menjalankan
perintah Allah maka di sini ada nilai ibadah. Sebagai seorang muslim seperti
disinggung dalam uraian di atas, kita dituntut untuk menjadi muslim yang tidak
hanya shalih secara individu. Dalam kehidupan di muka bumi ini Islam
mengajarkan agar kita juga menjadi muslim yang shalih secara social.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 12.0pt;">Kenyataan
ini bisa kita lihat bahwa Islam mengajarkan agar mereka yang diberi kelebihan
oleh Allah dengan rizki agar mau membeli hewan qurban untuk disembelih dan
selanjutnya dibagi-bagikan kepada sesamanya. Jika di antara kita diberi
kemampuan akan tetapi tidak mau melakukan hal tersebut maka Rasulullah Saw
membencinya. Secara eksplisit beliau membenci kelompok ini agar tidak mendekati
tempat shalatnya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 12.0pt;">Untuk
itu hikmah yang bisa kita petik dari hari raya qurban ini sejatinya mengajarkan
umat Islam agar menjadi perduli akan kehidupan social kemasyarakatan, melarang
menjadi umat yang egois dan menumpuk-numpuk harta kekayaan yang hanya untuk
kepentingan pribadi. Bukankah Allah telah mengingatkan dalam firmannya bahwa, semua
akan dipertanyakan oleh Allah untuk apa kenikmatan yang telah diberikan-Nya di
dunia ini. (At-Takatsur: 8). Allah juga mengingatkan bagi mereka yang suka
menumpuk-numpuk harta dan menghitung-hitung harta kekayaannya itu. Pada hal
harta bendanya itu tidak bisa mengekalkannya. Bahkan bisa melemparkan dirinya
ke dalam api neraka. (Qs. Al-Humazah: 1-9). </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 12.0pt;">Semoga
seklumit uraian hikmah idul qurban ini disertai hidayah Allah dan kita dapat
mengambil hikmah dari padanya serta mampu mengamalkan dan mewujudkannya dalam
kehidupan di muka bumi ini. Senjutnya kita menjadi hamba Allah yang mampu
mengekang/mengendalikan hawa nafsu kita, menjadi orang tua yang bijak dalam
mendidik anak-anak dan menjadi anak-anak yang shalih, menjadi umat Islam yang
mampu memperbaiki ekonomi dan tidak menumpuk-numpuk harta kekayaan saja serta
menjadi umat Islam yang tidak hanya shalih secara individual tetapi juga shalih
secara social. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 288.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 238.5pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="font-size: 12.0pt;">Penulis:</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 238.5pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="font-size: 12.0pt;">Dr. Djoko
Hartono, S.Ag, M.Ag, MM</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 238.5pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="font-size: 12.0pt;">Dosen STAI Al-Khoziny Buduran Sidoarjo</span></i></div>
<br /></div>
Dr. KH. Djoko Hartono, S.Ag, M.Ag, M.Mhttp://www.blogger.com/profile/14742899674845229309noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1362725909558231320.post-63839059720554188062013-01-24T01:17:00.005-08:002013-01-25T17:08:20.803-08:00PENGARUH SPIRITUALITAS TERHADAP KEBERHASILAN KEPEMIMPINAN Oleh : Dr. Djoko Hartono, S.Ag, M.Ag, M.M.<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IN" style="color: black;">Abstrak</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="color: black;">Disertasi ini membahas tentang pengaruh
spiritualitas terhadap keberhasilan kepemimpinan dengan studi kasus para kepala
SMP Islam favorit di Surabaya. Spiritualitas yang dijadikan variabel independen
dalam penelitian ini memiliki indikator menyangkut salat tahajud, duha, hajat
dan puasa senin kamis. Sedangkan keberhasilan kepemimpinan yang menjadi
variabel dependen dalam penelitan ini memiliki indikator yang diambil dari
teori yang dikemukakan Abdul Azis Wahab yakni pertama, apa yang diperoleh
organisasi (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">organizational achievement</i>)
menyangkut: produksi sekolah meningkat, produk sekolah berkualitas, keuntungan
dana meningkat dan program inovatif terwujud; kedua, pembinaan organisasi (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">organizational maintenance</i>) menyangkut:
bawahan puas/sejahtera, bawahan termotivasi dan bawahan semangat bekerja.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="color: black;">Penelitian ini termasuk penelitian
eksplanatori, yaitu suatu penelitian di samping menggambarkan fenomena sosial
yang ditemui, juga berupaya menjelaskan atau menerangkan hubungan
variabel-variabel pokok yang ada dan dilakukan pengujian hipotesis (<i>testing
of hyphoteses</i>). </span><span lang="FI" style="color: black; mso-ansi-language: FI;">Selain itu penelitian ini merupakan penelitian survey yang merupakan
penelitian populasi. Untuk mendapat data yang diinginkan peneliti menggunakan
metode dengan memberikan kuesioner tertutup (angket) dan wawancara terstruktur.
</span><span lang="SV" style="color: black; mso-ansi-language: SV;">Data tersebut
dikelola dan dianalisis dengan menggunakan cara statistik, dengan teknik
analisis deskriptif menggunakan persentase. Untuk mengetahui pengaruh
spiritualitas terhadap keberhasilan kepemimpinan maka digunakan teknik analisis
Chi Kuadrat. Untuk mengetahui keeratan pengaruhnya digunakan koefiisen
kontingensi yang dibandingkan dengan C maks dengan program SPSS 15.0.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="color: black; mso-ansi-language: SV;">Setelah diuji
dengan teknik analisis di atas maka dapat diketahui bahwa para Kepala SMP Islam
favorit di Surabaya ternyata melakukan upaya spiritualitas ketika menjalankan
kepemimpinannya; para Kepala SMP Islam favorit di Surabaya mengalami
keberhasilan kepemimpinan dan spiritualitas berpengaruh signifikan terhadap
keberhasilan kepemimpinan para Kepala SMP Islam favorit di Surabaya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="color: black; mso-ansi-language: SV;">Kata Kunci:
Spiritualitas dan Kepemimpinan</span></div>
<b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-no-proof: yes;"><br clear="all" style="page-break-before: always;" />
</span></b>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 18.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 6.0pt; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<b><span lang="IN"><span style="mso-list: Ignore;">A.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span></b><b><span lang="IN">Pendahuluan</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN">Persoalan yang menyangkut spiritualitas,
sesungguhnya dapat dijumpai dalam semua agama, tak terkecuali dalam Islam. Pada
penganut agama selain Islam secara empirik terbukti mereka juga melakukannya.
Bahkan dalam penelitian yang dikorelasikan dengan keberhasilan kepemimpinan
terbukti berpengaruh positif/signifikan. Mereka yang semakin menghayati dan
khusyuk melakukan spiritulitas baik yang non muslim ataupun muslim maka
korelasinya semakin baik.<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn1" name="_ftnref1" style="mso-footnote-id: ftn1;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-no-proof: yes;">[1]</span></span></span></span></a>
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN">Perilaku spiritualitas ini ternyata
tidak saja dilakukan di lingkungan organisasi/perusahaan jasa seperti institusi
pendidikan di atas. Pada organisasi/perusahaan manufaktur para karyawan
ternyata juga melakukan spiritualitas. Namun dalam penelitian Wibisono ini,
ketika spiritual dikorelasikan dengan kinerja karyawan, maka spiritual
berpengaruh negatif, sedang objeknya adalah karyawan penganut agama Islam dan
variabel spiritual tersebut menyangkut doa, salat lima waktu dan puasa ramadan.<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn2" name="_ftnref2" style="mso-footnote-id: ftn2;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-no-proof: yes;">[2]</span></span></span></span></a><span style="mso-spacerun: yes;"> </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN">Menurut M. Amin Abdullah, di dalam Islam
terkandung ajaran yang tidak hanya menyangkut lahiriyah semata. Hal-hal yang
menyangkut spiritualitas mendapat perhatian pula. Ada tiga konsep ajaran Islam
yakni Iman, Islam dan Ihsan. Ketiga komponen itu tercampur menjadi satu dan
mengejawanta secara utuh dalam tindakan ibadah kepada Allah<i> </i>dan hubungan
dengan manusia. Pola-pola hubungan dengan Allah ini di antaranya dengan
melakukan salat dan puasa di samping yang lain, dan ini merupakan metode yang
sebenarnya sarat dengan muatan nilai spiritualitas.</span><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn3" name="_ftnref3" style="mso-footnote-id: ftn3;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: SV; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-no-proof: yes;">[3]</span></span></span></span></span></a><span lang="IN"> Menurut Harun Nasution, spiritualitas yang dilakukan seseorang
mempunyai tujuan memperoleh hubungan langsung dan disadari dengan Tuhan.
Intisarinya adalah kesadaran akan adanya komunikasi dan dialog antara roh
manusia dengan Tuhan.<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn4" name="_ftnref4" style="mso-footnote-id: ftn4;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-no-proof: yes;">[4]</span></span></span></span></a></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN">Mengacu pada konsep ajaran Islam
tersebut, maka seorang muslim yang baik sudah barang tentu tidak akan
meninggalkan spiritualitas. Ajaran ini justru merupakan jawaban akan kebutuhan
manusia sebagai makhluk yang memiliki dimensi batin di balik unsur jasmaniyah.
Hal ini karena menurut Viktor Frankle, eksistensi manusia ditandai oleh tiga
faktor, yakni kerohanian<i> </i>(<i>spirituality</i>), kebebasan<i> </i>(<i>freedom</i>)
dan tanggung jawab<i> </i>(<i>responsibility</i>).<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn5" name="_ftnref5" style="mso-footnote-id: ftn5;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-no-proof: yes;">[5]</span></span></span></span></a>
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN">Abraham Maslow, salah seorang pemuka
psikologi humanistik yang berusaha memahami segi esoterik (rohani) manusia
menyatakan bahwa kebutuhan manusia memiliki kebutuhan yang bertingkat dari yang
paling dasar hingga kebutuhan yang paling puncak. Terpenuhinya kebutuhan puncak
yang transenden oleh Maslow disebut <i>peakers</i>. Peakers memiliki berbagai
pengalaman puncak yang memberikan wawasan yang jelas tentang diri mereka dan
dunianya. Kelompok ini cenderung menjadi lebih spiritualis dan saleh.<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn6" name="_ftnref6" style="mso-footnote-id: ftn6;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-no-proof: yes;">[6]</span></span></span></span></a>
Sebagai kebutuhan asasi seseorang, spiritualitas dalam kehidupan saat ini bisa
dikembangkan dalam kehidupan pribadi pemimpin organisasi bila menginginkan
keberhasilan,<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn7" name="_ftnref7" style="mso-footnote-id: ftn7;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-no-proof: yes;">[7]</span></span></span></span></a>
demikian pula menurut Abdul Azis Wahab.<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn8" name="_ftnref8" style="mso-footnote-id: ftn8;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-no-proof: yes;">[8]</span></span></span></span></a>
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN">Pengabaian akan spiritualitas maka
berefek seperti yang dijelaskan Morgan Mc.Call & Michael Lombardo seperti
yang dikutib Safaria bahwa:<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>“Banyak
pemimpin yang gagal dalam menjalankan kepemimpinannya sebenarnya merupakan
orang-orang yang cerdas, ahli di bidangnya masing-masing, seorang pekerja keras
dan diharapkan maju dengan cepat. Akan tetapi sebelum mereka sampai di puncak
organisasi, mereka dipecat atau dipaksa untuk pensiun / mengundurkan diri.”</span><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn9" name="_ftnref9" style="mso-footnote-id: ftn9;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: SV; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-no-proof: yes;">[9]</span></span></span></span></span></a></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN">Dalam reformasi pendidikan atau krisis
global saat ini sebagai<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>pemimpin<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>di lingkungan pendidikan, tentu dihadapkan
dengan berbagai persoalan dan perubahan yang menuntut paradigma baru bagi seorang
pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya. Paradigma ini akan menentukan pola
dan gaya kepemimpinan seorang pemimpin sehari-hari, selama pemimpin mengarahkan
organisasi menuju kesuksesan di masa depan.</span><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn10" name="_ftnref10" style="mso-footnote-id: ftn10;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: SV; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-no-proof: yes;">[10]</span></span></span></span></span></a><span lang="IN"> </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN">Berbagai persoalan yang komplek,
tentunya bisa membuat para pemimpin kehilangan keseimbangan dan kalau tidak
tahan goncangan maka akan berpengaruh<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>pada keberhasilan kepemimpinan. Untuk itu seorang pemimpin
seyogyanya<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>perlu mengembangkan aset yang
berupa spiritualitas di samping yang lainnya. Hal ini karena telah dicontohkan
Nabi Muhammad Saw sebagai panutan umat Islam. Muhammad Saw sebagai pembawa
ajaran agama Islam, ternyata merupakan figur pemimpin dunia yang dikagumi akan
keberhasilannya. Beliau ternyata tidak meninggalkan dimensi spiritualitas.
Muhammad Saw meraih hasil luar<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>biasa
melalui sebab yang<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>tidak<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>bisa lepas dari keberadaan dan praktek
spiritualitas.<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn11" name="_ftnref11" style="mso-footnote-id: ftn11;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-no-proof: yes;">[11]</span></span></span></span></a>
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 34.05pt;">
<span lang="IN">Penjelasan tentang spiritualitas dan
kepemimpinan di atas akan sangat menarik untuk diteliti ketika dihadapkan pada
realita empirik para kepala SMP Islam Favorit di Surabaya. Hal ini karena
kepemimpinan mereka berada di Kota Metropolitan yang <i>notabene</i> sangat
mengedepankan rasionalitas, <i>skills, </i>pengalaman, kapasitas keilmuan dari
pendidikan formal tanpa mempertimbangkan tingkat spiritualitas yang baik atau
sebaliknya, mereka diambilkan dari para pelaku spiritulitas yang salah persepsi
dalam memahami ajaran Islam, sehingga pelaksanaanya menjadi bersifat ritual
tanpa dihayati dan menyentuh esensinya. Ini tentu akan menjadi pemicu dan
faktor yang menghambat kemajuan organisasi. <a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn12" name="_ftnref12" style="mso-footnote-id: ftn12;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-no-proof: yes;">[12]</span></span></span></span></a></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 34.05pt;">
<span lang="IN">Sangat menariknya penelitian disertasi
ini selain di atas, karena penelitian secara spesifik tentang spiritualitas
yang menyangkut salat tahajud, duha, hajat dan puasa Senin Kamis terhadap
keberhasilan kepemimpinan dan objeknya organisasi/perusahaan jasa seperti
institusi pendidikan yang bernuansa Islam ternyata belum ada. Untuk itu penulis
menjadi tertarik meneliti spiritualitas dan pengaruhnya terhadap keberhasilan
kepemimpinan. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 34.05pt;">
<span lang="IN" style="color: black;">Ada beberapa
persoalan yang diajukan dalam penelitian ini pertama, apakah </span><span lang="IN">para kepala SMP Islam favorit melakukan usaha spiritualitas dalam
proses kepemimpinannya?; kedua, bagaimana keberhasilan kepemimpinan para kepala
SMP Islam favorit yang ada saat ini ?; ketiga, seberapa besar pengaruh
spiritualitas terhadap keberhasilan kepemimpinan para kepala SMP Islam favorit di
Surabaya ?</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<b><span lang="IN"><span style="mso-list: Ignore;">B.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span></b><b><span lang="IN">Pembahasan Hasil Penelitian</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN">Pembahasan ini merupakan implikasi dan
interpretasi dari analisis hasil penelitian yang didukung dengan temuan
teoritis maupun empiris dari penelitian sebelumnya yang relevan dengan
penelitian yang dilakukan. Pembahasan ini dilakukan untuk mengetahui hubungan
dua variabel yang diteliti sebagai pembuktian dari hipotesis dalam penelitian
ini. Untuk itu tentu akan terdapat dua kemungkinan yakni menerima hipotesis
yang diajukan atau sebaliknya menolaknya. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN">Untuk menguji hipotesis kepala SMP Islam
favorit di Kota Surabaya melakukan upaya spiritualitas ketika menjalankan
kepemimpinannya dan spiritualitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
keberhasilan kepemimpinan digunakan analisis chi kuadrat dengan menggunakan bantuan
porgram SPSS 15.0. Selain itu argumen menggunakan analisis chi kuadrat adalah
skala jawaban kuesioner yang digunakan spiritualitas dan keberhasilan
kepemimpinan adalah ordinal.</span><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn13" name="_ftnref13" style="mso-footnote-id: ftn13;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: SV; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-no-proof: yes;">[13]</span></span></span></span></span></a><span lang="IN"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Adapun untuk mengetahui besaran
pengaruh spiritualitas terhadap keberhasilan kepemimpinan yakni dengan
membandingkan nilai koefisien kontingensi dengan nilai C maks. </span><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Nilai koefisien kontiakngensi ini dapat
diperoleh dengan bantuan program SPSS 15.0.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN">Untuk itu menurut Peter Hagul, Chris
Manning dan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Masri Singarimbun, usaha untuk
mencari hubungan antara variabel sesungguhnya mempunyai tujuan akhir untuk
melihat kaitan pengaruh antara variabel.<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn14" name="_ftnref14" style="mso-footnote-id: ftn14;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-no-proof: yes;">[14]</span></span></span></span></a><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Adapun jenis hubungan dalam penelitan ini
merupakan hubungan asimetris. Hal ini karena inti pokok analisis-analisis
sosial terdapat dalam hubungan asimestris, di mana satu variabel mempengaruhi
variabel yang lainnya.<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn15" name="_ftnref15" style="mso-footnote-id: ftn15;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-no-proof: yes;">[15]</span></span></span></span></a>
Sedangkan hubungannya bertipe kausal. Hal ini disebabkan dalam<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>analisis ilmu sosial, hubungan kausal
biasanya digunakan untuk mengetahui pengaruh,<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn16" name="_ftnref16" style="mso-footnote-id: ftn16;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-no-proof: yes;">[16]</span></span></span></span></a>
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN">Baik secara teoritik atau
empirik/penelitian terdahulu, hasil penelitian disertasi ini nanti dimungkinkan
pertama, mendukung teori-teori atau hasil penelitian terdahulu yang digunakan
sebagai acuan dalam penyusunan disertasi ini; kedua, mengembangkan teori-teori
yang sudah ada atau hasil penelitian terdahulu; ketiga yakni justru
menolak/tidak mendukungnya; bahkan dimungkin hasil penelitian disertasi ini
akan menemukan teori-teori baru khususnya dalam hal spiritualitas Islam dan
kepemimpinan di institusi pendidkan Islam.</span><span lang="IN" style="font-size: 10.0pt; line-height: 150%;"> </span><span lang="IN">Untuk itu pendeskripsian
pembahasan ini bisa kita ikuti sebagai berikut.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<b><i><span lang="IN">Pertama,</span></i></b><span lang="IN"> para kepala SMP Islam favorit di Surabaya sesungguhnya orang-orang
yang spiritualis. (Lihat tabel 5.21, lampiran disertasi, hal. vii). Namun
demikian dari 30 orang kepala sekolah, kebanyakan di antara mereka yang sering
hingga sering sekali melakukan spiritualitas (salat tahajud, duha, hajat dan
puasa Senin Kamis) adalah kepala sekolah alumni pondok pesantren, kecuali pada
salat hajat yang bukan alumni pondok pesantren lebih menonjol. Pada salat
tahajud, duha dan puasa Senin Kamis walaupun yang lebih banyak dilakukan mereka
yang alumni pondok pesantren akan tetapi yang bukan alumni pondok pesantren
ternyata kesadaran melakukan spiritualitas tersebut hampir mengimbangi mereka
yang alumni pondok pesantren.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN">Temuan dalam penelitian ini sesungguhnya
menunjukkan bahwa walaupun para kepala SMP Islam favorit berpendidikan formal
S1 bahkan ada yang S2 dan S3 serta hidup di kota Metropolis Surabaya yang <i>notabene</i>
orang-orang rasional tetapi mereka melakukan upaya spiritualitas dalam
kepemimpinannya. Upaya spiritualitas yang dianggap oleh sebagian kalangan tidak
rasional jika dilihat dari hasil temuan penelitian ini ternyata dilakukan para
kepala SMP Islam favorit tidak hanya dari alumni pesantren. Mereka yang bukan
alumni pesantren pun juga melakukan spiritualitas.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN">Untuk itu temuan penelitian ini
kehadirannya menjadi temuan baru, mendukung, mengembangkan bahkan menolak
teori-teori yang sudah ada dan temuan dari studi empirik sebelumnya. Dikatakan
temuan baru karena para peneliti yang meneliti spritualitas Islam ini dengan
keberhasilan kepemimpinan secara spesifik belum ada. Dikatakan mendukung dan
mengembangkan karena baik secara teori dan studi empirik telah ditemukan
teori-teori yang berkaitan dengan spiritualitas dan kepemimpinan ataupun yang
lain, namun sifatnya masih umum. Dikatakan menolak karena temuan ini
berseberangan dengan teori-teori dan studi empirik yang telah ada.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN">Temuan dalam penelitian ini sesungguhnya
hadir mendukung dan mengembangkan teori yang dikemukakan Geertz secara empirik
dan yang lainnya. Hal ini karena dari hasil penelitian Geertz di Indonesia
menjelaskan bahwa soal kebatinan, kepercayaan, simbolisme slametan, praktek
keagamaan, berbagai kejadian, perhitungan hari, dan hal-hal yang sejenis sangat
kental mewarnai perilaku masyarakat.</span><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn17" name="_ftnref17" style="mso-footnote-id: ftn17;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FI" style="mso-ansi-language: FI;"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FI" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: FI; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-no-proof: yes;">[17]</span></span></span></span></span></a><span lang="IN">. Demikian pula hasil penelitian Simuh secara empirik menyebutkan tidak
hanya rakyat kecil dan masyarakat pedesaan saja, mereka yang hidup di
metropolis, bisnismen bahkan pejabat seringkali melakukan upaya spiritualitas.
Misalnya ketika pemilihan lurah, bupati/walikota, gubernur, bahkan presiden
hingga ketika memimpin dan menduduki jabatan itu mereka tidak bisa lepas dari
upaya ini demi kesuksesan usaha dan pekerjaannya. </span><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn18" name="_ftnref18" style="mso-footnote-id: ftn18;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: SV; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-no-proof: yes;">[18]</span></span></span></span></span></a><span lang="SV"> </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN">Selanjutnya <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>penemun ini secara empirik hadir menolak
teori-teori yang sudah ada, seperti teori yang dikemukakan Alasdair MacIntyre
ahli psikologi yang mengatakan bahwa pengalaman ketuhanan itu mustahil.<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn19" name="_ftnref19" style="mso-footnote-id: ftn19;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-no-proof: yes;">[19]</span></span></span></span></a><span class="MsoFootnoteReference"> </span>Bagi para kepala SMP Islam favorit di
Surabaya pengalaman ketuhanan (spiritualitas) tentu tidak mustahil. Hal ini
terbukti mereka walaupun orang-orang yang rasional dengan berpendidikan formal
(sarjana S1, S2, S3) tetapi melakukan spiritualitas. Untuk itu menurut John
Hick, bahwa pengalaman spiritualitas bagi yang mengalaminya sendiri adalah
rasional namun bagi mereka yang tidak mengalami mungkin dianggap irrasional dan
jauh dari objektivitas.<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn20" name="_ftnref20" style="mso-footnote-id: ftn20;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-no-proof: yes;">[20]</span></span></span></span></a></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN">Para kepala SMP Islam favorit di atas
dari hasil penelitian, sebelum dan ketika mereka menjadi kepala sekolah maka
dapat diklasifikasi menjadi tiga yakni mereka yang melakukan spiritualitas
(salat tahajud, salat duha, salat hajat dan puasa Senin Kamis) ada yang dengan
istiqamah, ada yang mengalami peningkatan intensitas dan ada yang mengalami
penurunan. (Lihat tabel 5.22 - 5.25, lampiran viii-x). Dengan pengklasifikasian
ini maka ditemukan bahwa kebanyakan di antara kepala SMP Islam favorit di
Surabaya ternyata dalam upaya spiritualitasnya dilakukan dengan istiqamah.
Mereka yang istiqamah ini ada sebesar 63%, dan 25% di antara mereka yang mengalami
peningkatan dalam melakukan spiritualitas ketika menjabat serta hanya ada
sedikit saja 12% yang mengalami penurunan. (Lihat tabel 5.26, lampiran
disertasi, hal. x).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN">Menurut Shaikh Ibnu Ata’illah bahwa<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>keberadaan istiqamah merupakan perintah yang
memang berat, sampai-sampai ketika Rasulullah Saw menerima ayat yang
berhubungan dengan istiqamah seperti dalam al-Qur’an, 11 (Hud) : 112,
menyebabkan beliau menjadi termenung dalam sekali guna merenungkan arti yang
sangat penting dari ayat tersebut, sehingga Nabi Saw menjadi kelihat seperti
cepat sekali bertambah umurnya lantaran rambut kepala beliau beruban.</span><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn21" name="_ftnref21" style="mso-footnote-id: ftn21;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FI" style="mso-ansi-language: FI;"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FI" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: FI; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-no-proof: yes;">[21]</span></span></span></span></span></a><span lang="IN"> Walaupun istiqamah itu sangat berat ternyata dalam realita empirik
para kepala SMP Islam favorit Surabaya melakukan spiritualitas Islam yang ada
dengan istiqamah, di samping ada yang meningkatkan dan mengalami penurunan
dalam pelaksanaanya ketika menjabat. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN">Dengan adanya sebagian kepala sekolah
yang mengalami peningkatan dalam spiritualitasnya ini (25%) menunjukkan bahwa
mereka ternyata ada juga yang ingin lebih mendekatkan diri kepada Allah Swt. Sebab
menurut Shah Wali Allah al-Dihlawi bahwa salat yang merupakan induk amal
ternyata menjadi media untuk bisa mendekatkan diri kepada Allah.</span><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn22" name="_ftnref22" style="mso-footnote-id: ftn22;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FI" style="mso-ansi-language: FI;"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FI" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: FI; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-no-proof: yes;">[22]</span></span></span></span></span></a><span lang="IN"> Demikian pula pada mereka yang meningkatkan puasa Senin Kamis, menunjukkan
bahwa adanya keinginan lebih mendekatkan diri kepada Allah Swt. Sebab menurut
Shaikh Abdul Qodir al-Jailani bahwa puasanya orang hakikat, mereka melampaui
kenikmatan puasanya orang awam. </span><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Mereka merasakan kenikmatan dapat melihat dan bertemu Allah dengan mata
hatinya.</span><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn23" name="_ftnref23" style="mso-footnote-id: ftn23;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FI" style="mso-ansi-language: FI;"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FI" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: FI; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-no-proof: yes;">[23]</span></span></span></span></span></a><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"> Mereka ini berpuasa karena mencari Allah
dan berusaha mendekatkan diri kepada-Nya.</span><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn24" name="_ftnref24" style="mso-footnote-id: ftn24;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FI" style="mso-ansi-language: FI;"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FI" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: FI; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-no-proof: yes;">[24]</span></span></span></span></span></a><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"> </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Adapun bagi
mereka yang mengalami penurunan ini, disebabkan karena dalam pelaksanaanya
belum sepenuhnya khusyuk<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn25" name="_ftnref25" style="mso-footnote-id: ftn25;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: SV; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-no-proof: yes;">[25]</span></span></span></span></a>
dan ikhlas karena Allah.</span><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn26" name="_ftnref26" style="mso-footnote-id: ftn26;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FI" style="mso-ansi-language: FI;"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FI" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: FI; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-no-proof: yes;">[26]</span></span></span></span></span></a><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"> Demikian pula bagi orang yang mengalami
penurunan dalam puasa Senin Kamis. Mereka ini karena belum merasakan kenikmatan
dalam berpuasa kecuali hanya merasakan lapar dan dahaga. Untuk itu al-Ghazali
dalam hal ini mengatakan bahwa adapun puasanya orang umum adalah menahan perut
dan kemaluan dari menunaikan kebutuhan.</span><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn27" name="_ftnref27" style="mso-footnote-id: ftn27;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FI" style="mso-ansi-language: FI;"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FI" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: FI; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-no-proof: yes;">[27]</span></span></span></span></span></a><span lang="FI" style="mso-ansi-language: SV;"> </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Adapun jika
dilihat dari motivasinya di antara kepala SMP Islam favorit di Surabaya
tersebut dalam melakukan spiritualitas dari hasil penelitian maka dapat
diklasifikasikan menjadi dua yakni mereka yang melakukan dengan motivasi hanya
semata-mata mencari rida Allah dan ada yang di samping karena Allah juga
berharap mendapatkan kesuksesan. Dengan pengklasifikasian ini maka dapat
diketahui bahwa kebanyakan mereka dalam melakukan spiritualitas 53% ternyata hanya
karena mencari rida Allah </span><span lang="IN">dan sisinya 47% melakukannya
selain karena Allah juga </span><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">berharap
mendapatkan kesuksesan. </span><span lang="IN">(Lihat tabel 5.27a, lampiran
disertasi, hal. x).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN">Temuan di atas ini secara empirik
menjadi temuan yang mendukung dan mengembangkan teori yang sudah ada. Dalam
pandangan Rudolf Otto seperti yang dikutib Jalaluddin dan Ramayulis bahwa
spiritualitas seseorang timbul karena adanya dorongan dari diri sebagai faktor
dalam. Dalam perkembangan selanjutnya spiritualitas itu dipengaruhi pula oleh
pengalaman spiritualitasnya. Dengan kata lain dorongan spiritualitas itu
berperan sejalan dengan kebutuhan manusia.<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn28" name="_ftnref28" style="mso-footnote-id: ftn28;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-no-proof: yes;">[28]</span></span></span></span></a>
Untuk itu dari sini maka timbullah motivasi-motivasi dari mereka yang melakukan
spiritualitas ini. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="ES" style="mso-ansi-language: ES;">Keikhlasan
seseorang dalam beribadah bukan berarti ia tidak boleh mengharap sesuatu
(berdo’a) kepada-Nya dengan ibadahnya tersebut. Hal ini disebabkan mengharap
sesuatu kepada Allah adalah perintah Allah sendiri sehingga memiliki nilai
ibadah pula. Karena itu melaksanakan ibadah lebih utama daripada
meninggalkannya. Sedang berdo’a adalah hak Allah yang harus dipenuhi. Akan
tetapi di antara ulama berbeda pendapat mengenai mana yang lebih utama,
mengharap sesuatu (berdo’a) ataukah diam dengan rida ketika seseorang melakukan
ibadah tersebut. Pendapat kedua mengatakan bahwa diam dan pasrah terhadap
keputusan Allah lebih sempurna.</span><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn29" name="_ftnref29" style="mso-footnote-id: ftn29;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FI" style="mso-ansi-language: FI;"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FI" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: FI; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-no-proof: yes;">[29]</span></span></span></span></span></a></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Menyikapi
dua pendapat ini, maka seorang mukmin harus bisa bersikap bijak. Hal ini
seperti yang dikatakan al-Qushairy, dalam kondisi tertentu berharap (do’a) akan
lebih utama daripada diam. Hal ini termasuk tatakrama. Dalam kondisi lain
diam<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>lebih utama daripada berharap
sesuatu<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>(berdo’a). Hal ini juga termasuk
etika. Jika hatinya merasa bahwa berharap sesuatu<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>(berdo’a) itu lebih baik, maka berharap
sesuatu<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>(berdo’a) pada saat itu lebih
utama. Jika hatinya merasa diam itu lebih baik, maka tidak berharap (berdo’a)
adalah lebih sempurna. Untuk itu seseorang harus memperhatikan kondisinya.</span><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn30" name="_ftnref30" style="mso-footnote-id: ftn30;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FI" style="mso-ansi-language: FI;"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FI" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: FI; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-no-proof: yes;">[30]</span></span></span></span></span></a></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN">Selain mencari rida Allah, ada juga di
antara mereka yang ketika melakukan spiritualitas memiliki motivasi-motivasi
lain seperti mengharap kepada Allah diberikan kesuksesan ketika memimpin. Untuk
itu Shah Wali dalam hal ini mengatakan berdasar pada motivasinya maka dapat
diidentifikasi sebagai berikut bahwa orang melakukan spiritualitas ada kalanya
untuk mematuhi akal hingga memperoleh yang diinginkan, untuk menghindari cinta
duniawi menuju cinta Allah, untuk mencapai Zat Ilahi.</span><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn31" name="_ftnref31" style="mso-footnote-id: ftn31;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FI" style="mso-ansi-language: FI;"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FI" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: FI; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-no-proof: yes;">[31]</span></span></span></span></span></a></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<b><i><span lang="IN">Kedua, s</span></i></b><span lang="IN">ecara empirik dari hasil penelitian ini ditemukan, ternyata di SMP
Islam favorit Surabaya jumlah siswanya mengalami peningkatan (ada 23 sekolah)
76,7%, para siswanya lulus dalam ujian nasional baik lulus langsung atau harus
melalui ujian ulang (ada 25 sekolah / 83,3%), keuntungan dana mengalami
peningkatan (ada 23 sekolah / 76,7%), kebanyakan program-program inovasinya
terwujud (ada 25 sekolah / 83,3%), dan semua bawahan puas dengan gaji (ada 23
sekolah / 76,7%), kebanyakan bawahan tidak protes dengan kebijakan yang dibuat
(ada 18 sekolah / 60%), kebanyakan bawahan datang sebelum jam kerja dimulai dan
pulang setelah tanggung jawab harian selesai (ada 17 sekolah / 56,7%). </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN">Ini merupakan petunjuk bahwa para Kepala
SMP Islam favorit yang ada sesungguhnya berhasil baik dalam menjalankan
kepemimpinannya. Adapun keberhasilan kepemimpinan yang lebih besar terletak
pada apa yang diperoleh dari organisasi (o<i>rganizational achievement</i>)
daripada o<i>rganizational maintenance.</i> Hal ini terbukti kebanyakan
responden menjawab empat indikator milik o<i>rganizational<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>achievement</i> pada poin (b). Sedang pada o<i>rganizational
maintenance</i> yang memiliki tiga indikator kebanyakan responden hanya
menjawab dua indikator saja pada poin (b). </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN">Mengetahui keadaan semacam ini memang
perlu sekali hal ini seperti yang dikemukakan Nana Sudjana bahwa mengetahui
indikator keberhasilan ini sangat penting, sebab dari indikator ini bisa
dijadikan tolok ukuran, patokan dalam penilaian akan berhasil tidaknya suatu
aktifitas yang dilakukan seseorang, yang dalam pembahasan ini berhubungan
dengan keberhasilan kepemimpinan kepala sekolah.<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn32" name="_ftnref32" style="mso-footnote-id: ftn32;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-no-proof: yes;">[32]</span></span></span></span></a></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<b><i><span lang="IN">Ketiga, </span></i></b><span lang="IN">spiritualitas yang dilakukan para kepala SMP Islam favorit Surabaya
ternyata berpengaruh positif terhadap keberhasilan kepemimpinan. Mereka yang
melakukan spiritualitas dengan istiqamah dan terus meningkatkan intensitasnya
secara empirik ternyata lebih berhasil dalam kepemimpinan, daripada yang
mengalami penurunan intensitas.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Hal ini
sangat beralasan karena dengan istiqamah dan terus meningkatkan intensitas
dalam melakukan spiritualitas, mereka menjadi lebih dekat dengan Allah.
Kedekatan dengan Allah ini membuat mereka senantiasa merasakan ketenangan hati
dan kejernihan dalam berpikir.</span><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn33" name="_ftnref33" style="mso-footnote-id: ftn33;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FI" style="font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: FI;"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FI" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: FI; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-no-proof: yes;">[33]</span></span></span></span></span></a><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"> Keadaan personal yang kondusif ini
membuat mereka ketika bertutur kata menjadi mantap, berbobot, ketika
beraktivitas menjadi terarah</span><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn34" name="_ftnref34" style="mso-footnote-id: ftn34;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FI" style="mso-ansi-language: FI;"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FI" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: FI; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-no-proof: yes;">[34]</span></span></span></span></span></a><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"> dan penuh keoptimisan,</span><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn35" name="_ftnref35" style="mso-footnote-id: ftn35;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-size: 10.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-no-proof: yes;">[35]</span></span></span></span></span></a><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"> serta memunculkan sikap perilaku yang
menyenangkan semua pihak.</span><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="SV" style="font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: SV;"> </span></span><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn36" name="_ftnref36" style="mso-footnote-id: ftn36;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-no-proof: yes;">[36]</span></span></span></span></span></a><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"> Sehingga para bawahan tidak terasa
terpengaruh untuk bersama-sama bergerak dan beraktivitas mewujudkan
keberhasilan organisasi yang dipimpin.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN">Kondisi inilah yang oleh Danah Zohar dan
Ian Mashall dikatakan sebagai pemimpin yang memiliki kecerdasan spiritual yang
bisa meningkatkan kualitas hidup dan keberadaannya menjadi modal spiritual (<i>spiritual
capital</i>) bagi sebuah organisasi.<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn37" name="_ftnref37" style="mso-footnote-id: ftn37;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-no-proof: yes;">[37]</span></span></span></span></a>
Pada posisi ini kecerdasan spiritual menjadi metode, konsep yang jelas dan
pasti mengisi kekosongan batin, jiwa serta konsep universal yang menghantarkan
seseorang pemimpin pada predikat memuaskan bagi dirinya sendiri juga sesamanya.<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn38" name="_ftnref38" style="mso-footnote-id: ftn38;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-no-proof: yes;">[38]</span></span></span></span></a>
Hal ini karena seorang pemimpin spiritulis mengerti makna dan mampu memerankan
cinta kasih di mana ia berada.<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn39" name="_ftnref39" style="mso-footnote-id: ftn39;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-no-proof: yes;">[39]</span></span></span></span></a></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN">Selanjutnya dengan kecerdasan spiritual
ini maka seorang pemimpin mampu membuat kebaikan, kebenaran, keindahan dan
kasih sayang dalam organisasi yang dipimpinnya.<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn40" name="_ftnref40" style="mso-footnote-id: ftn40;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-no-proof: yes;">[40]</span></span></span></span></a>
Implikasi dari semua ini maka para pemimpin yang spiritualis akan mampu
mempengaruhi orang lain dengan cara mengilhami tanpa mengindoktrinasi,
menyadarkan tanpa menyakiti, membangkitkan tanpa memaksa dan mengajak tanpa
memerintah.</span><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn41" name="_ftnref41" style="mso-footnote-id: ftn41;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FI" style="mso-ansi-language: FI;"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="FI" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: FI; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-no-proof: yes;">[41]</span></span></span></span></span></a><span lang="IN"> </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN">Demikian pula para kepala sekolah yang
dalam melaksanakan spiritualitas di samping mencari rida Allah juga berharap
sukses, ternyata mengalami keberhasilan kepemimpinan lebih baik dari pada yang
melakukan dengan hanya mencari rido Allah saja. Hal ini sangat beralasan,
karena mereka yang melakukan spiritualitas di samping mencari rida Allah, juga
berharap sukses ini, ternyata memiliki nilai tambah (<i>plus</i>). Nilai
tambahnya yakni meraka juga melakukan perintah Allah untuk berdo’a dan berharap
kepada-Nya. </span><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Harapan dan
do’anya ini tentu akan diwujudkan Allah sesuai dengan janji-Nya. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Harapan dan
do’a ini menimbulkan sikap optimis dan motivasi dalam diri.</span><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="SV" style="font-size: 10.0pt; line-height: 150%;"> </span></span><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn42" name="_ftnref42" style="mso-footnote-id: ftn42;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-size: 10.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-no-proof: yes;">[42]</span></span></span></span></span></a><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"> Sehingga dari sini maka bisa dilihat
bahwa mereka yang berharap kepada Allah tampak lebih optimis dan memiliki
motivasi lebih besar daripada yang tidak berharap. Keoptimisan dan motivasi
yang lebih besar ini menjadi sebab mereka bangkit dan tergerak melangkah dengan
mantap, terarah untuk meraih serta mewujudkan kesuksesan kepemimpinannya.
Inilah cara Allah mewujudkan harapan dan do’a mereka seperti yang dijanjikan
kepada hamba-Nya jika berharap dan berdo’a kepada-Nya. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Selanjutnya
diketahui pula setelah diuji dengan teknik analisis chi kuadrat dan<span style="color: black;"> nilai koefisien kontingensi yang ada dibandingkan dengan C
maks dengan program SPSS 15.0.</span>maka spiritualitas (salat tahajud, salat
duha, salat hajat, puasa Senin Kamis) ternyata berpengaruh signifikan terhadap
keberhasilan kepemimpinan dengan <span style="color: black;">keeratan pengaruhnya
rata-rata sebesar 72,73%.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Selain itu
alasan diterimanya hipotesis itu adalah jika dilihat dari 4 spiritualitas
masing-masing harus mempengaruhi 7 indikator keberhasilan kepemimpinan maka
spiritualitas harus mempengaruhi 28 indikator yang ada, sedang dari 28
indikator yang harus dipengaruhi, ternyata yang tidak berpengaruh hanya ada 5
(17,9%) indikator saja dan sisinya ada 23 (82,1%) indikator yang dapat
dipengaruhi spiritualitas.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Untuk itu
hipotesis yang berbunyi bahwa spiritualitas memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap keberhasilan kepemimpinan para kepala SMP Islam favorit di Surabaya
diterima, kecuali pada beberapa indikator keberhasilan kepemimpinan, salat
duha, salat hajat, dan puasa Senin Kamis pengaruhnya terhadap kepuasan gaji
yang diterima para bawahan rendah (tidak berpengaruh) dan salat duha
pengaruhnya terhadap kebijakan yang diterima bawahan rendah (tidak
berpengaruh), salat hajat pengaruhnya terhadap disiplin kerja juga rendah
(tidak berpengaruh). </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Rendahnya
(tidak adanya) pengaruh tersebut karena ada faktor lain yang mempengaruhinya
yakni eksternal. Faktor eksternal ini di antaranya kebijakan yayasan/pemerintah
bagi PNS DPK dalam menetapkan gaji dan yayasan telah menempatkan para guru,
karyawan pada sekolah tersebut sesuai dengan kebutuhan, dan tingkat
kompetensinya. </span><span lang="IN">Hal ini seperti yang dikemukakan
Moeheriono, apabila pihak pengelola (yayasan) menempatkan karyawan dan (guru)
sesuai dengan kompetensi yang berkualitas baik dan optimal maka dipastikan akan
tercipta sistem personalia yang memiliki kinerja terpadu dan terarah.<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn43" name="_ftnref43" style="mso-footnote-id: ftn43;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-no-proof: yes;">[43]</span></span></span></span></a>
Selanjutnya Moeheriono menjelaskan bahwa kompetensi seseorang termasuk dalam
kategori tinggi atau baik nantinya akan dibuktikan dan ditunjukkan apabila ia
sudah melakukan pekerjaan”.<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn44" name="_ftnref44" style="mso-footnote-id: ftn44;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-no-proof: yes;">[44]</span></span></span></span></a>
Faktor eksternal ini, disebut variabel pengganggu (<i>distorter variable</i>).
Hal ini karena keberadaannya dapat menyebabkan pengaruh variabel independen
terhadap sebagian indikator keberhasilan kepemimpinan di atas menjadi mengecil.</span><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-size: 10.0pt; line-height: 150%;"> <a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn45" name="_ftnref45" style="mso-footnote-id: ftn45;" title=""><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-no-proof: yes;">[45]</span></span></span></a></span></span><span lang="IN"> </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN">Adapun faktor internal yang turut
mempengaruhi rendahnya pengaruh di atas yakni tingkat emosional, kekhusyukan,
keikhlasan, keistiqamahan, atau peningkatan dan pengharapan sukses para kepala
sekolah ketika melakukan spiritualitas. Faktor internal ini sesungguhnya
menjadi variabel antara (<i>intervening variable</i>). Hal ini karena apabila
variabel tersebut dimasukkan, hubungan statistik yang semula nampak antara dua
variabel menjadi lemah atau bahkan lenyap.</span><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-size: 10.0pt; line-height: 150%;"> <a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn46" name="_ftnref46" style="mso-footnote-id: ftn46;" title=""><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-no-proof: yes;">[46]</span></span></span></a></span></span><span lang="IN"> </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<b><span lang="SV" style="color: black; mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-list: Ignore;">C.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b><b><span lang="SV" style="color: black; mso-ansi-language: SV;">Implikasi Teoritik</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="color: black; mso-ansi-language: SV;">Hasil temuan dalam penelitian ini jika dikaitkan dengan teori dan temuan
sebelumnya maka mengandung implikasi mendukung, mengembangkan dan menolak</span><span lang="SV" style="font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: SV;"> </span><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">bahkan menjadi temuan baru khususnya dalam
hal spiritualitas Islam dan kepemimpinan di institusi pendidkan Islam.<span style="color: black;"> Dengan ditemukan bahwa spiritualitas (salat tahajud, duha,
hajat dan puasa Senin Kamis) berpengaruh secara signifikan terhadap
keberhasilan kepemimpinan maka mengandung implikasi sebagai berikut.</span> </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN">Hasil penelitian ini mendukung teori
yang dikemukakan Gay Hendricks dan Kate Goodeman yang mengatakan bahwa pada
pasar global nanti akan ditemukan orang-orang suci, mistikus atau sufi di dalam
perusahaan-perusahaan besar atau organisasi-organisasi modern bukan hanya di
tempat-tempat ibadah saja.<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn47" name="_ftnref47" style="mso-footnote-id: ftn47;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-no-proof: yes;">[47]</span></span></span></span></a>
Mendukung teorinya Paul Stange pakar mistisisme dari Murdoch University
Australia yang mengatakan, bahwa “unsur spiritual benar-benar mewarnai
kesuksesan para pemimpin Indonesia dalam menjalankan kekuasaannya.”<span class="MsoFootnoteReference"> <a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn48" name="_ftnref48" style="mso-footnote-id: ftn48;" title=""><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-no-proof: yes;">[48]</span></span></span></a></span>
Temuan ini juga mendukung teori William James seorang pakar mistisisme yang
mengatakan bahwa: “…pengalaman spiritual merupakan satu-satunya gerbang menuju
kehidupan yang lebih bahagia.”<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn49" name="_ftnref49" style="mso-footnote-id: ftn49;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-no-proof: yes;">[49]</span></span></span></span></a>
Sedang bagi para kepala sekolah akan menjadi bahagia jika berhasil dalam
kepimimpinannya. Ruslan Abdulgani juga mengemukakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kesuksesan dalam proses kepemimpinan yakni mempunyai kelebihan
dalam hal menggunakan pikiran, rohani (spiritualitas), jasmani.<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn50" name="_ftnref50" style="mso-footnote-id: ftn50;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-no-proof: yes;">[50]</span></span></span></span></a>
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN">Temuan dalam penelitian ini juga
mengembangkan temuan-temuan lain yang telah ada, seperti temuan: Moh. Sholeh
dari sisi medis bahwa salat tahajud ternyata berpengaruh terhadap peningkatan
respons ketahanan tubuh imunologik.<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn51" name="_ftnref51" style="mso-footnote-id: ftn51;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-no-proof: yes;">[51]</span></span></span></span></a><span class="MsoFootnoteReference"> </span>Wibisono membuktikan dari hasil
penelitiannya bahwa motivasi spiritual (aqidah dan muamalat) berpengaruh
positif terhadap kinerja karyawan.<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn52" name="_ftnref52" style="mso-footnote-id: ftn52;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-no-proof: yes;">[52]</span></span></span></span></a><span class="MsoFootnoteReference"> </span>Muafi membuktikan bahwa motivasi
spiritualitas (aqidah, ibadah, muamalah) berpengaruh positif terhadap kinerja.<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn53" name="_ftnref53" style="mso-footnote-id: ftn53;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-no-proof: yes;">[53]</span></span></span></span></a><span class="MsoFootnoteReference"> </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN">Tobroni dari hasil penelitiannya
menemukan, bahwa kepemimpinan spiritual dapat menciptakan noble industry yang
efektif, yakni budaya organisasi yang kondusif, proses organisasi yang efektif
dan inovasi-inovasi dalam organisasi. Kepemimpinan spiritual terbukti dapat
mengembangkan organisasi.<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn54" name="_ftnref54" style="mso-footnote-id: ftn54;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-no-proof: yes;">[54]</span></span></span></span></a>
Fred. R. David dari sisi manajemen mengemukakan bahwa para spiritualis yang
mempunyai pengalaman yang bersifat metafisik, akan memiliki kekuatan yang
lembut untuk menggerakkan aktivitas menuju kesuksesan.</span><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn55" name="_ftnref55" style="mso-footnote-id: ftn55;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: SV; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-no-proof: yes;">[55]</span></span></span></span></span></a><span lang="IN"> Popper dari sisi filsafat mengemukakan bahwa “pengalaman spiritualitas
yang bersifat metafisika bukan saja dapat bermakna, tetapi dapat benar juga,
walaupun baru menjadi ilmiah kalau sudah teruji dan dites (<i>falsifiabilitas</i>).<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn56" name="_ftnref56" style="mso-footnote-id: ftn56;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-no-proof: yes;">[56]</span></span></span></span></a>
Temuan dalam penelitian ini setelah diuji dengan metode ilmiah maka ternyata
spiritualitas berpengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan yang kebenarannya
bisa dipertanggungjawabkan. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN">Temuan dalam penelitian ini juga menolak
temuan dan teori yang dikemukakan oleh<span class="MsoFootnoteReference"> </span>Chablullah
Wibisono, walaupun tidak berkaitan dengan kepemimpinan hasil temuannya secara
realita empirik menyatakan bahwa motivasi spiritual ternyata berpengaruh
negatif terhadap kinerja karyawan. Ini memiliki implikasi, apabila motivasi
spiritual (salat lima waktu, puasa ramadan) karyawan meningkat, maka kinerja
mereka akan menurun.<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn57" name="_ftnref57" style="mso-footnote-id: ftn57;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-no-proof: yes;">[57]</span></span></span></span></a>
Penolakan terhadap temuan Wibisono ini karena spiritualitas berpengaruh positif
pada keberhasilan kepemimpinan yang ada. Sedang Wibisono, motivasi spiritual
ternyata berpengaruh negatif tetapi pada kinerja karyawan dan bukan pada
kepemimpinan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN">C. Stephen Evans, yang menyatakan bahwa
pengalaman spiritualitas ini kurang bisa diuji secara publik/intersubjektif.<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn58" name="_ftnref58" style="mso-footnote-id: ftn58;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-no-proof: yes;">[58]</span></span></span></span></a>
Penolakan terhadap teori ini karena spiritualitas ternyata dapat diuji secara
publik yang hasilnya berpengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan. Simuh yang
menyatakan bahwa spiritualitas keberadaannya akan menjadi penghambat kemajuan
dan menimbulkan kemunduran selama berabad-abad.<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn59" name="_ftnref59" style="mso-footnote-id: ftn59;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-no-proof: yes;">[59]</span></span></span></span></a>
Namun dari hasil penelitian ini bukan menimbulkan kemunduran tapi justru
kemajuan karena membawa kepemimpinan menjadi sukses.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<b><span lang="IN">D. Kesimpulan</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; tab-stops: right 432.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN">Berdasarkan
rumusan masalah yang diajukan dan pembahasan di atas maka penelitan ini dapat
disimpulkan sebagai berikut :</span></div>
<ol start="1" style="margin-top: 0cm;" type="1">
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-list: l1 level1 lfo2; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify;"><span lang="IN">Kepala SMP Islam favorit di Surabaya
sesungguhnya melakukan upaya spiritualitas dalam kepemimpinannya. Dari 30
respoden yang ada, ternyata ada 63% yang melakukan spiritualitas dengan
istiqamah, ada 25% yang meningkatkan intensitasnya, dan hanya ada 12% yang
mengalami penurunan intensitas.</span><span lang="IN" style="font-size: 10.0pt; line-height: 150%;"> </span><span lang="IN">Dalam melakukan spiritualitas di
atas, para kepala SMP Islam favorit di Surabaya kebanyakan (53%)
karena<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>mencari rida Allah dan
sisinya (47%) melakukannya selain karena Allah juga berharap kesuksesan.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="color: black; line-height: 150%; mso-list: l1 level1 lfo2; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify;"><span lang="IN" style="color: windowtext;">Para Kepala SMP Islam favorit yang ada
sesungguhnya berhasil baik dalam menjalankan kepemimpinannya. Adapun
keberhasilan kepemimpinan yang lebih besar terletak pada apa yang
diperoleh dari organisasi (o<i>rganizational achievement</i>) daripada o<i>rganizational
maintenance.</i></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-list: l1 level1 lfo2; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify;"><span lang="IN">Spiritualitas yang dilakukan para
kepala SMP Islam favorit Surabaya ternyata berpengaruh positif terhadap
keberhasilan kepemimpinan dengan <span style="color: black;">keeratan
pengaruhnya rata-rata sebesar 72,73%. </span>Mereka yang melakukan
spiritualitas dengan istiqamah dan terus meningkatkan intensitasnya secara
empirik ternyata lebih berhasil dalam kepemimpinan, daripada yang
mengalami penurunan intensitas. Demikian pula para kepala sekolah yang
dalam melaksanakan spiritualitas di samping mencari rida Allah juga
berharap sukses, ternyata mengalami keberhasilan kepemimpinan lebih baik
dari pada yang melakukan dengan hanya mencari rido Allah saja.</span></li>
</ol>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<b><span lang="ES" style="mso-ansi-language: ES;">Daftar Kepustakaan</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<br /></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 27.0pt; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 27.0pt; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">Abdullah, M. Amin. <i>Studi Agama</i></span><i><span lang="NL" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: NL;">: Normativitas atau Historisitas.</span></i><span lang="NL" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: NL;"> Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2004</span><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">.</span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 27.0pt; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">Agustian, Ary Ginanjar. <i>Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan
Spiritual ESQ</i>. Jakarta: Arga, 2001.</span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 27.0pt; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<span lang="ES" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: ES;">Ancok, Djamaluddin. <i>Psikologi Islami: Solusi Islam atas Problem-Problem
Psikologi</i>. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1994.</span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 27.0pt; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<span style="font-size: 12.0pt;">Archer B.D, John Clark. </span><i><span lang="SV" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: SV;">Dimensi Mistis dalam Diri
Muhammad</span></i><span lang="SV" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: SV;">. Terj. Ahmad Asnawi. Yogyakarta: Diglossia, 2007.</span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 27.0pt; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<span lang="NL" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: NL;">Bastaman, Hanna Djumhana. <i>Integrasi Psikologi dengan Islam: Menuju
Psikologi Islami.</i> Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995.</span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 27.0pt; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">Berten, K. <i>Filsafat Barat Konte</i></span><i><span lang="SV" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: SV;">mporer.</span></i><span lang="SV" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: SV;"> Atmajaya. Jakarta: Gramedia,
2003.</span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 27.0pt; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">Burhani, Ahmad Najib. <i>Sufisme Kota: Berpikir Jernih Menemukan
Spiritualitas Positif</i>. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2001.</span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 27.0pt; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">David, Fred. R. <i>Menejemen Strategis.</i> Terj. Alexander<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Sindoro. Jakarta: Prenhallindo, 2002.</span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 27.0pt; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<span lang="ES" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: ES;">al-Dihlawi, Shah Wali Allah. <i>Hujjah Allah al-Balighah: Argumen Puncak
Allah, Kearifan dan Dimensi Batin Syariat</i>.<span style="mso-bidi-font-style: italic;"> Terj. Nuruddin Hidayat & C. Romli Bihar Anwar.</span> Jakarta:
Serambi Ilmu Semesta, 2005.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 27.0pt; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<span lang="IN">Evans, C. Stephen. <i>Philosophy of Religion. </i>Downers
Grove, Illinois, USA: InterVarsity Press, 1982.</span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 27.0pt; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<span lang="SV" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: SV;">Fattah, Nanang. <i>Landasan Manajemen Pendidikan</i>. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2004.</span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 27.0pt; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<span lang="ES" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: ES;">al-Ghazali.</span><i><span lang="NL" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: NL;"> Ihya' Ulumuddin</span></i><span lang="NL" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: NL;">. Jilid 2. Terj. Moh. Zuhri. Semarang: As-Syifa', 2003.</span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 27.0pt; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<span lang="ES" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: ES;">Hammond, Jeff. <i>Kepemimpinan Yang Sukses. </i>Jakarta: Yayasan MediaBuana
Indonesia, 2002.</span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 27.0pt; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<span lang="ES" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: ES;">Hartono, Djoko. </span><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">“Hubungan Motivasi Mistik terhadap Keberhasilan Kepemimpinan (Studi Kasus
di SMP Hang Tuah Surabaya), Tesis, Universitas Bhayangkara, Surabaya, 2004.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 27.0pt; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<span style="mso-ansi-language: EN-US;">Hick, John. <i>An Interpretation
of Religion, Human Responses to the Transcendent. </i><st1:city w:st="on">New
Haven</st1:city> and <st1:city w:st="on">London</st1:city>: <st1:place w:st="on"><st1:placename w:st="on">Yale</st1:placename> <st1:placetype w:st="on">University</st1:placetype></st1:place>
Press, 1989.</span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 27.0pt; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<span lang="ES" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: ES;">al-Jailani, Abdul Qadir. <i>Rahasia Sufi.</i> Terj. Abdul Majid.
Yogyakarta: Futuh, 2002.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 27.0pt; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<span lang="IN">Jalaluddin dan Ramayulis. <i>Pengantar Ilmu Jiwa Agama</i>.
Jakarta: Kalam Mulia, 1993. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 27.0pt; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<span lang="FI" style="mso-ansi-language: FI;">James, William. </span><i><span style="mso-ansi-language: EN-US;">The Varieties of Religious Experience:
Pengalaman-pengalaman Religius</span></i><span style="mso-ansi-language: EN-US;">.
</span><span lang="IN">Terj. Luthfi Anshari. Yogyakarta: Jendela, 2003.</span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 27.0pt; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<span lang="ES" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: ES;">Kielson, Daniel C. <i>Leadersh</i></span><i><span style="font-size: 12.0pt;">ip:
Creating a New Reality</span></i><span style="font-size: 12.0pt;">. Journal of
Leadership Studies 3, No.4, 1996.</span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 27.0pt; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">Levin, Michal. <i>Spiritual Intelligence: Membangkitkan Kekuatan Spiritual
dan Intuisi Anda</i>. terj. Andri Kristiawan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2005.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 27.0pt; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<span lang="IN">MacIntyre, Alasdair. claims this in his essay “Visions,”
in <i>New Essays in Philosophical Theology, </i>ed. Antony Flew and Alasdair
MacIntyre. New York: Macmillan, 1964. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 27.0pt; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<span lang="IN">Madjid, Nurcholish. <i>Islam Doktrin dan Peradaban:
Sebuah Telaah Kritis tentang Masalah Keimanan, Kemanusiaan dan Kemodernan</i>.
Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina, 2000.</span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 27.0pt; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<span style="font-size: 12.0pt;">Mc.Call, Morgan &
Michael Lombardo. “Off the track: Why and How Succesfull Executive Get
Gerailed.” Dalam, Triantoro Safaria, <i>Kepemimpinan.</i> <st1:place w:st="on">Yogyakarta</st1:place>:
Graha Ilmu, 2004.</span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 27.0pt; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">Moeheriono. <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Pengukuran Kenerja
Berbasis Kompetensi.</i> Bogor: Ghalia Indonesia, 2009.</span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 27.0pt; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">Muafi. “Pengaruh Motivasi Spiritual Karyawan terhadap Kinerja<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Riligius di Kawasan Industri Rungkut
Surabaya.” Jurnal <i>Siasat Bisnis</i>. Vol. 1, Nomor 8. Yogyakarta: Fakultas
Ekonomi UII, 2003.</span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 27.0pt; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">Nasution, Harun. <i>Filsafat dan Mistisisme dalam Islam.</i> Jakarta: Bulan
Bintang, 1973.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 27.0pt; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<span lang="IN">Nurdin H.K. Ethics of Religious Relations in
Heterogeneous Society, Dalam <i>Ihya Ulum al-Din,</i> Number 1 Vol 1,<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>International Journal, Published by State
Institute for Islamic Studies. Semarang-Indonesia: IAIN Wali Songo, 1999.</span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 27.0pt; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<span lang="IT" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IT;">Paul. <i>Tabloit</i>, 21. </span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 27.0pt; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<span lang="ES" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: ES;">Peter Hagul, dkk.,. “Penentuan Variabel Penelitian dan Hubungan Antar
Variabel” Dalam, Masri Singarimbun dan Sofian (editor). <i>Metode Penelitan
Survai</i>. Jakarta: LP3ES, 1989. </span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 27.0pt; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<span lang="ES" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: ES;">Sholeh,<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Moh. </span><i><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">Terapi Salat Tahajud
Menyembuhkan Berbagai Penyakit</span></i><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">. Jakarta: Hikmah, 2007.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 27.0pt; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<span lang="ES" style="mso-ansi-language: ES;">Simuh, <i>Islam dan
Pergumulan Budaya Jawa.</i> Jakarta: Teraju, 2003.</span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 27.0pt; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">Sudjana, Nana. <i>Penilaian Hasil PBM. </i>Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995.</span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 27.0pt; tab-stops: 395.0pt; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<span lang="ES" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: ES;">Sudjana. <i>Metoda Statistika</i>. Bandung: Tarsito,
1996.</span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 27.0pt; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<span lang="ES" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: ES;">al-Sukandari, Shaikh Ibnu Ata’illah. <i>Matnu al-Hikam</i>. </span><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-style: italic;">Terj.
</span><span lang="SV" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: SV; mso-bidi-font-style: italic;">Labib Mz.</span><span lang="SV" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: SV;"> Surabaya: Tiga Putra, 1996.</span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 27.0pt; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">Tobroni. <i>Pendidikan Islam: Paradigma Teologis, Filosofis dan
Spiritualitas</i>. Malang: UMM Press, 2008.</span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 27.0pt; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">Tobroni. <i>The Spiritual Leadership: Pengefektifan Organisasi Noble
Industry Melalui Prinsip-prinsip Spiritual Etis. </i>Malang: Universitas
Muhammadiyah Malang, 2005.</span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 27.0pt; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<span lang="ES" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: ES;">Wahab, Abdul Azis. <i>Anatomi Organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan:
Telaah terhadap Organisasi dan Pengelolaan Organisasi Pendidikan</i>. Bandung:
Alfabeta, 2008.</span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 27.0pt; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">Wibisono, Chablullah. <i>Pengaruh Spiritual terhadap Kinerja Karyawan Sub
Sektor Industri Manufaktur di Batamindo Batam</i>. Ringkasan Disertasi,
Universitas Airlangga, 2002.</span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 27.0pt; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">Zohar, Danah dan Ian Mashall. <i>Spiritual Capital: Memberdayakan SQ di
Dunia Bisnis</i>, terj. Helmi Mustofa. Bandung: Mizan, 2005.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div style="mso-element: footnote-list;">
<br clear="all" />
<hr align="left" size="1" width="33%" />
<div id="ftn1" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref1" name="_ftn1" style="mso-footnote-id: ftn1;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[1]</span></span></span></span></a>
Penilitian tesis ini objeknya tidak hanya pada mereka yang beragama dan
spiritualitas tertentu, tetapi menyangkut berbagai agama dan motivasi
spiritualitas secara umum. Lihat, Djoko Hartono, “Hubungan Motivasi Mistik
terhadap Keberhasilan Kepemimpinan (Studi Kasus di SMP Hang Tuah <st1:city w:st="on">Surabaya</st1:city>), (Tesis, Universitas Bhayangkara, <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Surabaya</st1:city></st1:place>, 2004), 95-96.</div>
</div>
<div id="ftn2" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref2" name="_ftn2" style="mso-footnote-id: ftn2;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[2]</span></span></span></span></a> <span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Chablullah Wibisono, “Pengaruh Spiritual
terhadap Kinerja Karyawan Sub Sektor Industri Manufaktur di Batamindo Batam”
(Ringkasan Disertasi, Universitas Airlangga, 2002), 45.</span></div>
</div>
<div id="ftn3" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref3" name="_ftn3" style="mso-footnote-id: ftn3;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[3]</span></span></span></span></a> M.
Amin Abdullah, <i>Studi Agama: Normativitas atau Historisitas</i> (<st1:place w:st="on">Yogyakarta</st1:place>: Pustaka Pelajar, 2004), 149.</div>
</div>
<div id="ftn4" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref4" name="_ftn4" style="mso-footnote-id: ftn4;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[4]</span></span></span></span></a>
Harun Nasution, <i>Filsafat dan Mistisisme dalam Islam</i> (Jakarta: Bulan
Bintang, 1973), 56.</div>
</div>
<div id="ftn5" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref5" name="_ftn5" style="mso-footnote-id: ftn5;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[5]</span></span></span></span></a>
Hanna Djumhana Bastaman, <i>Integrasi Psikologi dengan Islam: Menuju Psikologi
Islami</i> (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995), 36.</div>
</div>
<div id="ftn6" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref6" name="_ftn6" style="mso-footnote-id: ftn6;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[6]</span></span></span></span></a>
Djamaluddin Ancok, <i>Psikologi Islami: Solusi Islam atas Problem-Problem
Psikologi</i> (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1994),49, 75.</div>
</div>
<div id="ftn7" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref7" name="_ftn7" style="mso-footnote-id: ftn7;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[7]</span></span></span></span></a>
Jeff Hammond, <i>Kepemimpinan Yang Sukses </i><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>(<st1:city w:st="on">Jakarta</st1:city>:
Yayasan MediaBuana <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">Indonesia</st1:country-region></st1:place>,
2002), 12.</div>
</div>
<div id="ftn8" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref8" name="_ftn8" style="mso-footnote-id: ftn8;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[8]</span></span></span></span></a>
Abdul Azis Wahab, <i>Anatomi Organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan: Telaah
terhadap Organisasi dan Pengelolaan Organisasi Pendidikan</i> (<st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Bandung</st1:city></st1:place>: Alfabeta, 2008),
136.</div>
</div>
<div id="ftn9" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref9" name="_ftn9" style="mso-footnote-id: ftn9;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[9]</span></span></span></span></a>
Morgan Mc.Call & Michael Lombardo, “Off the track: Why and How Succesfull
Executive Get Gerailed.” Dalam, Triantoro Safaria, <i>Kepemimpinan</i> (<st1:place w:st="on">Yogyakarta</st1:place>: Graha Ilmu, 2004), 14 – 15.</div>
</div>
<div id="ftn10" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref10" name="_ftn10" style="mso-footnote-id: ftn10;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[10]</span></span></span></span></a>
Daniel C. Kielson, “L<span style="mso-bidi-font-style: italic;">eadership:
Creating a New Reality.” Dalam, </span>Triantoro Safaria, <i>Kepemimpinan</i> (<st1:place w:st="on">Yogyakarta</st1:place>: Graha Ilmu, 2004), <span style="mso-bidi-font-style: italic;">6</span>.</div>
</div>
<div id="ftn11" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref11" name="_ftn11" style="mso-footnote-id: ftn11;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[11]</span></span></span></span></a>
John Clark Archer B.D, <i>Dimensi Mistis dalam Diri Muhammad</i> , terj. Ahmad
Asnawi (<st1:place w:st="on">Yogyakarta</st1:place>: Diglossia, 2007),<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>hal. x.</div>
</div>
<div id="ftn12" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref12" name="_ftn12" style="mso-footnote-id: ftn12;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[12]</span></span></span></span></a>
Chablullah Wibisono, <span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">“Pengaruh
Spiritual..., 38-39.</span></div>
</div>
<div id="ftn13" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText" style="tab-stops: 395.0pt; text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref13" name="_ftn13" style="mso-footnote-id: ftn13;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[13]</span></span></span></span></a>
Sudjana, <i>Metoda Statistika</i> (Bandung: Tarsito, 1996), 278<span style="mso-tab-count: 1;"> </span></div>
</div>
<div id="ftn14" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref14" name="_ftn14" style="mso-footnote-id: ftn14;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[14]</span></span></span></span></a>
Peter Hagul, dkk., “Penentuan Variabel Penelitian dan Hubungan Antar Variabel”
Dalam, Masri Singarimbun dan Sofian (editor), <i>Metode Penelitan Survai</i>
(Jakarta: LP3ES, 1989), 51. </div>
</div>
<div id="ftn15" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref15" name="_ftn15" style="mso-footnote-id: ftn15;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[15]</span></span></span></span></a>
Ibid., 53.</div>
</div>
<div id="ftn16" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref16" name="_ftn16" style="mso-footnote-id: ftn16;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[16]</span></span></span></span></a>
Ibid., 51.</div>
</div>
<div id="ftn17" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref17" name="_ftn17" style="mso-footnote-id: ftn17;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-size: 10.0pt;"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-no-proof: yes;">[17]</span></span></span></span></span></a><span lang="IN" style="font-size: 10.0pt;"> Nurdin H.K, <i>Ethics of Religious Relations
in Heterogeneous Society, Dalam Ihya Ulum al-Din, Number 1 Vol 1,<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>International Journal, Published by State Institute
for Islamic Studies</i> (Semarang-Indonesia: IAIN Wali Songo, 1999), 98.</span></div>
</div>
<div id="ftn18" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref18" name="_ftn18" style="mso-footnote-id: ftn18;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-size: 10.0pt;"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-no-proof: yes;">[18]</span></span></span></span></span></a><span lang="IN" style="font-size: 10.0pt;"> </span><span lang="ES" style="font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: ES;">Simuh, <i>Islam dan Pergumulan Budaya Jawa </i>(Jakarta:
Teraju, 2003)</span><span lang="IN" style="font-size: 10.0pt;">, 132</span></div>
</div>
<div id="ftn19" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref19" name="_ftn19" style="mso-footnote-id: ftn19;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-size: 10.0pt;"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-no-proof: yes;">[19]</span></span></span></span></span></a><span lang="IN" style="font-size: 10.0pt;"> Alasdair MacIntyre claims this in his essay
“Visions,” in <i>New Essays</i>“Visions,” in <i>New Essays in Philosophical
Theology, </i>ed. Antony Flew and Alasdair MacIntyre (New York: Macmillan,
1964), 256. </span></div>
</div>
<div id="ftn20" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref20" name="_ftn20" style="mso-footnote-id: ftn20;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-size: 10.0pt;"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-no-proof: yes;">[20]</span></span></span></span></span></a><span lang="IN" style="font-size: 10.0pt;"> </span><span style="font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">John Hick, <i>An Interpretation of Religion, Human
Responses to the Transcendent </i>(New Haven and London: Yale University Press,
1989), 210-229.</span></div>
</div>
<div id="ftn21" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref21" name="_ftn21" style="mso-footnote-id: ftn21;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[21]</span></span></span></span></a><span lang="ES" style="mso-ansi-language: ES;"> Shaikh Ibnu Ata’illah al-Sukandari, <i>Matnu
al-Hikam</i>. </span><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-style: italic;">Terj. </span><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV; mso-bidi-font-style: italic;">Labib Mz</span><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"> (Surabaya:
Tiga Putra, 1996),</span><span lang="ES" style="mso-ansi-language: ES;"> 185.</span></div>
</div>
<div id="ftn22" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref22" name="_ftn22" style="mso-footnote-id: ftn22;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[22]</span></span></span></span></a><span lang="ES" style="mso-ansi-language: ES;"> Shah Wali Allah al-Dihlawi, <i>Hujjah
Allah al-Balighah: Argumen Puncak Allah, Kearifan dan Dimensi Batin Syariat</i>.<span style="mso-bidi-font-style: italic;"> Terj. Nuruddin Hidayat & C. Romli Bihar
Anwar</span> (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2005),<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>310.</span></div>
</div>
<div id="ftn23" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref23" name="_ftn23" style="mso-footnote-id: ftn23;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[23]</span></span></span></span></a><span lang="ES" style="mso-ansi-language: ES;"> Shaikh Abdul Qadir al-Jailani, <i>Rahasia
Sufi.</i> Terj. Abdul Majid (Yogyakarta: Futuh, 2002), 234-235.</span></div>
</div>
<div id="ftn24" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref24" name="_ftn24" style="mso-footnote-id: ftn24;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[24]</span></span></span></span></a><span lang="ES" style="mso-ansi-language: ES;"> Ibid., 240.</span></div>
</div>
<div id="ftn25" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref25" name="_ftn25" style="mso-footnote-id: ftn25;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[25]</span></span></span></span></a><span style="mso-ansi-language: IT;"> </span><span lang="ES" style="mso-ansi-language: ES;">al-Qur’an, 2 (al-Baqarah) : 45.</span></div>
</div>
<div id="ftn26" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref26" name="_ftn26" style="mso-footnote-id: ftn26;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[26]</span></span></span></span></a><span lang="ES" style="mso-ansi-language: ES;"> al-Qur’an, 4 (an-Nisa’) : 142.</span></div>
</div>
<div id="ftn27" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref27" name="_ftn27" style="mso-footnote-id: ftn27;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[27]</span></span></span></span></a><span lang="ES" style="mso-ansi-language: ES;"> al-Ghazali, Ihya’ </span><i><span lang="NL" style="mso-ansi-language: NL;">Ulumuddin</span></i><span lang="NL" style="mso-ansi-language: NL;">, jilid 2, terj. Moh. Zuhri (Semarang: As-Syifa',
2003)</span><span lang="ES" style="mso-ansi-language: ES;">, 98</span></div>
</div>
<div id="ftn28" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref28" name="_ftn28" style="mso-footnote-id: ftn28;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-size: 10.0pt;"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-no-proof: yes;">[28]</span></span></span></span></span></a><span lang="IN" style="font-size: 10.0pt;"> Jalaluddin dan Ramayulis, <i>Pengantar Ilmu
Jiwa Agama</i> (Jakarta: Kalam Mulia, 1993), 71. </span></div>
</div>
<div id="ftn29" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref29" name="_ftn29" style="mso-footnote-id: ftn29;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[29]</span></span></span></span></a><span style="mso-ansi-language: IN;"> </span><span lang="ES" style="mso-ansi-language: ES;">al-Qushairy, <i>al-Risalah al-Qushayriyyah</i>, t<span style="mso-bidi-font-style: italic;">erj. Umar Faruq</span> (Jakarta: Pustaka Amani, 1998), </span><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">391.</span></div>
</div>
<div id="ftn30" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref30" name="_ftn30" style="mso-footnote-id: ftn30;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[30]</span></span></span></span></a><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"> Ibid.</span></div>
</div>
<div id="ftn31" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref31" name="_ftn31" style="mso-footnote-id: ftn31;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[31]</span></span></span></span></a><span style="mso-ansi-language: ES;"> <span lang="ES">Shah Wali Allah al-Dihlawi, <i>Hujjah
Allah al-Balighah: Argumen Puncak Allah, Kearifan dan Dimensi Batin Syariat</i>.<span style="mso-bidi-font-style: italic;"> Terj. Nuruddin Hidayat & C. Romli Bihar
Anwar</span> (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2005), 317 - 319.</span></span></div>
</div>
<div id="ftn32" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref32" name="_ftn32" style="mso-footnote-id: ftn32;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[32]</span></span></span></span></a><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"> Nana Sudjana, <i>Penilaian Hasil PBM<span style="mso-spacerun: yes;"> </span></i>(Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995), 59.</span></div>
</div>
<div id="ftn33" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref33" name="_ftn33" style="mso-footnote-id: ftn33;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[33]</span></span></span></span></a><span lang="ES" style="mso-ansi-language: ES;"> Shaikh Ibnu Ata’illah al-Sukandari, <i>Matnu
al-Hikam</i>. </span><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-style: italic;">Terj. </span><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV; mso-bidi-font-style: italic;">Labib Mz</span><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"> (Surabaya:
Tiga Putra, 1996),</span><span lang="SV" style="mso-ansi-language: ES;"> </span><span lang="ES" style="mso-ansi-language: ES;">185-186</span></div>
</div>
<div id="ftn34" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref34" name="_ftn34" style="mso-footnote-id: ftn34;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[34]</span></span></span></span></a><span lang="ES" style="mso-ansi-language: ES;"> Ibid.</span></div>
</div>
<div id="ftn35" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref35" name="_ftn35" style="mso-footnote-id: ftn35;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-size: 10.0pt;"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-no-proof: yes;">[35]</span></span></span></span></span></a><span lang="IN" style="font-size: 10.0pt;"> Nurcholish Madjid, Islam Doktrin dan
Peradaban: Sebuah Telaah Kritis tentang Masalah Keimanan, Kemanusiaan dan
Kemodernan (Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina, 2000)</span><span lang="SV" style="font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: SV;">, 67.</span></div>
</div>
<div id="ftn36" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref36" name="_ftn36" style="mso-footnote-id: ftn36;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[36]</span></span></span></span></a><span lang="FI" style="mso-ansi-language: FI;"> Moh. Sholeh, <i>Terapi Salat Tahajud
Menyembuhkan Berbagai Penyakit</i> (Jakarta: Hikmah, 2007), 120.</span></div>
</div>
<div id="ftn37" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref37" name="_ftn37" style="mso-footnote-id: ftn37;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[37]</span></span></span></span></a>
Danah Zohar dan Ian Mashall, <i>Spiritual Capital: Memberdayakan SQ di Dunia
Bisnis</i>, terj. Helmi Mustofa (<st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Bandung</st1:city></st1:place>:
Mizan, 2005), 23.</div>
</div>
<div id="ftn38" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref38" name="_ftn38" style="mso-footnote-id: ftn38;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[38]</span></span></span></span></a>
Ary Ginanjar Agustian, <i>Rahasia Sukses </i><i><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ</span></i><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"> (<st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Jakarta</st1:city></st1:place>:
Arga, 2001)</span>,<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>17.</div>
</div>
<div id="ftn39" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref39" name="_ftn39" style="mso-footnote-id: ftn39;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[39]</span></span></span></span></a>
Michal Levin, <i>Spiritual Intelligence: Membangkitkan Kekuatan Spiritual dan
IntuisiAnda</i>, terj. Andri Kristiawan (<st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Jakarta</st1:city></st1:place>:
Gramedia Pustaka Utama, 2005), 4.</div>
</div>
<div id="ftn40" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref40" name="_ftn40" style="mso-footnote-id: ftn40;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[40]</span></span></span></span></a>
Danah Zohar dan Ian Mashall, <i>Spiritual Capital: Memberdayakan …</i>, 25.</div>
</div>
<div id="ftn41" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref41" name="_ftn41" style="mso-footnote-id: ftn41;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[41]</span></span></span></span></a><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"> Tobroni, <i>Pendidikan Islam: Paradigma
Teologis, Filosofis dan Spiritualitas</i> (Malang: UMM Press, 2008), 166.</span></div>
</div>
<div id="ftn42" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref42" name="_ftn42" style="mso-footnote-id: ftn42;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-size: 10.0pt;"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-no-proof: yes;">[42]</span></span></span></span></span></a><span lang="IN" style="font-size: 10.0pt;"> Nurcholish Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban
...</span><span style="font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">, 67.</span></div>
</div>
<div id="ftn43" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref43" name="_ftn43" style="mso-footnote-id: ftn43;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[43]</span></span></span></span></a><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"> Moeheriono, <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Pengukuran Kenerja Berbasis Kompetensi</i> (Bogor: Ghalia Indonesia,
2009), 11.</span></div>
</div>
<div id="ftn44" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref44" name="_ftn44" style="mso-footnote-id: ftn44;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[44]</span></span></span></span></a><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"> Ibid., 13.</span></div>
</div>
<div id="ftn45" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref45" name="_ftn45" style="mso-footnote-id: ftn45;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[45]</span></span></span></span></a><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"> Peter Hagul,dkk.,<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>”Penentuan Variabel Penelitian ..., 61-62.</span></div>
</div>
<div id="ftn46" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref46" name="_ftn46" style="mso-footnote-id: ftn46;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[46]</span></span></span></span></a><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"> Ibid., 64-65.</span></div>
</div>
<div id="ftn47" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref47" name="_ftn47" style="mso-footnote-id: ftn47;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[47]</span></span></span></span></a><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"> Ahmad Najib Burhani, <i>Sufisme Kota:
Berpikir Jernih Menemukan Spiritualitas Positif</i> (Jakarta: Serambi Ilmu
Semesta, 2001), 63.</span></div>
</div>
<div id="ftn48" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref48" name="_ftn48" style="mso-footnote-id: ftn48;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[48]</span></span></span></span></a>
Paul. <i>Tabloit</i>, 21. </div>
</div>
<div id="ftn49" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref49" name="_ftn49" style="mso-footnote-id: ftn49;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[49]</span></span></span></span></a>
William James, <i>The Varieties of Religious Experience: Pengalaman-pengalaman
Religius</i>. Terj. Luthfi Anshari (<st1:place w:st="on">Yogyakarta</st1:place>:
Jendela, 2003), 504-507.<span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-ansi-language: IN;"> </span></span></div>
</div>
<div id="ftn50" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref50" name="_ftn50" style="mso-footnote-id: ftn50;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[50]</span></span></span></span></a>
Nanang Fattah, <i>Landasan Manajemen Pendidikan</i> (<st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Bandung</st1:city></st1:place>: Remaja Rosdakarya, 2004), 89.</div>
</div>
<div id="ftn51" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref51" name="_ftn51" style="mso-footnote-id: ftn51;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[51]</span></span></span></span></a><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">. Moh.
Sholeh, Terapi Shalat Tahajud …, 172</span></span></div>
</div>
<div id="ftn52" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref52" name="_ftn52" style="mso-footnote-id: ftn52;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[52]</span></span></span></span></a><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"> Chablullah Wibisono, Pengaruh Motivasi
Spiritual..., 37, 40.</span></div>
</div>
<div id="ftn53" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref53" name="_ftn53" style="mso-footnote-id: ftn53;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[53]</span></span></span></span></a><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"> Muafi<i>,</i>, “Pengaruh Motivasi
Spiritual Karyawan terhadap Kinerja<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>Riligius di Kawasan Industri Rungkut Surabaya.” Jurnal <i>Siasat Bisnis</i>.
Vol. 1, Nomor 8 (Yogyakarta: Fakultas Ekonomi UII, 2003), 11.</span></div>
</div>
<div id="ftn54" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref54" name="_ftn54" style="mso-footnote-id: ftn54;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[54]</span></span></span></span></a><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"> Tobroni, <i>The Spiritual Leadership:
Pengefektifan Organisasi Noble Industry Melalui Prinsip-prinsip Spiritual Etis </i>(Malang:
Universitas Muhammadiyah Malang, 2005), 239-240</span></div>
</div>
<div id="ftn55" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref55" name="_ftn55" style="mso-footnote-id: ftn55;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[55]</span></span></span></span></a><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"> Fred. R. David, </span><i><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Menejemen Strategis.</span></i><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"> </span><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Terj. Alexander<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Sindoro (Jakarta:
Prenhallindo, 2002), 145.</span></div>
</div>
<div id="ftn56" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 27.0pt; text-align: justify; text-indent: -27.0pt;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref56" name="_ftn56" style="mso-footnote-id: ftn56;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[56]</span></span></span></span></a><span style="mso-ansi-language: IN;"> </span><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Berten, K. <i>Filsafat Barat Kontemporer.</i> Atmajaya (Jakarta: Gramedia,
2003)</span><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">, 81</span></div>
</div>
<div id="ftn57" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText" style="tab-stops: 340.5pt; text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref57" name="_ftn57" style="mso-footnote-id: ftn57;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[57]</span></span></span></span></a><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"> Chablullah Wibisono, “Pengaruh Spiritual
terhadap Kinerja Karyawan..., 45.<span style="mso-tab-count: 1;"> </span></span></div>
</div>
<div id="ftn58" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref58" name="_ftn58" style="mso-footnote-id: ftn58;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-size: 10.0pt;"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-no-proof: yes;">[58]</span></span></span></span></span></a><span lang="IN" style="font-size: 10.0pt;"> C. Stephen Evans, <i>Philosophy of Religion. </i>Downers
Grove, Illinois (USA: InterVarsity Press, 1982), 81-92. </span></div>
</div>
<div id="ftn59" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref59" name="_ftn59" style="mso-footnote-id: ftn59;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[59]</span></span></span></span></a><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"> Simuh, <i>Islam</i> …, 136.</span></div>
</div>
</div>
<br /></div>
Dr. KH. Djoko Hartono, S.Ag, M.Ag, M.Mhttp://www.blogger.com/profile/14742899674845229309noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1362725909558231320.post-88793669300392537852013-01-22T23:42:00.002-08:002013-01-25T17:07:02.060-08:00Hubungan Motivasi Mistik Terhadap Keberhasilan Kepemimpinan (Studi Kasus di SMP Hang Tuah Surabaya)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><br /></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><o:p> </o:p></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="mso-list: Ignore;">A.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Pendahuluan</b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 20.15pt; text-align: justify; text-indent: 23.05pt;">
Sejak awalnya manusia disamping sebagai makhluk
sosial, ia merupakan makhluk yang religius. Tak terkecuali di <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">Indonesia</st1:country-region></st1:place> khususnya di P. Jawa
seringkali kita menyaksikan dan mendengar perbincangan yang hangat mengenai
kehidupan rohani. Bisa jadi soal kebatinan, kepercayaan, simbolisme slametan,
praktek keagamaan, berbagai kejadian, perhitungan hari, dan hal-hal yang
sejenis sangat kental mewarnai perilaku masyarakat dipulau ini.<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn1" name="_ftnref1" style="mso-footnote-id: ftn1;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[1]</span></span></span></span></a> Perilaku
yang sangat akrab disebut mistik ini sebenarnya tidak hanya tumbuh dan
berkembang dimasyarakat <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">Indonesia</st1:country-region></st1:place>
saja, sebab disemua negara manapun hal semacam ini akan dapat kita temukan
walaupun itu didunia Barat yang masyarakatnya identik dengan masyarakat rasional.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 19.95pt; text-align: justify; text-indent: 22.8pt;">
Di mata orang Barat, barangkali mistisme sesuatu yang
dekat-dekat dengan serba kerahasiaan. Mistik <span style="color: black;">dipandang</span>
sebagai urusan yang sangat pribadi sifatnya. Ia menyentuh keyakinan dan
religiusitas pribadi dan karena itulah dipandang sebagai persoalan pribadi.
Jadi sungguh tidak mudah untuk mengangkatnya kepermukaan, sehingga upaya untuk
menyelidiki itu umumnya dianggap tidak sopan karena mistik tidak sama sekali
dimaksudkan menjadi konsumsi publik. <a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn2" name="_ftnref2" style="mso-footnote-id: ftn2;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="color: black;"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[2]</span></span></span></span></span></a></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 20.15pt; text-align: justify; text-indent: 23.05pt;">
Lain<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>halnya<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>dengan<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>masyarakat<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Jawa<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>khususnya, tanpa harus mencari-cari kita akan
mudah mendapati hal-hal yang berkenaan dengan mistik. Pembicaran<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>itu<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>bukan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>menjadi<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>sesuatu<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>yang<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>rahasia,<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>sebab diwarung-warung, dipinggir jalan,
dikantor, dan hampir disetiap tempat berkumpul manusia akan mudah kita dapati
banyak orang yang dengan senang mendiskusikan. Tidak hanya rakyat kecil dan
masyarakat pedesaan saja, mereka yang hidup dimetropolis, bisnismen bahkan
pejabat seringkali kita dapati mereka banyak melakukan banyak praktek mistik.
Misalnya ketika pemilihan lurah, bupati/walikota, gubernur, bahkan presiden
hingga ketika memimpin dan menduduki jabatan itu mereka tidak bisa lepas dari
perilaku praktek mistik demi kesuksesan usaha dan pekerjaannya. Hal itu terlihat
mereka senantiasa mendatangi orang yang dianggap pintar/linuweh untuk mendapat
bimbingan sepiritual dan laku mistik atau ketempat yang dianggap keramat demi
tercapainya tujuan yang akan dicapai.<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn3" name="_ftnref3" style="mso-footnote-id: ftn3;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[3]</span></span></span></span></a>
Banyak orang Jawa yang rupanya sangat mencintai peradaban mereka sendiri bahkan
mereka semakin senang dan asyik membicaralannya manakala ada orang asing yang
tertarik untuk mengetahuinya.<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn4" name="_ftnref4" style="mso-footnote-id: ftn4;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[4]</span></span></span></span></a>
Bagi kebanyakan dari mereka mistik merupakan dimensi pusat kehidupan yang
paling menarik karena acap kali mereka melihatnya sebagai inti sari kebudayaan
mereka. Segala sesuatu tidaklah seperti yang terlihat, tetapi memiliki sebuah
hakikat tersembunyi yang mempesonakan mereka sehingga mereka tenggelam dalam
keasyikan mendiskusikannya. Bahkan peradaban ini dimanfaatkan oleh sebagian
Jurnalistik untuk menerbitkan majalah atau koran yang bernuansa mistik. Akan
tetapi bukan berarti dalam masyarakat Jawa diantara mereka semua cukup paham
bahkan sependapat pula. Akibat merebahnya pembicaraan seputar mistik membuat
sebagian kelompok masyarakat menganggap bisa terjerumus pada perilaku musyrik
dan menghambat kemajuan.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 20.15pt; text-align: justify; text-indent: 25.9pt;">
Hal ini seperti<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>apa<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>yang<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>dikatakan<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>Simuh<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn5" name="_ftnref5" style="mso-footnote-id: ftn5;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[5]</span></span></span></span></a>, Bahwa
“pemikiran tasawuf telah menimbulkan kemunduran selama berabad-abad”. Bahkan
Edwin A. Locke<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn6" name="_ftnref6" style="mso-footnote-id: ftn6;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[6]</span></span></span></span></a>
mengatakan bahwa model kepemimpinan yang berhasil bukan atas dasar memiliki
teori abstrak (bersifat mistik/gaib), akan tetapi jika seseorang menginginkan
keberhasilan dalam usaha dan kepemimpinannya maka tidak ada formula yang ajaib
(bersifat gaib) kecuali ia harus memiliki dorongan, inteligensia dan pengalaman
untuk mengembangkan suatu visi dan mengetahui pengetahuan untuk
mengimplementasikan visi tersebut. Pendapat-pendapat ini bisa jadi benar,
apalagi saat ini kita hidup dialam modern. Namun sebaliknya jika manusia hanya
mengandalkan nilai rasio empirik dan progresif semata yang dijadikan nilai
satu-satunya seperti kebudayaan barat dewasa ini yang kering nilai
religiusitas, maka ia akan mengantarkan penganutnya kepada hidup yang
hidonis-sekularistik, yang berujung pada nestapa manusia modern,dimana mereka
akan menghalalkan segala cara.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 20.15pt; text-align: justify; text-indent: 25.9pt;">
Uraian diatas<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>sangat menarik untuk dibahas. Hal ini karena bagi masyarakat Indonesia
di<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Jawa khususnya<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>perilaku<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>mistik nampaknya merupakan<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>bagian<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>dari<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>kehidupan<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>kesehariannya,<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>namun<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>disisi lain kehidupan modern yang serba
rasional memaksa masy arakat untuk<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>pada
akhirnya harus berperilaku yang seharusnya rasionalistik. Untuk itu dari latar
belakang<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>diatas<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>bagi<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>penulis<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>mengundang<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>berbagai<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>pertanyaan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>dan masalah.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 20.15pt; text-align: justify; text-indent: -.2pt;">
yakni apakah para pemimpin kita masih menggunakan
motivasi mistik dalam kepemimpinannya dialam modern ini? Apakah kepemimpinannya
selama ini mengalami keberhasilan? Serta bagaimana hubungannya motivasi mistik
itu terhadap kepemimpinannya? untuk itulah perlu kiranya diadakan penelitian
tentang perilaku mistik dan kepemimpinan. </div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<ol start="2" style="margin-top: 0cm;" type="A">
<li class="MsoNormal" style="line-height: 200%; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Pembahasan</b></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 200%; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Temuan
Penelitian</b></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 200%; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Kesimpulan</b></li>
</ol>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div style="mso-element: footnote-list;">
<br clear="all" />
<hr align="left" size="1" width="33%" />
<div id="ftn1" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref1" name="_ftn1" style="mso-footnote-id: ftn1;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[1]</span></span></span></span></a>
Dalam hal ini dapat kita lihat dari hasil penelitian Geertz, secara rinci
kualitatif menjabarkan berbagai praktek dan corak kegiatan yang berorientasi
pada kehidupan reliji masyarakat Jawa. Penjabaran meliputi praktek-praktek
semisal <i style="mso-bidi-font-style: normal;">slametan </i>untuk berbagai
kepentingan. Lihat Nurdin H.K, Ethics of Religious Relations in Heterogeneous
Society, Dalam <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Ihya Ulum al-Din,</i>
Number 1 Vol 1,<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>International Journal,
Published by State Institute for Islamic Studies (Semarang-Indonesia: IAIN Wali
Songo, 1999), 98.</div>
</div>
<div id="ftn2" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 28.5pt; text-align: justify; text-indent: -28.5pt;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref2" name="_ftn2" style="mso-footnote-id: ftn2;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[2]</span></span></span></span></a> <span style="font-size: 10.0pt;">Niels Mulder, <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Mystisism
in Java Ideology in Indonesi.</i> (<st1:place w:st="on">Yogyakarta</st1:place>:
Lkis, 2001), viii</span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div id="ftn3" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref3" name="_ftn3" style="mso-footnote-id: ftn3;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10.0pt;"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[3]</span></span></span></span></span></a><span style="font-size: 10.0pt;"> Simuh, <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Islam
dan Pergumulan Budaya Jawa </i><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>(<st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Jakarta</st1:city></st1:place>: Teraju, 2003),
132. Dalam pandangan Max Weber tradisi-tradisi religius telah membuat beberapa
referensi terhadap suatu ide yang telah diterjemahkan sebagai “kepercayaan
umum”. Hal ini memang sulit digambarkan, namun demikian hal ini kelihatan
sebagai sebuah peletakan untuk semua ide dan praktek-praktek yang tidak sesuai
dengan sistem intelektual tetapi tidak bisa diabaikan dalam kandungan
kepercayaan dalam kontek kehidupan dan prilaku budaya masyarakat. Lihat,
Damayanthi Niles, “The Study of Popular Religions and our Theological Task”,
Dalam <i style="mso-bidi-font-style: normal;">The <st1:place w:st="on">Asia</st1:place>
Journal of Theology </i><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>(Vol. 18 Number
1, April 2004),<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>214-215.</span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div id="ftn4" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div id="ftn5" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref5" name="_ftn5" style="mso-footnote-id: ftn5;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[5]</span></span></span></span></a>
Ibid., 136. Bandingkan dengan pandangan William James dan John Dewey sebagai
pakar dan tokoh pragmatisme. Keduanya menganggap bahwa agama dan kepercayaan
atau pengalaman mistik yang lain walaupun tidak dapat dibuktikan secara
demonstrative ternyata dipandang dapat memberi ketenangan dan kedamaian hidup
bagi penganut atau yang meyakininya dan pengamalnya. Untuk itu dalam pandangan
kaum pragmatis walaupun hal itu menyangkut area<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>metafisik namun apabila kenyataannya memberi kontribusi dan manfaat
secara praktis maka keberadaannya patut diterima. Sebab landasan yang dijadikan
pijakan pragmatise adalah manfaat bagi kehidupan praktis, tak terkecuali
pengalaman-pengalaman pribadi ataupun kebenaran mistis. Lihat, Wiwik Setiyani.
“Refleksi Agama dalam Pragmatisme” (Perbandingan Pemikiran William James dan
John Dewey). Dalam <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Al-AfkarJurnal
Dialogis Ilmu-Ilmu Ushuluddin,</i> Edisi IV, (<st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Surabaya</st1:city></st1:place>: Fak. Ushuluddin IAIN Sunan Ampel,
Juli-Desember 2001), 74-75. Bahkan dalam pandangan kaum filosof seperti
Christian Wolff, Arche J. Bahm ataupun Lorens Bagus dan yang lain, persoalan
metafisika ditempatkan dalam posisi yang diperhatikan dan diperhitungkan
sebagai bidang keilmuan. Apabila metafisika ditolak keberadaannya, maka semua
cabang filsafat mesti ditolak, karena setiap cabang filsafat memuat unsure
metafisika. Kalau dilihat dari kebutuhan manusia sebagai makhluk rasional,
metafisika merupakan jawaban sistematis yang paling luas dan sekaligus paling
dalam dari kehausan intelektual manusia. Lihat, Tasmuji. “Metafisika Sebagai
Metodologi (Kajian Terhadap Kosmologi Metafisik). Dalam <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Al-AfkarJurnal Dialogis Ilmu-Ilmu Ushuluddin,</i> Edisi IV, (<st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Surabaya</st1:city></st1:place>: Fak. Ushuluddin
IAIN Sunan Ampel, Juli-Desember 2001), 94-98.</div>
</div>
<div id="ftn6" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref6" name="_ftn6" style="mso-footnote-id: ftn6;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10.0pt;"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[6]</span></span></span></span></span></a><span style="font-size: 10.0pt;"> Edwin A. Locke, <i style="mso-bidi-font-style: normal;">The
Essence of Leadership: The Four Keys to Leading Successfully,</i> Terj. Aris
Ananda (<st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Jakarta</st1:city></st1:place>:
Mitra Utama, 2002), 12. Bandingkan pula dengan pendapat James. Nampaknya Locke
terlalu berani mengklaim pendapatnya yang paling terbaik dan benar. Barangkali
benar yang dikatakan Locke, namun dalam pandangan James seorang pakar
pragmatisme, tidak ada kebenaran mutlak yang berlaku umum ataupun yang bersifat
tetap bahkan yang berdiri sendiri. Demikian pula Dewey mengakui bahwa semua agama
termasuk kepercayaan merupakan sebuah doktrin kebenaran yang tersirat makna
intelektual. Ini disebabkan bahwa kepercayaan merupakan pengakuan yang paling
hakiki dan sebagai doktrin kebenaran yang tersirat makna intelektual yang tidak
dapat diubah dan merupakan petunjuk yang diyakini setiap individu. Lihat juga;
Wiwik, “Refleksi Agama …,”<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>79, 81.</span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
</div>
<br /></div>
Dr. KH. Djoko Hartono, S.Ag, M.Ag, M.Mhttp://www.blogger.com/profile/14742899674845229309noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1362725909558231320.post-17524704721741902262013-01-22T23:38:00.005-08:002013-12-18T02:03:23.851-08:00Rekonstruksi Teologi Sebagai Solusi Riil Kemanusiaan Kontemporer (Telaah Atas Metodologi Hassan Hanafi) OLeh: Dr. KH. Djoko Hartono, S.Ag, M.Ag, M.M<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Abstraksi</b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 17.1pt; text-align: justify; text-indent: 24.9pt;">
<span style="mso-bidi-font-weight: bold;">Perdebatan
mengenai manfaat mempelajari teologi tidak hanya terjadi pada era kontemporer
saat ini. Jauh hari sebelumnya pro dan kontra tentang pandangan teologi
memunculkan berbagai aliran-aliran yang tidak jarang menyebabkan perpecahan
dikalangan umat.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Hal ini disebabkan
karena t</span>eologi merupakan hasil rumusan akal pikiran manusia yang
terkondisikan oleh waktu dan situasi social, terbatas oleh ruang, waktu dan
tingkat pengetahuan manusia, serta situasi politik tertentu. Untuk itu
sejatinya pemikiran teologis adalah hasil karya akal pikiran manusia yang
bersifat <i style="mso-bidi-font-style: normal;">fallible.</i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 17.1pt; text-align: justify; text-indent: 24.9pt;">
<span style="mso-bidi-font-style: italic;">Bertitik
tolak dari sini maka perlu adanya kritik dan rekonstruksi sebagai upaya agar
kehadiran teologi mampu memberi solusi riil kemanusian dalam kehidupan
kontemporer.</span> Rekonstruksi teologi adalah salah satu cara yang mesti
ditempuh jika diharapkan dapat memberikan sumbangan yang kongkrit. Kepentingan
rekonstruksi itu pertama-tama untuk mentrasformasikan teologi menuju
antropologi, sebagai wacana tentang kemanusiaan, baik secara ekstensial,
kognitif maupun kesejarahan.. Ini merupakan cara “ilmiah” untuk mengatasi
keterasingan teologi itu sendiri. </div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 17.1pt; text-align: justify; text-indent: 24.9pt;">
Upaya mentransformasikan teologi menuju antropologi
ini mewujudkan pemahaman yang metafisik dan samar menjadi teraplikasi dalam
kehidupan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>nyata yakni dari Tuhan ke
bumi, dari keabadian ke waktu, dari takdir kekehendak bebas, dari teori ke
tindakan, dari rohani ke jasmani, dari meditasi-menyendiri ke tindakan terbuka,
dari organisasi sufi ke gerakan sosio-politik, dari nilai pasif ke nilai aktif,
dari vertikal ke horisontal, dari dunia lain ke dunia ini, dan dari kesatuan
khayal ke penyatuan nyata. </div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 17.1pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 17.1pt;">
<b>Kata Kunci:</b>
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Rekonstruksi, Teologi,<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Solusi Riil . </b></div>
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;"><br clear="all" style="page-break-before: always;" />
</span></b>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 17.0pt; mso-list: l0 level1 lfo1; text-indent: -17.85pt;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="mso-list: Ignore;">A.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Pendahuluan</b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 17.1pt; text-align: justify; text-indent: 24.9pt;">
Tumbuh mekarnya diskursus teologi ke arah perumusan
teologi baru<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>adalah sebuah keniscayaan
sejarah. Pada abad tengah, al-Ghazali pernah mengeluh tentang manfaat ilmu
“kalam” dalam pemikiran Islam,<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn1" name="_ftnref1" style="mso-footnote-id: ftn1;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[1]</span></span></span></span></a>
sedang dalam era modern sekarang ini Fazlur Rahman juga menyatakan hal yang
sama.<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn2" name="_ftnref2" style="mso-footnote-id: ftn2;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[2]</span></span></span></span></a>
Oleh kaum pendukung positivisme di Barat, teologi pernah dituduh sebagai bentuk
diskursus yang bersifat <i style="mso-bidi-font-style: normal;">meaningless.<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn3" name="_ftnref3" style="mso-footnote-id: ftn3;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[3]</span></b></span></span></span></a></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 17.1pt; text-align: justify; text-indent: 24.9pt;">
Dari berbagai catatan yang bersifat minor terhadap
teologi, adalah suatu keharusan untuk mereformulasikan konsepsi teologi
sehingga dapat kondusif untuk menjawab tantangan riil kemanusiaan universal dan
kehidupan kontemporer.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 17.1pt; text-align: justify; text-indent: 24.9pt;">
Asumsi di atas berpijak pada pemikiran, bahwa teologi
bukanlah agama, terlebih-lebih lagi teologi adalan bukan Tuhan. Teologi tidak
lain dan tidak bukan adalah hasil rumusan akal pikiran manusia yang
terkondisikan oleh waktu dan situasi sosial yang ada pada saat rumusan itu
dipaparkan, baik itu oleh mu’tazilah, asy’ariyah, Karl Barth, Paul Tillich,
Martin Buber dan yang lain-lainnya. Rumusan itu sudah barang tentu terbatas
oleh ruang, waktu dan tingkat pengetahuan manusia yang tumbuh sampai saat ini,
serta situasi politik tertentu. Meskipun sumber teologi adalah kitab suci
masing-masing agama, namun rumusan hasil ekstrapolasi pemikiran teologis<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>tidak lain adalah hasil karya akal pikiran
manusia yang bersifat <i style="mso-bidi-font-style: normal;">fallible.<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn4" name="_ftnref4" style="mso-footnote-id: ftn4;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[4]</span></b></span></span></span></a></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 17.1pt; text-align: justify; text-indent: 24.9pt;">
Perumusan baru kembali teologi tentu saja tidak
bermaksud mengubah doktrin sentral tentang ketuhanan, tentang keesaan Tuhan,
melainkan suatu upaya reorientasi pemahaman keagamaan baik secara individual
atau kolektif untuk menyikapi kenyataan-kenyataan empiris menurut perspektif
ketuhanan.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 17.1pt; text-align: justify; text-indent: 24.9pt;">
Kuntowijoyo menyebutkan dua pandangan yang berbeda
mengenai gagasan pembaharuan teologi. <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Pertama,
</i>pandangan dari kalangan yang lebih menekankan pada kajian ulang mengenai
ajaran-ajaran normative dalam berbagai karya kalam klasik (refleksi normatif). <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Kedua,</i> pandangan dari kalangan yang
cenderung menekankan perlunya reorientasi pemahaman keagamaan pada realitas
kekinian yang empiris (refleksi actual-empiris).<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn5" name="_ftnref5" style="mso-footnote-id: ftn5;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[5]</span></span></span></span></a>
Dengan demikian perlu mengelaborasi ajaran-ajaran agama ke dalam “teori
sosial”. Sementara itu, teori sosial hanya mungkin jika mempedulikan
realitasnya.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 17.1pt; text-align: justify; text-indent: 24.9pt;">
Dalam terminologi teori sosial kritis (teori kritik
masyarakat) dikenal metode perumusan pemikiran melalui analisis “sosial
kritis”, sebagaimana yang dikemukakan Jurgen Habermas. Dalam teori Sosial
Kritis ala Habermas dikenal tiga kepentingan sosial yang berkepentingan teknis,
praktis dan emansipatoris dengan masing-masing sifat ilmunya yang
empiris-analitis, histories hermeneutis dan sosial kritis.<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn6" name="_ftnref6" style="mso-footnote-id: ftn6;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[6]</span></span></span></span></a> </div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 17.1pt; text-align: justify; text-indent: 24.9pt;">
Analisis ini cenderung berorientasi praktis dan
emansipatoris<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>dalam bentuk perekayasaan
sosialnya. Analisis ini juga menghendaki pembebasan melalui “perubahan
structural” dengan terlebih dahulu, tentu saja mengandaikan adanya penindasan
structural. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa kemiskinan dan keterbelakangan
muncul karena masyarakat, terutama di dunia ketiga, secara structural baik
budaya, politik maupun teknik dikuasai oleh komunitas yang lebih maju, kaya dan
berkuasa. Pandangan di atas, menyiratkan perlunya gagasan rekonstruksi teologi,
yang dalam bentuk konkritnya dikenal sebagai “teologi pembebasan”.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 17.1pt; text-align: justify; text-indent: 24.9pt;">
Dalam tradisi pemikiran Islam kontemporer, gagasan
yang menghadapkan agama dengan proses pembebasan manusia sesungguhnya bukanlah
hal yang sama sekali baru. Tokoh-tokoh seperti Hassan Hanafi, Ali Syari’ati di
Iran, Ashgar Ali Engeneer memberikan gagasan teologi pembebasan.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 17.1pt; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="mso-list: Ignore;">B.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Kritik Terhadap Teologi Tradisional.</b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 17.1pt; text-align: justify; text-indent: 24.9pt;">
<span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Ada
beberapa pandangan dan kritik terhadap teologi tradisional, yang jika
disimpulkan dari sekian banyak kritik-kritiknya menjadi tiga hal penting di
antaranya:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 17.1pt; text-align: justify; text-indent: 24.9pt;">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Pertama,</i>
secara histories, teologi tradisional lahir di dalam konteks ketika inti sistem
kepercayaan Islam, yakni transendensi Tuhan, diguncang oleh berbagai pengaruh
dari sekte-sekte dan budaya lama. Dengan keadaan seperti itu, disusun suatu
kerangka konseptual dengan menggunakan bahasa dan ketegori-kategori yang berlaku
pada saat itu, guna mempertahankan doktrin utama dan memelihara kemurniannya.
Seluruh ilmu dialektik dibangun untuk mempertahankan diri (sebagai sebuah
konsep) dan untuk menolak yang lain (sebagai konsep tandingan).<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn7" name="_ftnref7" style="mso-footnote-id: ftn7;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[7]</span></span></span></span></a></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 17.1pt; text-align: justify; text-indent: 24.9pt;">
Kritik ini terfokus pada ketidakmunculan pembahasan
tentang sejarah dalam teologi tradisional. <st1:place w:st="on">Para</st1:place>
penyusun teologi tidak menemukan adanya keperluan untuk mengaitkan Tuhan dengan
sejarah, dengan bumi serta dengan kehidupan manusia. Perbincangan mengenai
sejarah tidak muncul sebagai tema teoritis kecuali setelah perjalanan sejarah
terhenti. Tidak ada transformasi dari sejarah kepada objek intelektual; dari
praktis ke teori dari luar ke dalam dan dari realitas ke kesadaran.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 17.1pt; text-align: justify; text-indent: 24.9pt;">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Kedua,</i>
secara terminologis, teologi bukanlah pemikiran murni yang hadir dalam
kehampaan kesejarahan, melainkan ia merefleksikan konflik-konflik sosial
politik. Karena itu kritik teologi memang merupakan tindakan yang sah dan
dibenarkan. Sebagai produk pemikiran manusia, teologi terbuka untuk dikritik.
Teologi sesungguhnya bukan ilmu tentang Tuhan, yang secara etimologis berasal
dari kata theos dan logos, melainkan ia adalah ilmu tentang kata (‘<i style="mso-bidi-font-style: normal;">ilm al-kalam),</i> atau dalam istilah lain, <i style="mso-bidi-font-style: normal;">logology.<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn8" name="_ftnref8" style="mso-footnote-id: ftn8;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[8]</span></b></span></span></span></a></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 17.1pt; text-align: justify; text-indent: 24.9pt;">
Ilmu kalam disebut demikian, karena persoalan yang
menjadi tema sentralnya adalah kalam atau “kata”, yakni kalam Allah. Namun
demikian, muncul pertanyaan sehubungan dengan penyebutan nama tersebut, yakni
apakah <i style="mso-bidi-font-style: normal;">al-kalam</i> itu sesungguhnya
“kalam Tuhan” ataukah ia hanya “kalam manusia”, karena betapapun firman Tuhan
dapat diketahui hanya setelah melalui pembacaan, penafsiran dan pemahaman
manusia. Jadi, pengetahuan tentang yang pertama mustahil diperoleh tanpa
melalui pengetahuan yang kedua. Dengan demikian, “kalam manusia” menjadi
diskursus tentang “kalam Tuhan” berdasarkan pemikiran, perasaan dan perkataan
manusia. Ia menjadi studi tentang “siapa dan bagaimana Tuhan” dan bukan
mengenai “apa kata Tuhan”<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn9" name="_ftnref9" style="mso-footnote-id: ftn9;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[9]</span></span></span></span></a></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 17.1pt; text-align: justify; text-indent: 24.9pt;">
Pada titik ini, teologi sesungguhnya merupakan
antropologi, yakni ilmu tentang manusia di mana ia menjadi sasaran firman dan
analisa diskursus. Teologi sebagai hermeneutic bukanlah ilmu suci, melainkan
merupakan ilmu sosial yang tersusun secara kemanusiaan.<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn10" name="_ftnref10" style="mso-footnote-id: ftn10;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[10]</span></span></span></span></a></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 17.1pt; text-align: justify; text-indent: 24.9pt;">
Teologi Islam tradisional sesungguhnya ia bukanlah
ilmu ketuhanan yang suci, yang tidak boleh dipersoalkan lagi dan harus
diterima<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>begitu saja secara <i style="mso-bidi-font-style: normal;">taken for granted.</i> Ia adalah ilmu
kemanusiaan yang tetap terbuka untuk diadakan verifikasi, falsifikasi
kepadanya, baik secara histories maupun editis.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 17.1pt; text-align: justify; text-indent: 24.9pt;">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Ketiga,</i>
secara praxis, teologi tradisional telah tidak dapat menjadi sebuah “pandangan
yang benar-benar hidup” dan memberi motivasi tindakan dalam kehidupan kongkrit
umat manusia. Secara praxis, teologi tradisional gagal menjadi semacam ideology
yang sungguh-sungguh fungsional bagi kehidupan nyata masyarakat muslim.
Kegagalan para teolog tradisional disebabkan oleh para penyusun teologi yang
tidak mengaitkannya dengan kesadaran murni dan nilai-nilai perbuatan manusia.
Akhibatnya muncul keterpecahan antara keimanan teoritik dengan amal praktisnya
di kalangan umat. Keadaan serupa itu akan mudah melahirkan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>sikap-sikap moral ganda (<i>an-nifaq</i>)
atau “sinkretisme kepribadian”. Fenomena sinkritis ini tampak dalam kehidupan
umat Islam saat ini: sinkretisme antara kultur keagamaan dan sekularisme (dalam
kebudayaan), antara tradisional dan modern (peradaban), antara Timur dan Barat
(politik), antara konservatisme dan progresivisme (sosial) dan antara
kapitalisme dan sosialisme (ekonomi).<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn11" name="_ftnref11" style="mso-footnote-id: ftn11;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[11]</span></span></span></span></a></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 17.1pt; text-align: justify; text-indent: 24.9pt;">
Sebenarnya masyarakat tradisional masih tetap memiliki
sejumlah iman dan amal yang cukup memadai, bahkan terkadang hingga tingkat
saling mengutuk dan perang doktrin. Menyikapi hal ini maka tokoh teologi
kontemporer Hassan Hanafi berkomentar:</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 28.5pt; text-align: justify; text-indent: 7.5pt;">
“<i style="mso-bidi-font-style: normal;">History was in the making and
does not create a theoretical problem such as the theory of essence, Attributes
and Acts of God. Nowadays, the historical setting changed. Belief in the Unity
and Justice of God is sane and safe even without reactivation. But the Moslem
world is lost in history and pushed away from the center to the periphery.
Prophets do not live in present historical consciousness”.<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn12" name="_ftnref12" style="mso-footnote-id: ftn12;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[12]</span></b></span></span></span></a></i></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 28.5pt; text-align: justify; text-indent: 7.5pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 17.0pt; text-align: justify; text-indent: 25.0pt;">
Dengan demikian sejarah mestinya merupakan proses
menuju pendewasaan, dan justru bukan menciptakan problem-problem teoritis
seperti teori Zat, Sifat dan Perbuatan. Kepercayaan tentang keesaan dan
keadilan Tuhan memang sah dan sehat, bahkan sekalipun tanpa pengaktifan
kembali. Namun dunia muslim saat ini tersesat dalam sejarah, terlempar dari
intinya ke pinggiran. Para Nabi (dalam arti semangat kenabian) tidak hidup
dalam kesadaran kesejarahan.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 17.0pt; text-align: justify; text-indent: 25.0pt;">
Kemudian Hanafi menegaskan:</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 28.5pt; text-align: justify; text-indent: 7.5pt;">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">“Eschatology is figurized in space
and time, not<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>as an earthly future of
mankind. Action is dissociated from faith and political leadership became
equated to despotism and dictatorship. There is right and wrong in<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>textual beliefs. Theology can develop again
to continue its effort of rationalitation.”<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn13" name="_ftnref13" style="mso-footnote-id: ftn13;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[13]</span></b></span></span></span></a></i></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 17.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 17.0pt; text-align: justify; text-indent: 25.0pt;">
Eskatologi digambarkan tidak sebagai sebuah masa depan
kebumian manusia. Amal terpisah dari iman. Kepemimpinan disamakan dengan
despotisme dan kediktatoran. Pendeknya, Hanafi berkesimpulan bahwa, ada yang
benar tetapi ada yang salah dalam keimana-keimanan tekstual.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 17.1pt; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-list: Ignore;">C.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Rekonstruksi Teologi Menuju Realita
Empirik </span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 17.1pt; text-align: justify; text-indent: 24.9pt;">
<span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Secara
histories, teologi telah menyingkap adanya benturan berbagai kepentingan dan ia
sarat<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>dengan konflik
sosial-politik.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span></span>Teologi telah
gagal pada dua tingkat: <i style="mso-bidi-font-style: normal;">pertama, </i>pada
tingkat teoritis, gagal mendapat pembuktian ilmiah dan filosofis, <i style="mso-bidi-font-style: normal;">kedua,</i> pada tingkat praxis, gagal karena
hanya meciptakan apatisme dan negativisme.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 17.1pt; text-align: justify; text-indent: 24.9pt;">
Tentang sejarah teologi tradisional maka Hanafi
menjelaskan: </div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 17.0pt; text-align: justify; text-indent: 19.0pt;">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">“Indeed, every traditional
treatise on theology is dedicated to the Sultan, having all the titles of the
world. The praise of the Sultan is parallel to the praise of God, thanks to
Sultan are also parallel to thanks to God.”<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn14" name="_ftnref14" style="mso-footnote-id: ftn14;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[14]</span></b></span></span></span></a></i></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 17.1pt; text-align: justify; text-indent: 18.9pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 17.1pt; text-align: justify; text-indent: 24.9pt;">
Teologi tradisional memang merupakan sejarah
persembahan kepada sang penguasa, pengabdian pada para sultan. Memuji sultan
berarti memuji Tuhan, berterima kasih pada sultan sama dengan bersyukur pada
Tuhan. Karena demikian, maka agama yang sesungguhnya memiliki fungsi pembebasan
dan control sosial, jatuh kedudukannya menjadi sekedar instrument legitimasi
bagi <i style="mso-bidi-font-style: normal;">status quo</i>.</div>
<div class="MsoFootnoteText" style="line-height: 200%; margin-left: 11.4pt; text-align: justify; text-indent: 24.9pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Adalah mungkin untuk memfungsikan teologi menjadi ilmu-ilmu yang
bermanfaat bagi masa kini, yaitu dengan melakukan rekonstruksi dan revisi serta
dibangun kembali epistimologi lama yang rancu dan palsu kepada epistemology
baru yang sahih dan lebih signifikan. Rekonstruksi teologi yang merupakan
bagian dari proyek besar adalah reaktualisasi keilmuan Islam yang dapat
diartikan sebagai dinamisasi-reaktualisasi (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">al-ihya’</i>)
ajaran-ajaran Islam. Dan melalui buku <i style="mso-bidi-font-style: normal;">min
al-Aqidah ila as-Saurah, </i>Hanafi mencoba melakukan penafsiran ulang dan
mengkonstruksikan kembali tema-tama teologi Islam tradisional.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 17.1pt; text-align: justify; text-indent: 24.9pt;">
Tujuan rekonstruksi teologi ini adalah menjadikan
teologi tidak sekedar sebagai dogma-dogma keagamaan yang kosong melainkan
menjelma sebagai ilmu tentang perjuangan sosial, yang menjadikan
keimanan-keimanan tradisional berfungsi secara aktual sebagai landasan etik dan
motivasi tindakan manusia. Sistem kepercayaan sesungguhnya mengekspresikan
suatu bangunan sosial tertentu. Sistem kepercayaan menjadi sarana bagi gerakan
sosial tidak lain adalah gerakan bagi mayoritas yang diam (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">the silent majority</i>), maka sistem kepercayaan memiliki fungsi
revolusi. Karena memiliki fungsi revolusi, maka tujuan final rekonstruksi
teologi tradisional adalah revolusi sosial. Mengaitkan revolusi dengan agama di
masa sekarang adalah sama halnya dengan mengaitkan filsafat dengan syari’at di
masa lalu, di mana filsafat menjadi tuntunan zaman saat itu. </div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 17.1pt; text-align: justify; text-indent: 24.9pt;">
Dalam sejarah keagamaan, di mana nabi-nabi telah tampil
sebagai tokoh-tokoh pembaharu dan penggerak revolusi sosial. Ibrahim telah
melakukan revolusi tauhid menentang antropomorfisme. Revolusi Musa adalah
revolusi pembelahan melawan depotisme dan kesewenang-wenangan. Isa tampil
dengan revolusi jiwa melawan pemberhalaan materi. Sedangkan Muhammad terjun di
pihak orang-orang miskin untuk melawan revolusi menghadapi kaum kaya dan
tuan-tuan Quraisy, guna menegakkan sebuah masyarakat yang menganut
prinsip-prinsip kebenaran, persaudaraan dan persamaan.<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn15" name="_ftnref15" style="mso-footnote-id: ftn15;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[15]</span></span></span></span></a></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 17.1pt; text-align: justify; text-indent: 24.9pt;">
Sesungguhnya fungsi agama yang semula, yaitu sebagai
landasan etik-teoritis dan motivasi bertindak menuju revolusi dan transformasi
sosial. Langkah melakukan revolusi rekonstruksi teologi sesungguhnya dilatari
oleh sekurang-kurangnya tiga hal : <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Pertama,</i>
kebutuhan akan adanya sebuah ideology yang jelas di tengah-tengah pertarungan
global antara berbagai ideology. <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Kedua,</i>
pentingnya teologi baru ini bukan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>semata
pada sisi teoritiknya, melainkan juga terletak pada kepentingan praktis untuk
secara nyata mewujudkan ideology sebagai gerakan dalam sejarah. Salah satu
kepentingan teologi ini adalah memecahkan problem penduduk tanah di negara-negara
muslim. <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Ketiga, </i>kepentingan teologi
yang bersifat praktis (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">‘amaliyah fi’liyah</i>)
yaitu secara nyata diwujudkan dalam realitas melalui realisasi tauhid dalam
dunia Islam. </div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 17.1pt; text-align: justify; text-indent: 24.9pt;">
Rekonstruksi teologi adalah salah satu cara yang mesti
ditempuh jika diharapkan teologi dapat memberikan sumbangan yang kongkrit bagi
sejarah kemanusiaan. Kepentingan rekonstruksi itu pertama-tama untuk
mentrasformasikan teologi menuju antropologi, sebagai wacana tentang
kemanusiaan, baik secara ekstensial, kognitif maupun kesejarahan.. Untuk itu
ungkapan “teologi menjadi antropologi” merupakan cara “ilmiah” untuk megatasi
keterasingan teologi itu sendiri. Cara ini dilakukan dengan melakukan
pembalikan seperti yang pernah dilakukan Karl Marx terhadap filsafat Hegel.
Hegel dengan dialektika, kata Marx, berjalan dengan kepala. Dengan dialektika
materialnya, Marx mengajak kita untuk menjadi normal lagi, yaitu berjalan dengan
kaki. </div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 17.1pt; text-align: justify; text-indent: 24.9pt;">
Upaya mentransformasikan teologi menuju antropologi
ini mewujudkan pemahaman yang metafisik dan samar menjadi teraplikasi dalam
kehidupan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>nyata yakni dari Tuhan ke
bumi, dari keabadian ke waktu, dari takdir kekehendak bebas, dari otoritas ke
akal, dari teori ke tindakan, dari karisma ke partisipasi massa, dari jiwa ke
tubuh, dari rohani ke jasmani, dari etika individual ke politik sosial, dari
meditasi-menyendiri ke tindakan terbuka, dari organisasi sufi ke gerakan
sosio-politik, dari nilai pasif ke nilai aktif, dari kondisi-kondisi psikologis
ke perjuangan sosial, dari vertikal ke horisontal, dari langkah moral ke
periode sejarah, dari dunia lain ke dunia ini, dan dari kesatuan khayal ke
penyatuan nyata. </div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 17.1pt; text-align: justify; text-indent: 24.9pt;">
Selanjutnya ada dua hal guna memperoleh kesempurnaan
teori ilmu dalam teologi Islam yaitu:</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 17.1pt; text-align: justify; text-indent: 24.9pt;">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Pertama,</i>
analisa bahasa. Bahasa serta istilah-istilah dalam teologi tradisional adalah
warisan nenek moyang di bidang teologi, yang merupakan bahasa khas yang
seolah-olah sudah menjadi ketentuan sejak dulu. Teologi tradisional memiliki
istilah-istilah khas seperti Allah, Iman, akhirat. Semua ini sebenarnya
menyingkapkan sifat-sifat dan metode keilmuan, ada yang empirik-rasional
seperti iman, amal dan imamah, dan ada yang histories seperti nubuwah serta ada
pula yang metafisik seperti Allah dan Akhirat.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 17.1pt; text-align: justify; text-indent: 24.9pt;">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Kedua, </i>analisa
realitas. Analisa ini dilakukan untuk mengetahui latar belakang
histories-sosiologis munculnya teologi di masa lalu, mendeskripsikannya
pengaruh-pengaruh nyata teologi bagi kehidupan masyarakat, dan bagaimana ia
punya kekuatan mengarahkan terhadap perilaku para pendukungnya. Analisa
realitas ini berguna untuk menentukan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">stressing</i>
ke arah mana teologi kontemporer harus diorientasikan.<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn16" name="_ftnref16" style="mso-footnote-id: ftn16;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[16]</span></span></span></span></a></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="line-height: 200%; margin-left: 17.1pt; text-align: justify; text-indent: 24.9pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Dari tawaran konsep di atas, sesungguhnya merupakan upaya untuk mencoba
melakukan penafsiran ulang secara metaforis-analogis terhadap tema tema teologi
tradisional, setelah sebelumnya membongkar kelemahan-kelemahan serta
mengkonstruksikannya kembali epistemologi dan ontologi teologi. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 17.1pt; text-align: justify; text-indent: 24.9pt;">
Untuk itu Zat dan sifat Tuhan dideskripsikan secara
metaforis, dan transcendental Tuhan sebenarnya merupakan deskripsi manusia
ideal, yakni kesan menusia akan idealitasnya, proyeksi di hadapannya tentang
kesan ideal dirinya pada dirinya sendiri. Teori Zat mereflesikan kesadaran
murni atau <i style="mso-bidi-font-style: normal;">cogito</i> yaitu persepsi
dirinya. Teori sifat (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">cogitatum</i>)
mendiskripsikan kesadaran sebagai persepsi dunia, sebagai kesadaran<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>yang lebih menggunakan desain, sebuah
kesadaran akan berbagai persepsi dan ekspresi teori lain.<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn17" name="_ftnref17" style="mso-footnote-id: ftn17;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[17]</span></span></span></span></a> </div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 17.0pt; text-align: justify; text-indent: 24.9pt;">
Selanjutnya bahwa sifat-sifat Tuhan juga mengungkapkan
kesadaran manusia lain. Setelah Zat dipertegas sebagai kemurnian kesadaran
manusia, ia menjadi persepsi dunia. Setiap kesadaran adalah kesadaran sesuatu.
Zat menampakkan diri dalam sifat-sifat sebagai kesadaran yang dibangkitkan oleh
persepsi. Zat dikaitkan dengan dunia melalui sifat-sifat sebagai kesadaran yang
cenderung kepada dunia melalui persepsi. Zat Tuhan memiliki enam deskripsi (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">ausaf</i>), maka sifat-sifat-Nya (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">sifah</i>) ada tujuh: mengetahui, berkuasa,
hidup, mendengar, melihat, berbicara, dan berhendak.<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn18" name="_ftnref18" style="mso-footnote-id: ftn18;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[18]</span></span></span></span></a></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="line-height: 200%; margin-left: 11.4pt; text-align: justify; text-indent: 24.9pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Sesungguhnya deskripsi Zat Tuhan adalah metafora yang didasarkan atas
suatu analogi antara Tuhan dengan manusia. Untuk itu term-term keagamaan dari
yang spiritual dan sakral sifatnya sesungguhnya harus mampu direalisasikan
menjadi yang material, dari yang bersifat teologis menjadi antropologis. Asal
usul deskripsi kepercayaan ini dimaksudkan untuk mengalihkan perhatian dan
pandangan dunia umat Islam yang cenderung metafisik menuju sikap yang lebih
berorientasi ke realitas empirik. Tuhan dalam Islam adalah Tuhan Langit dan
Bumi (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Rabb al-Samawat wa al-Ard</i>),
sehingga berjuang membela dan mempertahankan tanah kaum muslimin sama persis
dengan membela dan mempertahankan kekuasaan Tuhan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 11.4pt; text-align: justify; text-indent: 24.9pt;">
Berkaitan dengan di atas, secara lebih rinci mendeskripsikan
sifat Tuhan secara metaforis sebagaimana berikut ini: <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Pertama, Wujud </i>sebagai wujud empirik manusia yaitu<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>realitas kemanusiaan.<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn19" name="_ftnref19" style="mso-footnote-id: ftn19;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[19]</span></span></span></span></a> <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Kedua, Qidam </i>(dahulu) berarti pengalaman
kesejarahan yang mengacu pada akar-akar keberadaan manusia di dalam sejarah, memberinya
dimensi histories untuk secara terus-menerus melihat secara realitas.<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn20" name="_ftnref20" style="mso-footnote-id: ftn20;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[20]</span></span></span></span></a> <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Ketiga, Baqo’</i> adalah untuk kebaikan
rizki, kemaslahatan yang diperlawankan dengan kerusakan di bumi. <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Keempat, Mukhalafah al-hawadis </i>dan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Qiyamuh binafsihi </i>adalah deskripsi yang
mengungkap secara orisinal tentang transendensi (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">tanzih</i>), ia menolak segala bentuk antropomorfisme.<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn21" name="_ftnref21" style="mso-footnote-id: ftn21;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[21]</span></span></span></span></a> <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Kelima, al-wahdaniyah</i> ditafsirkan
sebagai sebuah eksperimentasi kemanusiaan. Menyingkapi pengalaman umum
kemanusiaan tentang kesatuan, kesatuan tujuan, kesatuan kelas, kesatuan nasib,
kesatuan tanah air, kesatuan kebudayaan dan kesatuan kemanusiaan.<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn22" name="_ftnref22" style="mso-footnote-id: ftn22;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[22]</span></span></span></span></a> </div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 11.4pt; text-align: justify; text-indent: 24.9pt;">
Pada penjelasan selanjutnya, tauhid lebih dekat kepada
prinsip rasional murni: <i style="mso-bidi-font-style: normal;">tanzih
(transcendental) </i>lebih mencerminkan akal dari pada tasybih (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">antropomorfisme</i>), dan bahwa kesatuan
antara Zat (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Essensi</i>) dan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">sifat (aksidensi) </i>lebih dekat pada rasa
keadailan dari pada memisahkan keduanya.<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftn23" name="_ftnref23" style="mso-footnote-id: ftn23;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[23]</span></span></span></span></a> </div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-top: 12.0pt; text-align: justify; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<b>D. Penutup</b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 12.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt; text-align: justify; text-indent: 24.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<span style="mso-bidi-font-style: italic;">Seorang spiritualis sesungguhnya orang-orang
yang tidak hanya memahami ajaran tentang Ketuhanan </span>yang metafisik dan
samar secara dogmatis <i>an sich</i> tetapi ia hendaknya mampu mengaplikasikan
dalam kehidupan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>nyata<span style="mso-bidi-font-style: italic;"> </span>yang lebih berorientasi ke realitas
empirik<span style="mso-bidi-font-style: italic;">.</span> Untuk itu seorang yang
spiritualis sesungguhnya merupakan deskripsi manusia ideal, yakni kesan menusia
akan idealitasnya, proyeksi di hadapannya tentang kesan ideal dirinya pada
dirinya sendiri.<span style="mso-bidi-font-style: italic;"> Seorang spiritualis,
sejatinya merupakan figur yang seharusnya mampu mewarnai kehidupannya dengan
asma dan sifat-sifat Allah yang agung. Sehingga ia menjadi manusia yang produktif,
dinamis, progresif, yang mampu menjawab tantangan, serta memberi kontribusi
positif pada masyarakat dan zamannya.</span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-top: 12.0pt; text-align: center;">
<br /></div>
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;"><br clear="all" style="page-break-before: always;" />
</span></b>
<br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-top: 12.0pt; text-align: center;">
<b>DAFTAR KEPUSTAKAAN</b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-top: 12.0pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 28.5pt; text-align: justify; text-indent: -28.5pt;">
<span style="font-size: 12.0pt;">Abdullah, M. Amin. “Teologi
dan Filsafat dalam Perspektif Globalisasi Ilmu dan Budaya”, <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Makalah. </i><st1:place w:st="on">Yogyakarta</st1:place>:
1992. </span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 28.5pt; text-align: justify; text-indent: -28.5pt;">
<br /></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 28.5pt; text-align: justify; text-indent: -28.5pt;">
<span style="font-size: 12.0pt;">Hanafi, Hasan. <i style="mso-bidi-font-style: normal;">From Faith to Revolution. </i>Spanyol: <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Cordoba</st1:city></st1:place>, 1985.</span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 28.5pt; text-align: justify; text-indent: -28.5pt;">
<br /></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 28.5pt; text-align: justify; text-indent: -28.5pt;">
<span style="font-size: 12.0pt;">---------. <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Agama, Ideologi dan Pembangunan, </i>Terj.
Shonhaji Sholeh. <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Jakarta</st1:city></st1:place>:
P3M, 1991.</span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 28.5pt; text-align: justify; text-indent: -28.5pt;">
<br /></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 28.5pt; text-align: justify; text-indent: -28.5pt;">
<span style="font-size: 12.0pt;">---------. <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Min al-Aqidah ila as-Saurah. </i>vol. I,
Kairo: Maktabah Madbuli, 1991. </span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 28.5pt; text-align: justify; text-indent: -28.5pt;">
<br /></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 28.5pt; text-align: justify; text-indent: -28.5pt;">
<span style="font-size: 12.0pt;">---------. <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Al-Yasar al-Islami. </i>Kairo: t.p., 1981 </span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 28.5pt; text-align: justify; text-indent: -28.5pt;">
<br /></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 28.5pt; text-align: justify; text-indent: -28.5pt;">
<span style="font-size: 12.0pt;">---------. <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Morality and Integrity of Islamic Society. </i><st1:country-region w:st="on">USA</st1:country-region>: <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Durham</st1:city>
<st1:state w:st="on">New Hampshire</st1:state></st1:place>, 1980.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span></span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 28.5pt; text-align: justify; text-indent: -28.5pt;">
<br /></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 28.5pt; text-align: justify; text-indent: -28.5pt;">
<span style="font-size: 12.0pt;">Hanfling, Oswald. <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Essential <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Readings</st1:city></st1:place> in Logical Pasitivism. </i><st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Oxford</st1:city></st1:place>: basil
Blackwell,1981. </span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 28.5pt; text-align: justify; text-indent: -28.5pt;">
<br /></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 28.5pt; text-align: justify; text-indent: -28.5pt;">
<span style="font-size: 12.0pt;">Kuntowijoyo. “Perlunya Ilmu
Sosial Propetik”, dalam <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Paradigma Islam:
Interpretasi untuk Aksi</i>. <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Bandung</st1:city></st1:place>:
Mizan, 1991.</span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 28.5pt; text-align: justify; text-indent: -28.5pt;">
<br /></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 28.5pt; text-align: justify; text-indent: -28.5pt;">
<span style="font-size: 12.0pt;">Rahman, Bhudy Munawar.
“Pemikiran Teologi Sosial Kaum Pembaharu Islam <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">Indonesia</st1:country-region></st1:place> Masa Orde Baru.<i style="mso-bidi-font-style: normal;"> </i><st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Jakarta</st1:city></st1:place>:Yayasan
Paramadina, 1992.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 28.5pt; text-align: justify; text-indent: -28.5pt;">
<br /></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 28.5pt; text-align: justify; text-indent: -28.5pt;">
<span style="font-size: 12.0pt;">Rahman, Fazlur. <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Islam and Modernity: Transformation of an
Intellectual Tradition.</i> <st1:city w:st="on">Chicago</st1:city>: The <st1:place w:st="on"><st1:placetype w:st="on">University</st1:placetype> of <st1:placename w:st="on">Chicago</st1:placename></st1:place> Press, 1982.</span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 28.5pt; text-align: justify; text-indent: -28.5pt;">
<br /></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 28.5pt; text-align: justify; text-indent: -28.5pt;">
<span style="font-size: 12.0pt;">Watt, W. <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Montgomery</st1:city></st1:place>. <i style="mso-bidi-font-style: normal;">The Faith and Practice of a-Ghazali. </i><st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">London</st1:city></st1:place>: George Alen and Unwin Ltd., 1970.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div style="mso-element: footnote-list;">
<br clear="all" />
<hr align="left" size="1" width="33%" />
<div id="ftn1" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 5.7pt; text-align: justify; text-indent: -5.7pt;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref1" name="_ftn1" style="mso-footnote-id: ftn1;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[1]</span></span></span></span></a> Lihat M.
Amin Abdullah. “Teologi dan Filsafat dalam Perspektif Globalisasi Ilmu dan
Budaya”, <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Makalah </i>(<st1:place w:st="on">Yogyakarta</st1:place>,
1992) p. 9-10. <st1:place w:st="on">W. Montgomery</st1:place> Watt. <i style="mso-bidi-font-style: normal;">The Faith and Practice of a-Ghazali </i>(London:
George Alen and Unwin Ltd., 1970) p. 27-28.<i style="mso-bidi-font-style: normal;">
</i></div>
</div>
<div id="ftn2" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 5.7pt; text-align: justify; text-indent: -5.7pt;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref2" name="_ftn2" style="mso-footnote-id: ftn2;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[2]</span></span></span></span></a> Fazlur
Rahman. <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Islam and Modernity:
Transformation of an Intellectual Tradition</i> (Chicago: The University of
Chicago Press, 1982) p. 158.</div>
</div>
<div id="ftn3" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 5.7pt; text-indent: -5.7pt;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref3" name="_ftn3" style="mso-footnote-id: ftn3;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[3]</span></span></span></span></a>
Oswald Hanfling. <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Essential <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Readings</st1:city></st1:place> in Logical
Pasitivism </i>(Oxford: basil Blackwell,1981) p. 10-11.</div>
</div>
<div id="ftn4" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 5.7pt; text-indent: -5.7pt;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref4" name="_ftn4" style="mso-footnote-id: ftn4;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[4]</span></span></span></span></a> M.
Amin Abdullah. <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Teologi…, p. 10.</i></div>
</div>
<div id="ftn5" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 8.55pt; text-align: justify; text-indent: -8.55pt;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref5" name="_ftn5" style="mso-footnote-id: ftn5;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[5]</span></span></span></span></a>
Kuntowijoyo. “Perlunya Ilmu Sosial Propetik”, dalam <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Paradigma Islam: Interpretasi untuk Aksi</i> (Bandung: Mizan, 1991), p.
286-287.</div>
</div>
<div id="ftn6" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 8.55pt; text-indent: -8.55pt;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref6" name="_ftn6" style="mso-footnote-id: ftn6;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[6]</span></span></span></span></a>
Lihat Bhudy Munawar-Rahman. “Pemikiran Teologi Sosial Kaum Pembaharu Islam <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">Indonesia</st1:country-region></st1:place>
Masa Orde Baru, <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Manuskrip</i>(Jakarta:Yayasan
Paramadina, 1992) p. 2.</div>
</div>
<div id="ftn7" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref7" name="_ftn7" style="mso-footnote-id: ftn7;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[7]</span></span></span></span></a> Hasan
Hanafi, <i style="mso-bidi-font-style: normal;">From Faith to Revolution</i>
(Spanyol: Cordoba, 1985) p. 4-5. </div>
</div>
<div id="ftn8" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref8" name="_ftn8" style="mso-footnote-id: ftn8;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[8]</span></span></span></span></a> Hanafi. <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Agama…., p. 7.</i></div>
</div>
<div id="ftn9" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref9" name="_ftn9" style="mso-footnote-id: ftn9;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[9]</span></span></span></span></a> Hanafi. <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Min al-Aqidah ila as-Saurah </i>(Kairo:
Maktabah Madbuli, 1991) vol. I, p. 59.</div>
</div>
<div id="ftn10" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref10" name="_ftn10" style="mso-footnote-id: ftn10;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[10]</span></span></span></span></a> Hanafi.
“From Faith…,p. 7.</div>
</div>
<div id="ftn11" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref11" name="_ftn11" style="mso-footnote-id: ftn11;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[11]</span></span></span></span></a> Lihat
Hanafi. <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Min al-Aqidah…, p. 67-68.</i></div>
</div>
<div id="ftn12" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref12" name="_ftn12" style="mso-footnote-id: ftn12;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[12]</span></span></span></span></a> Lihat
Hanafi. “From Faith…, p. 8</div>
</div>
<div id="ftn13" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref13" name="_ftn13" style="mso-footnote-id: ftn13;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[13]</span></span></span></span></a> <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Ibid., p. 8-9.</i></div>
</div>
<div id="ftn14" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref14" name="_ftn14" style="mso-footnote-id: ftn14;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[14]</span></span></span></span></a> Lihat
Hanafi. <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Min al-Aqidah…</i>, I p. 67-68.
Hanafi. “From Faith…, p. 3.</div>
</div>
<div id="ftn15" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 11.4pt; text-align: justify; text-indent: -11.4pt;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref15" name="_ftn15" style="mso-footnote-id: ftn15;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[15]</span></span></span></span></a> <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Ibid, </i>p. 30. </div>
</div>
<div id="ftn16" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 11.4pt; text-align: justify; text-indent: -11.4pt;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref16" name="_ftn16" style="mso-footnote-id: ftn16;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[16]</span></span></span></span></a> Hanafi.
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Agama, Ideologi dan Pembangunan.,<span style="mso-spacerun: yes;"> </span></i>p. 408-409.</div>
</div>
<div id="ftn17" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref17" name="_ftn17" style="mso-footnote-id: ftn17;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[17]</span></span></span></span></a> Hanafi.
“From Faith…, p. 154.</div>
</div>
<div id="ftn18" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref18" name="_ftn18" style="mso-footnote-id: ftn18;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[18]</span></span></span></span></a> Hanafi
. <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Agama…, </i>p. 21-22.</div>
</div>
<div id="ftn19" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref19" name="_ftn19" style="mso-footnote-id: ftn19;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[19]</span></span></span></span></a> Hanafi.
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Min al-Aqidah…, </i>p. 112-113.</div>
</div>
<div id="ftn20" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref20" name="_ftn20" style="mso-footnote-id: ftn20;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[20]</span></span></span></span></a> <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Ibid., p. 130.</i></div>
</div>
<div id="ftn21" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref21" name="_ftn21" style="mso-footnote-id: ftn21;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[21]</span></span></span></span></a> <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Ibid., p. 143.</i></div>
</div>
<div id="ftn22" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref22" name="_ftn22" style="mso-footnote-id: ftn22;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[22]</span></span></span></span></a> <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Ibid., p. 338.</i></div>
</div>
<div id="ftn23" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1362725909558231320#_ftnref23" name="_ftn23" style="mso-footnote-id: ftn23;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[23]</span></span></span></span></a> Hanafi.
“Maza Ya’ni al Yasar al-Islam?”, dalam <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Al-Yasar
al-Islami </i>(Kairo: t.p., 1981) p. 13-14.</div>
</div>
</div>
<br /></div>
Dr. KH. Djoko Hartono, S.Ag, M.Ag, M.Mhttp://www.blogger.com/profile/14742899674845229309noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1362725909558231320.post-34313466221149412232013-01-22T23:32:00.003-08:002013-01-22T23:32:52.743-08:00Strategi Sufistik Perkotaan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 200%; margin-left: 18.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Allah
Swt menciptakan manusia di muka bumi ini sesungguhnya bukan tanpa tujuan. Namun
demikian di antara manusia yang hidup di muka bumi ini ada yang mengerti maksud
dan tujuan mereka dihadirkan di muka bumi ini dan banyak pula yang lupa akan
tujuan hidupnya. Mereka memandang akan menjadi orang yang sukses tatkala harta
yang berlimpah ruah, rumah dan kendaraan yang mewah, kedudukan serta jabatan
dimiliki dan diraihnya. Mereka lupa akan tujuan hidup yang hakiki dan
menganggap tatkala telah meraih hal-hal yang bersifat duniawi/materi seperti di
atas telah menjadi orang yang sukses dan akan meraih kebahagian yang hakiki
pula. </span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 18.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Pandangan
hidup seperti di atas nampaknya menjadi fenomena masyarakat di era globalisasi
saat ini. Cara hidup mereka sangat konsumtif, materialistis, pragmatis dan
hidonis. Mereka mungkin telah meraih kesuksesan dan kebahagiaan tetapi<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>semuanya semu. Hal ini seperti yang telah
kita saksikan dan ketahui melalui media cetak dan telivisi, banyak orang-orang
kaya dan pejabat yang pada akhirnya menderita karena dibayang-bayangi meja
hijau yang siap menyeretnya untuk memasuki jeruji besi sebagai tempat
tinggalnya. </span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 18.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Dalam
pandangan Aburdance, mereka yang hidup di abad dan era ini akan menjadi kering
spiritual. Sehingga spiritualitas pada akhirnya akan menjadi menu yang dicari
masyarakat di era globalisasi saat ini dalam rangka memenuhi tuntutan batin
mereka. Hal ini sangat beralasan karena dalam diri manusia terdapat dua dimensi
yakni lahir dan batin yang kedua dimensi ini menuntut untuk dipenuhi
kebutuhannya. Kalau yang dipenuhi hanya salah satu dari keduanya tentu
menjadikan diri seseorang menjadi kehilangan keseimbangan dalam hidupnya dan ia
akan menjadi sulit menemukan kesuksesan dan kebahagian hidup yang hakiki.</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 18.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Untuk
meraih kesuksesan dan kebahagian hidup yang hakiki sebagai tujuan hidup ini
maka setidaknya ada empat strategi yang hendaknya ditempuh dan dikembangkan.
Pertama, hendaknya pada diri seseorang ditumbuh kembamgkan kecintaan akan ilmu
pengetahuan. Kedua, pendekatan diri dan tawakkal kepada Allah Swt. Ketiga,
tidak meninggalkan ulama. Keempat, melakukan usaha dengan sungguh-sungguh.
Kelima, menumbuhkan optimisme dalam diri.</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 18.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Mengingat
masyarakat perkotaan yang hidup di era globalisasi ini kering akan spiritual,
maka hal-hal yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan yang satu ini akan
menjadi sesuatu hal yang dicari. Melihat fenomena seperti ini maka hendaknya
para spiritulis yang tinggal diperkotaan pandai menangkap peluang pasar. Untuk
itu ada beberapa strategi yang perlu dikembangkan guna memenuhi kebutuhan
masyarakat perkotaan yang membutuhkan pemenuhan segi batin mereka. </span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 18.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Pertama,
melakukan promosi tasawuf melalui penulisan buku-buku yang dijual melalui
toko-toko buku. Hal ini sangat beralasan karena jika kita berkunjung ke toko-toko
buku dan mencoba mengamati jenis buku yang paling laris, maka akan kita dapati
buku psikologi, spiritualitas, persoalan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">innerself</i>
dan masalah hati. </span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 18.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Peluang
pasar ini ternyata telah ditangkap oleh beberapa kelompok pers. Harian Umum
Republika, Majalah Panji memiliki rubric khusus tentang spritualitas. Pers
politik seperti Tabloit Adil memiliki kolom tetap tasawuf, Media cetak semisal
Kompas, Suara Pembaruan, Jakarta Pos, Indonesia Observer, Media Indonesia,
Gamma, Gatra, SWA, Tempo pun acap kali mengulas masalah-masalah mistik
(spritualitas). Bagi media elektronik, spritualitas merupakan daya tarik
tersendiri. Mereka tidak mau kalah semarak dengan media <i style="mso-bidi-font-style: normal;">off air</i> dalam menurunkan program yang bertemakan spiritualitas.</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 18.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Kedua,
mengembangkan pelatihan, seminar, kursus kepribadian, spritualitas serta
hal-hal yang berkaitan dengan kejiwaan dan hati. Strategi yang kedua ini
nampaknya cukup banyak pula diminati masyarakat perkotaan yang membutuhkan
pemenuhan kebutuhan batin mereka. Hal ini terbukti strategi kedua ini masuk
kategori paling diminati oleh komunitas urban. Mereka banyak yang antusias
mendatangi pelatihan, seminar dan kursus-kursus yang menyangkut kepribadian,
tasawuf, meditasi, reiki, yoga dan sejenisnya. </span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 18.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Fenomena
ini bisa kita lihat banyaknya masyarakat yang mendatangi majelis dzikir Ustadz
Hariyono, Ustadz Arifin, pelatihan shalat tahajudnya Prof. Moh. Sholeh,
pelatihan shalat khusyuknya<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Ust. Abu
Sankan, kajian spiritual yang diselenggarakan oleh Tazkiya Sejati yang
dipandegani Prof. Jalaluddin Rakhmat, pusat pengembangan tasawuf positif yang
dikomandani Haidar Baqir, training meditasi yang diselenggarakan
kelompok-kelompok yoga, reiki dan meditasi lain.</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 18.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Banyaknya
masyarakat yang berminat membaca buku/bacaan, mendengar dan menontot hal-hal
yang bertemakan spiritual atau tasawuf ini serta mendatangi majelis-majelis
dzikir, cukup menjadi indikasi bahwa pada masyarakat di era globalisasi ini
terjadi kehausan akan spiritual sebagai akibat dari paradigma modernisme yang
materialistis. Ketidakpastian dalam kehidupan masyarakat yang ada dalam ruang
global ini mebuat mereka pada akhirnya berfikir mengarah dan memutuskan mesti
harus bersandar pada sebuah nilai yang bisa memberikan pencerahan batin atau <i style="mso-bidi-font-style: normal;">insight</i>, dan dapat mendamaikan hidup
mereka.</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 200%; margin-left: 18.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Namun demikian
agar materi-materi spiritual/tasawuf itu muda dan bisa diterima masyarakat
perkotaan yang cara berfikirnya logic dan rasional maka hendaknya disuguhkan
dengan cara merasionalisasikan hal-hal yang terkadang sulit diukur serta secara
kontekstual. Hal ini sangat penting agar stigma negative ajaran
tasawuf/spirtualitas yang dianggap menghambat kemajuan dan pada galibnya
sebagai perilaku kaum pinggiran atau masyarakat pedesaan yang tradisionalis
bisa diterima masyarakat perkotaan yang rasional, progressif dan modernis.
Ajaran-ajaran tasawuf/spiritual yang cenderung teosentris hendaknya dikembangkan
menjadi mengarah dan bersifat antroposentris. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 17.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.7pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; mso-bidi-font-style: italic;">Bertitik
tolak dari sini maka perlu adanya kritik dan rekonstruksi sebagai upaya agar
kehadiran tasawuf mampu memberi solusi riil kemanusian dalam kehidupan
kontemporer saat ini.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">
Rekonstruksi tasawuf adalah salah satu cara yang mesti ditempuh jika diharapkan
dapat memberikan sumbangan yang kongkrit. Kepentingan rekonstruksi itu
pertama-tama untuk mentrasformasikan ajaran tasawuf/spiritual yang melangit
(teosentris) menuju antropologi, sebagai wacana tentang kemanusiaan, baik
secara ekstensial, kognitif maupun kesejarahan.. Ini merupakan cara “ilmiah”
untuk mengatasi keterasingan tasawuf itu sendiri sebagai ajaran yang dianggap
kurang memperhatikan nilai-nilai humanis, social kemasyarakatan dan
mengutamakan aktivitas spiritual dengan menjauhkan diri dari aktivitas
keduniawian menurju penyenderian.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 17.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.7pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif";">Upaya mentransformasikan ajaran
tasawuf <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>menuju antropologi ini
mewujudkan pemahaman yang metafisik dan samar menjadi teraplikasi dalam
kehidupan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>nyata yakni dari Tuhan ke
bumi, dari keabadian ke waktu, dari takdir kekehendak bebas, dari teori ke
tindakan, dari rohani ke jasmani, dari meditasi-menyendiri ke tindakan terbuka,
dari organisasi sufi ke gerakan sosio-politik, dari nilai pasif ke nilai aktif,
dari vertikal ke horisontal, dari dunia lain ke dunia ini, dan dari kesatuan
khayal ke penyatuan nyata. Dengan cara dan strategi seperti ini pula ajaran
tasawuf sebaga ajaran spiritual umat Islam akan mendapat tempat dihati
masyarakat perkotaan yang ada di era globalisasi dan kontemporer ini, Bagaiman
menurut Anda</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 234.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: .7pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif";">Penulis: Dr. Djoko Hartono, S.Ag,
M.Ag, M.M</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 234.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: .7pt;">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Pengasuh dan Pendiri Ponpes
Mahasiswa Jagad Alimussirry Sby, Direktur PPs STAI Al-Khoziny Sidoarjo, Dosen
Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Sby</span></i></div>
<br /></div>
Dr. KH. Djoko Hartono, S.Ag, M.Ag, M.Mhttp://www.blogger.com/profile/14742899674845229309noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1362725909558231320.post-91279403966675379432013-01-22T23:27:00.000-08:002013-01-22T23:27:21.716-08:00BEKERJA SEBUAH IBADAH<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<v:rect fillcolor="#9bbb59" id="_x0000_s1026" strokecolor="#f2f2f2" strokeweight="3pt" style="height: 129.75pt; left: 0; margin-left: 16.5pt; margin-top: -.35pt; position: absolute; text-align: left; text-indent: 0; width: 120pt; z-index: 251657728;">
<v:shadow color="#4e6128" offset2="-1pt" offset="1pt" on="t" opacity=".5" type="perspective">
<v:textbox>
</v:textbox></v:shadow></v:rect></div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" style="width: 100%px;">
<tbody>
<tr>
<td>
<div>
<div class="MsoNormal">
<span style="background: lime; mso-highlight: lime;"><v:shapetype coordsize="21600,21600" filled="f" id="_x0000_t75" o:preferrelative="t" o:spt="75" path="m@4@5l@4@11@9@11@9@5xe" stroked="f">
<v:stroke joinstyle="miter">
<v:formulas>
<v:f eqn="if lineDrawn pixelLineWidth 0">
<v:f eqn="sum @0 1 0">
<v:f eqn="sum 0 0 @1">
<v:f eqn="prod @2 1 2">
<v:f eqn="prod @3 21600 pixelWidth">
<v:f eqn="prod @3 21600 pixelHeight">
<v:f eqn="sum @0 0 1">
<v:f eqn="prod @6 1 2">
<v:f eqn="prod @7 21600 pixelWidth">
<v:f eqn="sum @8 21600 0">
<v:f eqn="prod @7 21600 pixelHeight">
<v:f eqn="sum @10 21600 0">
</v:f></v:f></v:f></v:f></v:f></v:f></v:f></v:f></v:f></v:f></v:f></v:f></v:formulas>
<v:path gradientshapeok="t" o:connecttype="rect" o:extrusionok="f">
<o:lock aspectratio="t" v:ext="edit">
</o:lock></v:path></v:stroke></v:shapetype><v:shape id="_x0000_i1025" style="height: 123pt; width: 106.5pt;" type="#_x0000_t75">
<v:imagedata o:title="pengasuh ja" src="file:///C:\Users\user\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image001.jpg">
</v:imagedata></v:shape></span></div>
</div>
</td>
</tr>
</tbody></table>
<w:wrap type="square">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Allah SWT menciptakan dan
menghadirkan manusia di muka bumi ini sejatinya bukan tanpa tujuan. Ada dua
tujuan setidaknya maksud Allah menghadirkan manusia di dunia ini. Tujuan yang
yang pertama dan sangat esensial sekali seperti yang tertera dalam al-Qur’an
surat al-Dzariyat: 56 yakni agar manusia ini beribadah, mengabdi kepada Allah
dengan segala bentuknya. Namun demikian seorang mufassir kenamaan dan termasuk
salah satu sahabat Nabi SAW, Ibnu Abbas r.a menafsirkan ayat di atas ‘ibadah’
yakni agar manusia hadir di muka bumi ini untuk bermakrifat (mengetahui) Allah.
</span>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Untuk mencapai tingkat makrifatullah ini tentu manusia harus
melakukan riadho/mujahadah (beribadah). Dalam kalangan kaum sufi, agar mereka
mampu mencapai tingkatan makrifat Allah maka harus melakukan tarikat yakni
jalan menuju perjumpaan dengan Allah. Sedang menurut Syaikh Abdul Qadir
Jailaini tokoh sufi ternama untuk mencapai perjumpaan dengan Allah ini seorang
muslim bisa melakukannya dengan cara shalat. Dengan melakukan cara-cara sufi
ini diharapkan seorang muslim setelah melakukan mujahadah, riadho, shalat,
hatinya senantiasa tetap berkomunikasi dengan-Nya baik waktu di masjid (tempat
ibadah), di rumah, di jalan, di kantor, pasar dan tempat lainnya sambil tetap
memberdayakan potensi akal fikirannya untuk memikirkan kekuasaan Allah yang ada
di muka bumi ini. Hal ini sangat penting karena tujuan Allah yang kedua
menghadirkan manusia di muka bumi ini adalah untuk menjadi khalifah (pengelola)
dunia ini.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tujuan Allah menghadirkan manusia di muka bumi sebagai
khalifah seperti dalam penjelasan di atas dapat kita ketahui melalui
firman-Nya. Hal ini seperti yang termaktub dalam al-Qur’an al-Baqarah: 30. Artinya:
“<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada
para malaikat: ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seseorang khalifah di muka
bumi...</i>” .</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Khalifah yang dimaksud dalam ayat ini menurut Ibnu Katsir
dalam kitab tafsirnya yakni kaum (manusia) yang silih berganti, abad demi abad,
generasi demi generasi menghuni bumi untuk menjadi penguasa. Mereka adalah
kelompok para Nabi, Rasul, Siddiqin, Syuhada’ dan orang-orang shalih yang
benar-benar taat mengikuti ajaran Allah dan jejak para Nabi. Menurut Ibnu
Jabir, khalifah dimaksud dalam ayat di atas adalah Adam dan orang-orang yang
mengikuti jejaknya dalam ketaatan kepada Allah Swt. Mereka menjadi pengganti
Allah dalam menjalankan hukum secara adil.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kalau kita cermati dari berbagai pandangan mufassir di atas
baik dari kalangan para sahabat Nabi dan mufassir setelahnya maka tujuan Allah
menghadirkan manusia di muka bumi ini agar di antara mereka menjadi makhluk
yang bisa menciptakan dan mengelola bumi ini agar tercipta kehidupan yang aman,
damai, tenteram, adil, sejahtera. Untuk itu manusia harus melakukan kerja
sebaik-baiknya dan tidak melanggar aturan-aturan Allah. Mereka ini menurut
al-Qurthubi harus menjadi imam (pemimpin) yang adil.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sedang Nabi Saw sendiri mengingatkan kepada kita bahwa setiap
diri manusia adalah pemimpin dan setiap manusia nanti akan ditanya tentang
kepemimpinannya. Untuk itu manusia harus menyadari akan keberadaannya di muka
bumi ini, untuk apa mereka hidup dan apa yang telah dilakukannya selama
hidupnya ini. Bagi yang berkeluarga maka akan ditanya tentang kepemimpinannya
dalam rumah tangganya. Bagi yang bekerja akan ditanya tentang pekerjaan yang
telah dilakukannya. Apakah semua telah memenuhi harapan Allah. Untuk itu selama
manusia bekerja dalam rangka menjalankan perintah Allah maka ia memiliki nilai
ibadah di hadapan Allah. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dalam hal ini Allah mengingatkan kepada manusia agar
senantiasa semangat bekerja untuk kehidupan dunia. Semua ini seperti yang
difirmankan Allah dalam al-Qur’an surat al-Qashash: 77. Artinya: “<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Dan carilah pada apa yang telah
dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat dan janganlah kamu
melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berbuat kerusakan</i>”.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Menyikapi ayat di atas, menurut Ibnu Katsir bahwa seseorang
yang bekerja hingga ia menjadi kaya raya, hendaknya kekayaan yang diberikan
Allah kepadanya digunakan untuk beribadah kepada-Nya dan berbuat baik kepada
sesama manusia dengan jalan menafkahkan sebagaian dari harta kekayaannya untuk
menolong mereka yang membutuhkan pertolongan. Selain itu hartanya hendaknya
juga digunakan pula untuk memenuhi kebutuhan dirinya sendiri untuk makan,
minum, pakaian, perkawinan (keluarga), perumahan asal tidak melampau batas.
Selanjutnya harta kekayaan tersebut hendaknya tidak digunakan untuk berbuat
kerusakan dan berlaku sewenang-wenang di atas bumi ini. Hal ini karena Allah
tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sebagai umat Islam yang baik, maka seyogyanya ia harus
benar-benar menjalankan perintah Allah Swt untuk beribadah baik secara khusus
atau pun secara umum. Bertitik tolak dari semua ini maka diharapkan umat Islam
akan menjadi sosok yang shalih secara individual dan social. Hal ini karena
setelah ia melakukan kerja duniawi semua hasil daripadanya hendaknya digunakan
untuk pengabdian kepada Allah. Ia menjadi bertanggungjawab terhadap pemenuhan
kewajibannya mecukupi dan mensejahterakan keluarga dan rumah tangganya, dengan
hartanya ia memenuhi perintah Allah menyantuni para dhuafa, anak yatim piatu,
fakir miskin, dan mentasharufkan di jalan Allah guna menghidupkan syiar agama,
membangun dan menghidupkan madrasah, masjid, pesantren, serta fasilitas umat
yang lain. Ketika menjadi pejabat maka ia berusaha mensejahterakan bawahan dan
rakyatnya. Semua itu dilakukan dalam rangka menjalankan tugasnya sebagai
khalifah (pemimpin) agar terjadi kehidupan yang damai, sejahtera, aman, <i style="mso-bidi-font-style: normal;">tata tentren karta raharja</i> sehingga
terwujud negeri seperti yang diharapkan Allah yakni <i style="mso-bidi-font-style: normal;">baldatun thayyibatun wa robbun ghofur</i>.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kita perlu mengingat kembali bahwa bekerja merupakan bentuk
ibadah. Bersemangatlah untuk melakukannya seakan-akan kita hidup selamanya.
Semua akan memiliki nilai akhirat jika dalam pelaksanaanya kita maksudkan dalam
rangka melakukan perintah Allah. Sebaliknya betapa banyak orang yang secara
lahiriyah nampak melakukan ibadah semisal shalat, baca al-Qur’an, puasa, dan
lain, namun karena di antara mereka hanya ingin dipuji dan mengharap
penghargaan dari makhluk maka ia sedikitpun tidak mendapatkan nilai akhirat
sedang yang ia dapatkan hanya nilai duniawi, penghargaan dan pujian dari
manusia lain. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Mengakhiri dari tulisan ini maka perlu kita sadari bahwa
sejatinya Islam merupakan agama yang mengajarkan kesempurnaan. Hal ini karena
Islam mengajarkan dan mengajak manusia agar menjadi sosok yang sempurna/ideal.
Manusia yang ideal adalah mereka yang menjalani hidup ini dengan cara
menyeimbangkan untuk urusan duniawinya dan akhirat secara bersama-sama. Semua
dilakukannya semata-mata hanya mengharap keridhaan Allah Swt. Semoga Allah
menjadikan kita kelompok manusia yang sukses, bahagia dan selamat di dunia dan
akhirat, yang senatiasa mendapat bimbingan dan keberkahan hidup daripada-Nya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 238.5pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt;">Penulis: Dr. Djoko Hartono, S.Ag, M.Ag, M.M</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 238.5pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="font-size: 10.0pt; mso-bidi-font-size: 12.0pt;">Pengasuh & Pendiri Ponpes Mahasiswa Jagad ‘Alimussirry Sby,
Direktur PPs STAI Al-Khoziny Sidoarjo, Dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel
Sby</span></i></div>
</w:wrap><br /></div>
Dr. KH. Djoko Hartono, S.Ag, M.Ag, M.Mhttp://www.blogger.com/profile/14742899674845229309noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1362725909558231320.post-48589315140099825252013-01-22T23:26:00.000-08:002013-01-22T23:26:06.890-08:00MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN JARAK JAUH DI ERA CYBER EDUCATION <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<v:shapetype coordsize="21600,21600" id="_x0000_t202" o:spt="202" path="m,l,21600r21600,l21600,xe">
<v:stroke joinstyle="miter">
<v:path gradientshapeok="t" o:connecttype="rect">
</v:path></v:stroke></v:shapetype><v:shape fillcolor="gray" id="_x0000_s1026" style="height: 153pt; left: 0; margin-left: 2in; margin-top: 128.6pt; mso-wrap-style: none; position: absolute; text-align: left; text-indent: 0; width: 178.65pt; z-index: 251657216;" type="#_x0000_t202">
<v:textbox style="mso-next-textbox: #_x0000_s1026;">
</v:textbox></v:shape></div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" style="width: 100%px;">
<tbody>
<tr>
<td>
<div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<v:shapetype coordsize="21600,21600" filled="f" id="_x0000_t75" o:preferrelative="t" o:spt="75" path="m@4@5l@4@11@9@11@9@5xe" stroked="f">
<v:stroke joinstyle="miter">
<v:formulas>
<v:f eqn="if lineDrawn pixelLineWidth 0">
<v:f eqn="sum @0 1 0">
<v:f eqn="sum 0 0 @1">
<v:f eqn="prod @2 1 2">
<v:f eqn="prod @3 21600 pixelWidth">
<v:f eqn="prod @3 21600 pixelHeight">
<v:f eqn="sum @0 0 1">
<v:f eqn="prod @6 1 2">
<v:f eqn="prod @7 21600 pixelWidth">
<v:f eqn="sum @8 21600 0">
<v:f eqn="prod @7 21600 pixelHeight">
<v:f eqn="sum @10 21600 0">
</v:f></v:f></v:f></v:f></v:f></v:f></v:f></v:f></v:f></v:f></v:f></v:f></v:formulas>
<v:path gradientshapeok="t" o:connecttype="rect" o:extrusionok="f">
<o:lock aspectratio="t" v:ext="edit">
</o:lock></v:path></v:stroke></v:shapetype><v:shape id="_x0000_i1025" style="height: 149.25pt; width: 163.5pt;" type="#_x0000_t75">
<v:imagedata cropright="11624f" o:title="satu" src="file:///C:\Users\user\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image001.jpg">
</v:imagedata></v:shape></div>
</div>
</td>
</tr>
</tbody></table>
<w:wrap type="square">
<v:shape id="_x0000_s1027" style="height: 119.6pt; left: 0; margin-left: 0; margin-top: 0; position: absolute; text-align: left; text-indent: 0; width: 81pt; z-index: 251658240;" type="#_x0000_t202">
<v:textbox>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" style="width: 100%px;">
<tbody>
<tr>
<td>
<div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="mso-no-proof: yes;"><o:p><br /></o:p></span></div>
</div>
</td>
</tr>
</tbody></table>
</v:textbox>
<w:wrap type="square">
</w:wrap></v:shape>Pendidikan bagi setiap bangsa, apalagi yang
sedang berkembang sejatinya merupakan investasi yang paling utama. Untuk itu
tidak salah kalau pemerintah <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">Indonesia</st1:country-region></st1:place>
saat ini sangat intens memperhatikan dunia pendidikan. Salah satu bentuk
perhatiannya yakni pengalokasian dana hingga 20% yang diambil dari APBN dan
APBD. Dana tersebut digunakan dalam rangka mendongkrak pendidikan di <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">Indonesia</st1:country-region></st1:place>
agar menjadi berkualitas. Lebih-lebih masyarakat yang hidup dalam era
globalisasi yang ditandai dengan perkembangan sain dan teknologi yang begitu
cepat. Agar tidak tertinggal dengan negara-negara lain maka masyarakat <st1:country-region w:st="on"><st1:place w:st="on">Indonesia</st1:place></st1:country-region> tentu
harus dibekali dengan pendidikan yang memadahi.
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Globalisasi, perubahan social dan pendidikan global merupakan konsep yang
berhubungan dengan kemajuan teknologi yang mempunyai dampak terhadap pemahaman
tentang pendidikan. </div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Menurut Edwards, Marshall dan Gregor (2002) bahwa istilah globalisasi
sesungguhnya untuk menggambarkan satu proses pengembangan sumber daya
pendidikan. Era ini sesungguhnya dapat memberikan manfaat bagi masyarakat yang
ingin belajar tanpa terikat dengan dinding dan gedung yang tinggi. Di era
perubahan social ini masyarakat bisa belajar di tempat mana saja dan dapat
mengakses materi pembelajaran secara <i style="mso-bidi-font-style: normal;">online</i>
melalaui dunia maya. Ini-lah yang disebut era <i style="mso-bidi-font-style: normal;">cyber education</i>.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Untuk itu bagi institusi pendidikan sudah saatnya harus berbenah diri jika
tidak ingin ditinggalkan masyarakat sebagai <i style="mso-bidi-font-style: normal;">stakeholders</i>.
Nampaknya tidak ada alasan jika dalam dunia seperti ini masih ada masyarakat
yang tidak berpendidikan. Di era <i style="mso-bidi-font-style: normal;">cyber
education</i> ini terbuka luas bagi diselenggarakan pendidikan jarak jauh.
Institusi pendidikan formal bisa menyelenggarakan model ini, yang tentu
sebelumnya harus menyiapkan sumberdaya institusi pendidikan yang memadahi dan
pelaksanaan manajemen yang profesional. </div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Di beberapa institusi pendidikan yang memiliki sumber daya manusia (SDM) yang
melek teknologi serta sarana teknologi yang mapan dengan ditopang manajemen
teknologi dan informasi yang baik, para pendidik dan pengajarnya telah melaksanakan
pendidikan jarak jauh dan hal ini tentu syah-syah saja. Sehingga sudah tidak
zamannya kalau pemerintah atau pihak manapun melarang pendidikan jarak jauh. Hal
ini disebabkan karena masih ada pihak-pihak yang melarang diselenggarakan
kelas-kelas jauh. Pada era <i style="mso-bidi-font-style: normal;">cyber
education</i> jarak yang jauh sejatinya sudah tidak menjadi halangan untuk
tetap dilangsungkan proses pembelajaran. </div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Dahulu pendidikan jarak jauh oleh masyarakat memang dianggap sebagai
jenis pendidikan alternative atau pendidikan kelas dua yang memiliki
gengsi/daya tawar rendah jika dibanding pendidikan konvensional yang
mengharuskan kehadiran peserta didik untuk melakukan pembelajaran di dalam
kelas atau gedung. Seiring dengan perkembangan teknologi dan komunikasi yang
pesat, pendidikan jarak jauh sesungguhnya tidak perlu dipersoalkan lagi. Hal
ini mengingat peserta didik bisa belajar secara <i style="mso-bidi-font-style: normal;">online</i> melalaui dunia maya. </div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Model pendidikan jarak jauh ini, di era <i style="mso-bidi-font-style: normal;">cyber education</i> sejatinya telah mendapat apresiasi yang tinggi dari
masyarakat dan menganggap lebih bergengsi dibanding pendidikan konvensional
yang cenderung kurang memanfaatkan kemajuan teknologi. Di Amerika Serikat
hampir separuh dari sekitar 3.900 lembaga pendidikan tinggi telah
menyelenggarakan sejenis pendidikan jarak jauh. (Munir, 2009) Model pendidikan
jarak jauh ini tentu akan membantu masyarakat yang memiliki semangat belajar
yang tinggi sedang di sisi lain mereka harus bekerja dengan waktu kerja yang
padat, bertempat tinggal dan bekerja jauh dari institusi pendidikan. </div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Bagi kelompok masyarakat seperti ini mereka akan merasakan betapa banyak <i style="mso-bidi-font-style: normal;">opportunity cost</i> yang hilang jika harus
mendatangi institusi pendidikannya dan masuk di ruang kelas yang ada. Ruang
kelas mereka di era seperti ini sebenarnya telah digantikan dengan dunia maya,
laptop, computer dan internet yang bisa dibawa di mana saja mereka berada.
Untuk itu sudah saatnya dilakukan gerakan mendukung terwujudnya pendidikan
jarak jauh dengan tetap mengedepankan mutu dan layanan yang lebih baik dengan
memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang ada. Jika hal
ini terwujud tentu akan banyak membantu pemerataan pendidikan di negeri <st1:country-region w:st="on"><st1:place w:st="on">Indonesia</st1:place></st1:country-region> ini,
memberikan kesempatan meningkatkan kemampuan dan kualitas serta tingkat
pendidikan yang lebih tinggi lagi bagi masyarakat yang ada.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Di Indonesia penyelenggaraan pendidikan jarak jauh sesungguhnya telah
memiliki payung hukum. Hal ini bisa dilihat dalam UU RI No. 20 tahun 2003
tentang System Pendidikan Nasional yang termaktub pada Bab VI Pasal 31 pada
bagian ke sepuluh yang berbunyi:</div>
<ol start="1" style="margin-top: 0cm;" type="1">
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify;">Pendidikan jarak jauh diselenggarakan pada semua
jalur, jenjang dan jenis kependidikan</li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify;">Pendidikan jarak jauh berfungsi memberikan layanan
pendidikan kepada kelompok masyarakat yang tidak dapat mengikuti
pendidikan secara tatap muka atau reguler.</li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify;">Pendidikan jarak jauh diselenggarakan dalam
berbagai bentuk, modus dan cakupan yang didukung oleh sarana dan layanan
belajar serta system penilaian yang menjamin mutu lulusan sesuai dengan
standar nasional pendidikan</li>
</ol>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Pendidikan jarak jauh ini sejatinya sebagai upaya cerdas memanfaatkan
era<span style="mso-spacerun: yes;"> </span><i style="mso-bidi-font-style: normal;">cyber
education</i>. Perubahan paradigma pendidikan dari pendekatan tradisional atau
konvensional menuju pendekatan multi media dengan penekanan pada penggunaan
teknologi informasi (internet) sudah selayaknya ditumbuh kembangkan pada
institusi pendidikan di Indonesia. Untuk itu para guru/dosen/pendidik sudah
seharusnya pula mengikuti perkembangan teknologi informasi ini. Hal ini karena
pemahaman dan penguasaan tentang teknologi informasi ini menjadi jantung dalam
dunia pendidikan di era <span style="mso-spacerun: yes;"> </span><i style="mso-bidi-font-style: normal;">cyber education</i>. Era ini ternyata telah
mendobrak batas ruang dan waktu. </div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Untuk itu perlu terobosan-terobosan dan keberanian semua pihak ke arah
pembenahan dan pembaharuan institusi pendidikan dalam mewujudkan/menciptakan
pendidikan jarak jauh di era<span style="mso-spacerun: yes;"> </span><i style="mso-bidi-font-style: normal;">cyber education</i> sebagai solusi cerdas
mendongkrak ketertinggalan kualitas sumber daya manusia (SDM) <st1:country-region w:st="on"><st1:place w:st="on">Indonesia</st1:place></st1:country-region>
sehingga menjadi SDM yang diperhitungkan dalam percaturan dunia. <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Bagaimana menurut Anda…</i></div>
</w:wrap><br /></div>
Dr. KH. Djoko Hartono, S.Ag, M.Ag, M.Mhttp://www.blogger.com/profile/14742899674845229309noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1362725909558231320.post-46216017561695726642013-01-22T23:15:00.002-08:002013-01-22T23:15:50.466-08:00Menghapus Stigma Negatif PTAIS<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<v:shapetype coordsize="21600,21600" id="_x0000_t202" o:spt="202" path="m,l,21600r21600,l21600,xe">
<v:stroke joinstyle="miter">
<v:path gradientshapeok="t" o:connecttype="rect">
</v:path></v:stroke></v:shapetype><v:shape id="_x0000_s1026" style="height: 133.95pt; left: 0; margin-left: 0; margin-top: 0; mso-wrap-style: none; position: absolute; text-align: left; text-indent: 0; width: 105.15pt; z-index: 251657728;" type="#_x0000_t202">
<v:textbox style="mso-fit-shape-to-text: t;">
</v:textbox></v:shape></div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" style="width: 100%px;">
<tbody>
<tr>
<td>
<div>
<div class="MsoNormal">
<v:shapetype coordsize="21600,21600" filled="f" id="_x0000_t75" o:preferrelative="t" o:spt="75" path="m@4@5l@4@11@9@11@9@5xe" stroked="f">
<v:stroke joinstyle="miter">
<v:formulas>
<v:f eqn="if lineDrawn pixelLineWidth 0">
<v:f eqn="sum @0 1 0">
<v:f eqn="sum 0 0 @1">
<v:f eqn="prod @2 1 2">
<v:f eqn="prod @3 21600 pixelWidth">
<v:f eqn="prod @3 21600 pixelHeight">
<v:f eqn="sum @0 0 1">
<v:f eqn="prod @6 1 2">
<v:f eqn="prod @7 21600 pixelWidth">
<v:f eqn="sum @8 21600 0">
<v:f eqn="prod @7 21600 pixelHeight">
<v:f eqn="sum @10 21600 0">
</v:f></v:f></v:f></v:f></v:f></v:f></v:f></v:f></v:f></v:f></v:f></v:f></v:formulas>
<v:path gradientshapeok="t" o:connecttype="rect" o:extrusionok="f">
<o:lock aspectratio="t" v:ext="edit">
</o:lock></v:path></v:stroke></v:shapetype><v:shape id="_x0000_i1025" style="height: 126pt; width: 90pt;" type="#_x0000_t75">
<v:imagedata o:title="IMG_105445" src="file:///C:\Users\user\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image001.jpg">
</v:imagedata></v:shape></div>
</div>
</td>
</tr>
</tbody></table>
<w:wrap type="square">
<span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Membicarakan persoalan pendidikan
sejatinya tidak pernah ada habisnya. Hal ini dikarenakan dunia pendidikan terus
mengalami dinamika perkembangan sesuai dengan tingkat <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>kebutuhan manusia. Guna memenuhi tingkat
kebutuhannya seperti dalam teori motivasi Maslow, pendidikan bagi manusia menjadi
memiliki arti yang sangat penting. Hal ini sangat beralasan, karena dengan
memiliki pendidikan yang baik dan berkualitas diharapkan manusia menjadi mampu
menghadapi dan menyelesaikan persoalan-persoalan kehidupan yang semakin
komplek, menjadi lebih bermakna dalam mengisi kehidupan sebagai hamba, yang
sekaligus menjalankan amanah sebagai khalifah Allah di muka bumi. Untuk itu
sangat jelas arti pendidikan bagi kehidupan manusia saat ini. Selain sebagai
sarana dan alat untuk meraih tingkat-tingkat kebutuhan yang dicita-citakan,
keberadaannya akan menjadi sarana pula menghantarkan seseorang pada tingkat citra
diri dan martabat yang tinggi baik dalam kehidupan saat ini ataupun yang akan
datang. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span></span>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Pendidikan untuk mengkualitaskan sumber daya
manusia ini sesungguhnya bisa dilakukan dengan cara formal, nonformal dan
informal.(H. M. Arifin, 1993). Dalam bentuk formal seperti sekolah dan atau
madrasah, serta perguruan tinggi. Jenjang pendidikan formal ini terdiri atas
pendidikan dasar, menengah dan pendidikan tinggi. Jenis pendidikan ini mencakup
pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan dan khusus.
Dalam bentuk nonformal seperti lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok
belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, majlis taklim, serta satuan
pendidikan yang sejenis. Sedangkan dalam bentuk informal seperti kegiatan
pendidikan yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan
belajar secara mandiri.(<i> UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional</i>).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Ketika pembicaraan diarahkan pada pendidikan
formal maka kita mengenal dengan dua jenis yakni negeri dan swasta. Lembaga
pendidikan formal baik negeri maupun swasta pada jenjang tertinggi maka kita
menyebutnya dengan perguruan tinggi negeri (PTN) dan perguruan tinggi swasta
(PTS). Kalau di zaman penjajahan dulu pendidikan negeri yang dikelola
pemerintah Belanda akrab disebut dengan pendidikan (sekolah) pemerintah dan
yang dikelola pribumi (swasta) akrab disebut dengan pendidikan (sekolah)
partikelir. Pendikotomisasian pendidkan ini dalam sejarah pertumbuhan dan
perkembangan dikemudian hari menimbulkan stigma positif dan negatif. Guna menarik
simpati dan minat masyarakat maka terjadilah perang dingin dengan pengklaiman
kualitas. Pendidikan yang dikelola swasta (partikelir) kemudian pada gilirannya
mendapatkan stigma negatif, karena dianggap tidak dikelola (manajemen) dengan
baik, acak-acakan, tidak profesional sehingga <i>output </i>dan <i>outcome</i>-nya
distigmakan pula menjadi tidak bermutu dan berkualitas. Fenomena dan kondisi
ini terus berlangsung hingga pasca kemerdekaan dan sesudahnya. Hingga di
masa-masa belakangan timbul strata dan pengkastaaan bahwa PTN merupakan lembaga
pendidikan kelas satu. Ini pun dalam masyarakat masih dipilah-pilah lagi bahwa
PTN yang berbasis keagamaan seperti IAIN/STAIN dianggap menduduki tingkat
kualitas yang ketiga, tiga tingkat di bawah IKIP Negeri dan Universitas/Institut
Negeri. Sedang perguruan tinggi keagamaan Islam swasta yang tergabung dalam
kopertais menjadi ditempatkan pada posisi keempat setelah IAIN/STAIN bahkan
mungkin kelima jika disandingkan dengan Petra dan sejenisnya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Kondisi perguruan tinggi yang tergabung dalam
kopertais ini jika dilihat dari penstrataan seperti di atas dirasakan sangat
mengironikan dan akan semakin mengalami keterpurukan kalau komunitas yang ada
di dalamnya tidak menyadari dan tetap mempertahankan <i>status quo</i> kemapan
yang anti perubahan. Pada pasar bebas yang sudah berjalan saat ini jika mereka
tidak mau melakukan perubahan maka diprediksikan dikemudian hari keberadaan
perguruan tinggi agama Islam swasta (PTAIS) akan menjadi ditinggalkan
masyarakat sebagai <i>stackholder</i>. Masyarakat yang semakin cerdas akan
semakin mengetahui dengan cara menanyakan nilai status akriditasi dan
keberadaan perguruan tinggi itu, baik negeri atau swasta sebelum menentukan dan
menjatuhkan pilihan sebagai tempat menempuh pendidikan untuk dirinya. Apalagi
saat ini pada perguruan tinggi negeri umum sebagian telah merencanakan membuka
fakultas agama Islam dengan menawarkan <i>output </i>dan <i>outcome</i> yang
dihasilkannya akan mampu menjadi sarjana muslim yang memiliki keilmuan integral,
menguasai sain dan ilmu keagamaan sekaligus.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Namun demikian kita yang masuk dalam komunitas perguruan
tinggi agama Islam swasta (PTAIS), baik mahasiswa, dosen, dan pemegang
kekuasaan (<i>leader</i>)-nya tidak perlu berkecil hati. Hal ini karena
pemerintah saat ini sejatinya sudah berusaha menghapus dikotomisasi negeri
swasta dan stigma negatif<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>terhadap
perguruan tinggi swasta ini dengan memberikan status terakriditasi mulai dari A
sampai dengan C. Ini artinya kalau perguruan tinggi swasta mendapatkan nilai
akriditasi A keberadaannya akan lebih berkualitas jika dibanding dengan
perguruan tinggi negeri yang memiliki akriditasi B atau C. Untuk menghapuskan
stigma negatif terhadap PTAIS ini maka semua komponen yang tergabung dalam civitas
akademik, baik mahasiswa, dosen, staf pegawai dan <i>leader</i>-nya bersama-sama
harus memiliki kometmen untuk mau dan berani melakukan perubahan. Perubahan ini
tentu bisa dilakukan dengan cara evolusioner dan atau revolusioner (J. Winardi,
2010). Perubahan yang harus dilakukan tersebut bisa jadi menyangkut segi konsep
dan cara berfikirnya (<i>mindset</i>), metode / cara bekerja, mengajar, proses
perkuliahan, sikap, tindakan, sarana/peralatan yang digunakan,
keputusan-keputusan yang biasa diambil, <i>goal</i> yang mendasari dan yang diharapkan
serta sektor lainnya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Upaya melakukan perubahan dari segala aspeknya
seperti di atas tentu harus tetap menimbulkan kondisi yang lebih baik, sebab
tidak semua perubahan yang terjadi akan menimbulkan kondisi yang lebih baik. Perubahan
yang tidak direncanakan, spontan, acak tentu akan menimbulkan kondisi yang tidak
diinginkan yang bersifat merusak (<i>destruktif</i>). Perubahan hendaknya
senantiasa mengandung makna beralih dari keadaan sebelumnya (<i>the befor
condition</i>) belum mapan, tidak baik, tidak berkualitas, memiliki stigma
negatif menjadi berubah kepada keadaan setelahnya (<i>the after condition</i>)
yang sebaliknya. Namun perlu diingat bahwa melakukan perubahan tidak selalu
berlangsung dengan lancar, mengingat bahwa perubahan sering kali disertai aneka
macam konflik yang muncul. Munculnya konflik ini biasanya datang dari kelompok
yang pro akan kemapanan. Hal ini karena mereka terlanjur merasakan <i>enjoy</i>
dengan kebiasan yang telah dilakukan, sehingga tidak mau repot-repot lagi, atau
takut terhadap hal-hal yang tidak diketahui, takut bergesernya kemapanan yang
telah dinikmati dari segala aspeknya dan yang lainya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Resiko apapun yang terjadi tatkala melakukan
perubahan untuk menghapus stigma negatif perguruan tinggi agama Islam (PTAIS)
tentu harus berani kita hadapi bersama. Karena setiap perubahan tentu memiliki
resiko, baik bagi mahasiswa, dosen, tenaga administrasi ataupun <i>leader</i>
yang ada. Namun di sini kita tetap perlu memiliki,<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>mencanangkan dan menerapkan strategi untuk
memperkecil resiko yang tidak diinginkan itu sekecil-kecilnya, tetapi perubahan
besar yang diharapkan segera terwujud. Melakukan perubahan dalam keadaan yang
penuh dinamika, apalagi telah mengalami kerusakan, kekacauan (<i>turbulence</i>)
yang terjadi dewasa ini merupakan sebuah keharusan. Untuk itu upaya melakukan
perubahan sudah saatnya tidak boleh ditunda-tunda lagi dan jangan sampai menungguh
hingga semuanya mengalami kemunduran serta kehancuran. Jika dalam kondisi
semuanya sudah mengalami kemunduran, kehancuran kemudian baru<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>bergerak, maka percaya atau tidak kita akan
menemui dan merasakan penyesalan. Bagaiman menurut anda, apa berani melakukan
perubahan...?</span></div>
</w:wrap><br /></div>
Dr. KH. Djoko Hartono, S.Ag, M.Ag, M.Mhttp://www.blogger.com/profile/14742899674845229309noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1362725909558231320.post-56142856569745827152013-01-22T23:14:00.002-08:002013-01-22T23:14:33.354-08:00Pendidikan Nonformal Setara Dengan Formal<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Persaingan
dalam bisnis jasa tak terkecuali dalam jasa pendidikan memang tak terelakkan.
Fenomena di lapangan ini bisa saja kemudian memunculkan politik dalam dunia pendidikan.
Hal ini bukan tidak beralasan. Dalam minggu-minggu belakangan semua bisa
membaca di harian Jawa Pos/Metropolis tentang dipermasalahkannya eksistensi
lembaga pendidikan nonformal oleh dinas pendidikan kota Surabaya. Ini tentu cukup
dijadikan bukti. Ada beberapa kemungkinan kepentingan yang sangat tipis antara
membela kepentingan pengguna jasa yang dianggap dikecewakan dan kalahnya
persaingan lembaga-lembaga pendidikan formal selevel diploma dalam perikrutan
pengguna jasa. Selanjutnya bersinergi dengan dinas pendidikan setempat untuk
kemudian melemahkan eksistensi lembaga pendidikan nonformal yang lagi diminati
masyarakat. Selain itu dimungkinkan juga kurang/tidak ada distribusi upeti yang
dilakukan lembaga pendidikan nonformal kepada dinas yang bersangkutan. Kalau
itu semua benar tentu ini sangat mengeronikan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Persoalan
mengenai pengguna jasa yang dianggap dikecewakan dan dibohongi bisa jadi memang
ada. Namun itu terlalu mengada-ada karena selama ini jelas-jelas keberadaan
lembaga pendidikan nonformal itu bukan perguruan tinggi tetapi sebatas lembaga pendidikan
ketrampilan dan pelatihan kerja. Akan tetapi masyarakat (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">stakeholder</i>) pengguna jasa pendidikan nonformal menjadi benar-benar
terbohongi tatkala pengguna jasa setelah lulus diberi ijasah. Sebab ijasah hanya
boleh diberikan kepada mereka yang menempuh pendidikan formal. Adapun
pendidikan nonformal hanya boleh mengeluarkan sertifikat sebagai bukti tanda
lulus. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Kalau<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>memang sertifikat yang diberikan kepada
lulusannya, mengapa eksistensi lembaga pendidikan nonformal harus dipersoalkan
karena hanya menyebut setara dengan diploma, menyebut kampus dan mahasiswa/i.
Mempersoalkan itu terlalu berlebihan. Mengapa harus disalahkan dan dilarang
kalau seandainya di institusi pendidikan nonformal itu menyebut mahasiswa/i
kepada peserta didiknya. Sebab mereka yang belajar di sana tentu sudah lulus
SMA /SMK. Mereka memangnya harus dipanggil apa, kalau setelah tamat menjadi
siswa/i dari SMA/SMK dan melanjutkan pendidikan lagi walaupun pada lembaga
pendidikan nonformal. Bukannya yang tepat memang mahasiswa/i akan tetapi mahasiswa/i
nonformal atau maha santri bagi yang menjadi santri pondok pesantren mahasiswa (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">ma’had aly</i>). </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Selanjutnya
kalau mereka dalam menyelesaikan pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja di
lembaga pendidikan nonformal itu selama satu, dua atau tiga, maka apa salahnya
kalau juga disebut setara dengan diploma satu, dua atau tiga. Akan tetapi mereka
tetap sebagai mahasiswa/i diploma nonformal dan belum setara dengan hasil
pendidikan diploma formal. Hal ini karena mereka belum mengikuti dan lulus
dalam ujian penyetaraan yang sesuai </span><span lang="SV" style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: SV;">dengan standar nasional pendidikan</span><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Terlalu
eksklusif kalau sebutan istilah mahasiswa/i diploma itu hanya boleh diberikan
pada mereka yang mengenyam pendidikan formal saja tatkala peserta didik
melanjutkan pendidikannya setelah SMA/SMK. Justru yang terpenting sekarang
adalah bukti <i style="mso-bidi-font-style: normal;">output/outcome</i>-nya.
Walaupun lulusan pendidikan formal akan tetapi kalau tidak mampu menunjukkan
kualifikasi lulusan yang baik dan berkualitas tentu pasar akan tetap mencari
mereka yang berkualitas walaupun dari hasil pendidikan nonformal. Hal ini disebabkan
karena cara berfikir pasar sangat realistis dan pragmatis serta yang dibutuhkan
adalah bukti ketika bekerja kecuali dinas-dinas pemerintahan dalam perikrutannya
akan mencari mereka yang memiliki ijasah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<b><span style="font-size: 12.0pt;">Urgensi Pendidikan Bagi Seseorang</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Manusia
sesungguhnya merupakan makhluk yang<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>disebut sebagai <i>homosapien.</i> Agar dirinya menjadi lebih baik,
berkualitas, sukses dan lebih bermanfaat dalam menjalankan peran, tugas yang
diembannya, maka seseorang harus menyadari akan perlunya pendidikan. Hal ini
sangat beralasan karena menurut psikologi, pandangan seseorang terhadap dirinya
sangat mempengaruhi pendidikannya. Dengan<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>pendidikan maka membuat diri seseorang menjadi berada pada posisi yang
terhormat. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Untuk
itu siapa saja yang merasa sebagai manusia maka ia harus sadar untuk
mendidikkan dirinya dengan pendidikan yang ada, baik secara formal, informal
atau pun nonformal. Apalagi hidup di era globalisasi dengan krisis multidemensi
yang sarat akan berbagai persoalan yang komplek seperti saat ini, tentu sangat
dibutuhkan sumberdaya manusia (SDM) yang berkualitas. Hal ini karena dengan
pendidikan, seseorang akan menjadi berkembang cara berpikirnya, tertata
perilakunya, teratur emosionalnya, terampil dan terlalatih sehingga ia menjadi
mampu menjalankan peranannya sebagai manusia ketika hidup di dunia ini dan
mampu memanfaatkan dunia hingga meraih tujuan kehidupan sekaligus mengupayakan
perwujudannya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Bertitik
tolak dari keadaan ini maka pendidikan menjadi sangat urgen bagi setiap
individu manusia itu sendiri.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span></span><span lang="SV" style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: SV;">Jasa
pendidikan dapat diharapkan sejauh menyangkut <i>development</i> dan <i>becoming</i>
sesuai citra manusia. <i>Development</i> lebih banyak memperhatikan
perkembangan proses peralihan dari tahap ke tahap berikutnya serta
fungsi-fungsi psikologik yang menyertainya sedangkan <i>becoming</i> menunjuk
pada proses aktualisasi diri yang sedapat mungkin dirancang sesuai dengan
persepsi seseorang tentang citra dirinya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<b><span style="font-size: 12.0pt;">Pendidikan Formal Menyisahkan
Persoalan dan Kelemahan</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: SV;">Seiring dengan perkembangan zaman saat ini,
pendidikan formal yang ada dalam masyarakat ternyata menyisakan berbagai
persoalan serta kelemahan. Di antara persoalan itu yakni tidak ramah biaya.
(Kak Seto, 2007). Walaupun di era reformasi pendidikan ini pemerintah
mengalokasikan dana sebesar 20% dari dana APBN yang ada untuk pendidikan, akan
tetapi pada kenyataannya masyarakat yang mengikuti pendidikan formal harus
menanggung biaya yang semakin tidak murah. Masyarakat dituntut dan dihadapkan
dengan adanya banyaknya pungutan yang sudah ditentukan instiutsi pendidikan
formal. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: SV;">Beragam biaya inilah yang mengganjal masyarakat
untuk terus menyekolahkan anaknya. Walaupun menganggap sekolah<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>penting tetapi karena biaya sangat mahal,
orang tua berpikir dua kali<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>untuk
melanjutkan sekolah anaknya. Mereka menganggap semakin tinggi level pendidikan
semakin besar biaya yang harus ditanggung sehingga lebih mendorong anaknya
untuk bekerja atau kawin. Dari hasil survey paling tidak sedikitnya ada 17 pungutan
dana yang dibebankan kepada orang tua siswa. (Ade Irawan, dkk, 2004). </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: SV;">Adapun kelemahan dari pendidikan formal itu di
antaranya di samping mengandung manfaat lewat beban beratnya dalam mendidik
generasi muda, institusi pendidikan formal ini pun banyak menimbulkan kerawanan
yang nyaris membawa umat manusia ke dunia sia-sia, lemah, pasrah, serba bebas
atau paganisme. Selanjutnya dampak negatif pendidikan formal modern di
antaranya berkembangnya sikap eksklusif, kecenderungan meninggalkan budaya ketimuran,
munculnya kepribadian terbelah, salah kaprah tentang ijazah dan ujian, lahirnya
sumber daya manusia mekanik. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: SV;">Indonesia yang <i>notabene</i> memiliki masyarakat
dan penduduknya terbesar di dunia nampaknya belum boleh berbangga diri dan
masih perlu mereposisi institusi pendidikan formal yang ada. Hal ini karena
lembaga pendidikan ini masih belum mampu eksis sebagai institusi yang
menunjukkan tujuan pendidikan nasional dan cita-cita yang yang <i>kaffa</i>h.
Bahkan berdasar laporan Bank Dunia, secara umum kualitas sumber daya manusia
Indonesia belum sesuai harapan nasional bahkan cenderung menurun, apalagi
memenuhi standar internasional. Hal ini terbukti dari informasi yang di dapat
saat ini, masyarakat Indonesia yang ingin mendapat beasiswa belajar ke luar
negeri, tes perikrutannya yang dulu diserahkan panitia/pihak Indonesia sendiri
kini nampaknya sudah tidak lagi, dialihkan dan dilakukan sendiri oleh pihak
negara yang dituju.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: SV;">Menyimak uraian di atas maka model pendidikan formal
tidak salah kalau dikatakan menyisahkan persoalan dan kelemahan, terkesan
mahal, tidak selamanya menghantarkan <i>output</i>-nya menjadi manusia dewasa
yang saleh, berkualitas, mampu menghadapi problematika kehidupan, terkesan pula
banyak pengangguran yang dihasilkan serta tidak terlalu diakui dunia internasional.
Berangkat dari fenomena seperti dalam penjelasan di atas maka sesungguhnya
diperlukan model pendidikan nonformal sebagai alternatif model pendidikan untuk
dikembangkan. Selanjutnya tidak salah jika eksistensinya menjadi diminati
masyarakat Indonesia.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<b><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Pendidikan
Nonformal dan Informal Setara dengan Formal</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: SV;">Pendidikan untuk mengkualitaskan sumber daya manusia
ini menurut </span><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-style: italic;">UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional</span><span lang="SV" style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: SV;"> Bab IV
Pasal 13 ayat 1, sesungguhnya bisa dilakukan dengan cara formal, nonformal dan
informal. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Dalam bentuk formal seperti
sekolah dan atau madrasah, serta perguruan tinggi. Jenjang pendidikan formal
ini terdiri atas pendidikan dasar, menengah dan pendidikan tinggi. Jenis
pendidikan ini mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi,
keagamaan dan khusus. (Pasal 14, 15)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: SV;">Sedangkan menurut </span><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-style: italic;">UU RI No. 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional</span><span lang="SV" style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: SV;"> Bab IV Pasal 26 ayat 4, pendidikan dalam
bentuk nonformal seperti lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar,
pusat kegiatan belajar masyarakat, majlis taklim, serta satuan pendidikan yang
sejenis. Dalam bentuk informal seperti dalam Pasal 27 ayat 1 menyangkut kegiatan
pendidikan yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan
belajar secara mandiri. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: SV;">Hasil pendidikan nonformal menurut </span><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-style: italic;">UU RI No.
20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional<i>,</i></span><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: SV;"> <span lang="SV">Pasal
26 ayat 6 dan informal sesuai dengan Pasal 27 ayat 2 ini, sesungguhnya dapat
dihargai setara dengan hasil program formal setelah melalui proses penilaian
penyetaraan dan peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional
pendidikan.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: SV;">Berdasarkan landasan yuridis ini, nampaknya perlu
ditinjau ulang jika dalam operasionalitas empirik di lapangan ada pihak yang
mempermasalahkan tentang istilah-istilah seperti dalam pembahasan di atas. Hal
ini karena eksistensi lembaga pendidikan nonformal jelas-jelas memiliki payung
hukum yang syah. Apalagi jika dilihat pada Pasal 26 ayat 1 dinyatakan bahwa
pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan
layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau
pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: SV;">Dalam pasal ayat ini secara eksplisit semua bisa
membaca jika pendidikan nonformal itu berfungsi sebagai pengganti dan
seterusnya terhadap keberadaan pendidikan formal. Logikanya kalau pendidikan
tinggi formal ada istilah kampus, mahasiswa, jenjang diploma, strata satu dan
seterusnya mengapa pada pendidikan nonformal tidak boleh memakai istilah itu.
Ini semua kemudian menjadi pertanyaan besar, mengapa ada pihak-pihak yang
mempermasalahkan. Mungkinkah ada kepentingan politik<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>tertentu dalam pendidikan nonformal pada
tataran empiris di lapangan. Bagaimana menurut Anda...</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 238.5pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="mso-bidi-font-size: 12.0pt;">Penulis:</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 238.5pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="mso-bidi-font-size: 12.0pt;">Dr.
Djoko Hartono, M.Ag, MM</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 238.5pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="mso-bidi-font-size: 12.0pt;">Dosen
Etika & Politik Pendidikan serta</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 238.5pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="mso-bidi-font-size: 12.0pt;">Direktur
PPs STAI Al-Khoziny Buduran Sidoarjo</span></i></div>
<br /></div>
Dr. KH. Djoko Hartono, S.Ag, M.Ag, M.Mhttp://www.blogger.com/profile/14742899674845229309noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1362725909558231320.post-27469955207451029972013-01-22T23:12:00.003-08:002013-01-22T23:12:12.767-08:00Pengembangan Manajemen Pondok Pesantren Dalam Menghadapi Globalisasi<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Stigma buruk
akan manajemen pondok pesantren (ponpes) di negeri ini nampaknya belum lenyap
betul. Jeleknya manajemen ponpes menyebabkan institusi pendidikan nonformal ini
dianggap sebagai lembaga pendidikan yang tetap melanggengkan status qua-nya
sebagai institusi pendidikan yang tradisional, konservatif, dan terbelakang. Anehnya
institusi pendidikan ini tetap diminati masyarakat dan tetap eksis dari tahun
ke tahun. Namun demikian tidak sedikit di antara ponpes yang ada, yang dulu
memiliki banyak santri kemudian menjadi tidak berpenghuni. Hingga belakangan
muncul ponpes tanpa santri.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Memasuki era
globalisasi saat ini, keberadaan ponpes sebagai lembaga pendidikan Islam tertua
di negeri ini tentu harus dikelola (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">manaj</i>)
dengan lebih professional jika tidak ingin ditinggalkan masyarakat sebagai <i style="mso-bidi-font-style: normal;">stakeholder</i>. Arus global saat ini
menjadikan dunia informasi dan pengetahuan semakin mudah diakses masyarakat. Untuk
itu tidak menaruh kemungkinan ponpes yang dulu dijadikan pusat kajian keislaman
dan pengamalannya sekaligus, pada saatnya menjadi tidak diminati dan
ditinggalkan masyarakat sebagai pengguna jasa. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Hal ini sangat
beralasan karena kecenderungan masyarakat saat ini dalam mengkaji, memahami dan
mengamalkan ajaran keagamaan dari hasil penelitian penulis cenderung mengalami
kesadaran. Mereka menjadi santri dalam ruang global, dalam dunia maya, yang
kehadiarannya tanpa terikat dengan sekat dinding dan pagar yang tinggi
mengelilingi dan membatasi aktivitas kesehariannya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Dari hasil
laporan penelitian yang penulis lakukan pada tahun 2009/2010 terhadap 30 kepala
sekolah favorit yang bernuansa Islam di Surabaya menunjukkan bahwa mereka yang
bukan alumni ponpes dengan jumalah 15 orang, pemahaman dan tingginya kesadaran
untuk melaksanakan sebagian dari ajaran Islam (spiritualitas) cenderung hampir
menyamai bahkan ada yang melebih baik dari mereka yang alumni ponpes yang
jumlahnya 15 pula. (Hartono, 2011: 84)</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center; text-indent: 36.0pt;">
Tabel.
1</div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center; text-indent: 36.0pt;">
Pemahaman
dan Kesadaran Aktivitas Keagamaan</div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center; text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoTableGrid" style="border-collapse: collapse; border: none; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-padding-alt: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-yfti-tbllook: 480;">
<tbody>
<tr style="height: 13.05pt; mso-yfti-firstrow: yes; mso-yfti-irow: 0;">
<td style="border: solid windowtext 1.0pt; height: 13.05pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 143.1pt;" valign="top" width="191">
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
Bentuk Aktivitas</div>
</td>
<td style="border-left: none; border: solid windowtext 1.0pt; height: 13.05pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 143.1pt;" valign="top" width="191">
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
Alumni Ponpes</div>
</td>
<td style="border-left: none; border: solid windowtext 1.0pt; height: 13.05pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 169.2pt;" valign="top" width="226">
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
Bukan Alumni Ponpes</div>
</td>
</tr>
<tr style="height: 13.05pt; mso-yfti-irow: 1;">
<td style="border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; height: 13.05pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 143.1pt;" valign="top" width="191">
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Salat Tahajud</div>
</td>
<td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; height: 13.05pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 143.1pt;" valign="top" width="191">
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
12 Orang</div>
</td>
<td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; height: 13.05pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 169.2pt;" valign="top" width="226">
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
10 Orang</div>
</td>
</tr>
<tr style="height: 13.05pt; mso-yfti-irow: 2;">
<td style="border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; height: 13.05pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 143.1pt;" valign="top" width="191">
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Salat Duha</div>
</td>
<td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; height: 13.05pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 143.1pt;" valign="top" width="191">
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
10 Orang</div>
</td>
<td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; height: 13.05pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 169.2pt;" valign="top" width="226">
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
8 Orang</div>
</td>
</tr>
<tr style="height: 13.05pt; mso-yfti-irow: 3;">
<td style="border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; height: 13.05pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 143.1pt;" valign="top" width="191">
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Salat Hajat</div>
</td>
<td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; height: 13.05pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 143.1pt;" valign="top" width="191">
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
6 Orang</div>
</td>
<td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; height: 13.05pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 169.2pt;" valign="top" width="226">
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
7 Orang</div>
</td>
</tr>
<tr style="height: 13.8pt; mso-yfti-irow: 4; mso-yfti-lastrow: yes;">
<td style="border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; height: 13.8pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 143.1pt;" valign="top" width="191">
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Puasa Senin Kamis</div>
</td>
<td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; height: 13.8pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 143.1pt;" valign="top" width="191">
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
8 Orang</div>
</td>
<td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; height: 13.8pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 169.2pt;" valign="top" width="226">
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
7 Orang</div>
</td>
</tr>
</tbody></table>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-list: l5 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="mso-list: Ignore;">A.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Urgensi Pengembangan
Manajemen Bagi Pondok Pesantren (Ponpes)</b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<st1:place w:st="on">Para</st1:place> ahli nampaknya berpandangan tidak
sama di dalam mendefinisikan manajemen itu sendiri. Untuk itu tidak mudah
memberi arti universal yang dapat diterima oleh semua orang. Namun demikian
kebanyakan para pakar menyatakan bahwa manajemen sejatinya merupakan suatu
proses yang menggunakan kemampuan atau keahlian untuk mencapai tujuan dan dalam
pelaksanaannya dapat mengikuti alur keilmuan secara ilmiah dan dapat pula
menonjolkan kekhasan atau gaya manajer dalam mendayagunakan kemampuan orang
lain.</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Setiap pembicaraan yang di arahkan kepada manajemen maka yang terlintas
seringkali adalah perusahaan-perusahaan besar, raksasa, maju, berkelas dunia.
Sesungguhnya penerapan dan pengembangan manajemen yang baik dan professional
bukan hanya dibutuhkan dan milik perusahaan-perusahaan yang sukses tersebut.
Manajemen sejatinya merupakan bagian ilmu pengetahuan yang bersifat universal.
Selain sebagai ilmu, manajemen sejatinya juga sebagai seni, yang eksistensinya
juga dibutuhkan untuk semua tipe kegiatan yang diorganisasi dan dalam semua
tipe organisasi. Dalam prakteknya manajemen dibutuhkan dan penting untuk
dikembangkan di mana saja jika ada sekolompok orang bekerja bersama
(berorganisasi) untuk mencapai tujuan bersama (Handoko, 1999: 3). </div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Manajemen dikatakan sebagai ilmu selain karena bersifat universal, ia
mempergunakan kerangka ilmu pengetahuan yang sistematis, mencakup
kaidah-kaidah, prinsip-prinsip dan konsep-konsep serta dapat diterapkan dalam
semua organisasi manusia. (Handoko, 1999: 6) </div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Adapun menurut Mulyati dan Komariah (2009: 86) manajemen dikatakan
sebagai ilmu karena menekankan perhatian pada keterampilan dan kemampuan
manajerial menyangkut keterampilan/kemampuan teknikal, manusiawi, dan
konseptual. Sedang manajemen sebagai seni karena tercermin dari perbedaan <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">gaya</st1:city></st1:place> (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">style</i>) seseorang dalam menggunakan atau memberdayakan orang lain
untuk mencapai tujuan. Selain sebagai ilmu dan seni, manajemen menurut Mulyati
dan Komariah ternyata juga sebaga proses. Hal ini karena aktivitas manajemen ternyata
membutuhkan langkah yang sistematis dan terpadu.</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Untuk itu maka pengembangan manajemen tidak hanya berguna bagi
organisasi yang berorientasi <i style="mso-bidi-font-style: normal;">profit</i>
(bisnis). Pengembangan manajemen sejatinya juga berguna bagi organisasi seperti
ponpes, rumah sakit, sekolah dan yang lain. Apun urgensi pengembangan manajemen
ini sesungguhnya sebagai alat untuk mencapai tujuan organisasi yang diinginkan.
Dengan manajemen, daya guna dan hasil guna unsur-unsur manajemen akan dapat
ditingkatkan.(Hasibuan, 2001:1) Adapun unsur-unsur manajemen itu sendiri terdiri
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">man, money, methode, machines, materials</i>
dan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">market</i> serta <i style="mso-bidi-font-style: normal;">spirituality</i>. Keenam unsur ini sesungguhnya menjadi asset
organisasi apa saja, yang jika dikelola (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">manaj</i>)
dengan baik tentu akan menghantarkan organisasi tersebut mencapai kesuksesan
sesuai dengan tujuan yang diharapkan. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>(Hartono,
2011: 8).</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Selanjutnya menurut Handoko (1999: 6-7) urgensi pengembangan manajemen
bagi sebuah organisasi termasuk di sini untuk ponpes yakni :</div>
<ol start="1" style="margin-top: 0cm;" type="1">
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l4 level1 lfo2; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify;">Untuk mempermudah organisasi (ponpes) mencapai
tujuan yang diharapkan.</li>
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l4 level1 lfo2; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify;">Untuk menjaga keseimbangan di antara tujuan-tujuan,
sasaran-sasaran dan kegiatan-kegiatan yang saling bertentangan dari
pihak-pihak yang berkepentingan dalam organisasi seperti pemilik dan
tenaga pendidik/kependidikan, peserta didik, orang tua, masyarakat,
pemerintah dan yang lainnya.</li>
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l4 level1 lfo2; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify;">Untuk mencapai efisiensi dan efektifitas kerja
organisasi dalam rangka meraih tujuan yang ada.</li>
</ol>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengembangan manajemen sangat
urgen bagi ponpes dalam menghadapi globalisasi. Eksistensi manajemen sangat
dibutuhkan ponpes itu sendiri. Karena tanpa manajemen, semua usaha akan menjadi
sia-sia, tidak terarah dan pencapaian tujuan ponpes yang ada akan lebih sulit
dan tidak optimal.</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-list: l5 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="mso-list: Ignore;">B.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Pengembangan
Bidang-Bidang Manajemen Pondok Pesantren</b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Uraian di atas telah menyinggung tentang definisi manajemen yang di
antara para pakar berbeda-beda dalam mendefinisikannya. Hal ini bisa dilihat
dari pernyataan Stoner (1982:8) bahwa manajemen adalah proses perencanaan,
pengorganisasian, , pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota
organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Gulick (1965: 14) mendefinisikan bahwa
manajemen adalah suatu bidang ilmu pengetahuan (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">science</i>) yang berusaha secara sistematis untuk memahami mengapa dan
bagaimana manusia bekerja bersama untuk mencapai tujuan dan membuat system
kerjasama ini lebih bermanfaat bagi kemanusiaan.</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Menurut Gulick manajemen telah memenuhi persyaratan untuk disebut
bidang ilmu pengetahuan, karena telah dipelajari untuk waktu yang lama dan
telah diorganisasi menjadi suatu rangkaian teori. Teori-teori ini masih terlalu
umum dan subjektif. Akan tetapi teori manajemen selalu diuji dalam praktek,
sehingga manajemen sebagai ilmu akan terus berkembang. Sedang menurut Follett
bahwa manajemen adalah seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.
Untuk itu manajemen sesungguhnya bukan hanya merupakan ilmu atau seni, tetapi
kombinasi dari keduanya. Kombinasi ini tidak dalam proporsi yang tetap tetapi
dalam proporsi yang bermacam-macam dan terus mengalami pengembangan.</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<v:rect id="_x0000_s1026" strokecolor="white" style="height: 2in; left: 0; margin-left: 198pt; margin-top: 24.05pt; position: absolute; text-align: left; text-indent: 0; width: 252pt; z-index: 251657728;"><span style="height: 198px; left: 0px; margin-left: 263px; margin-top: 31px; mso-ignore: vglayout; position: absolute; width: 342px; z-index: 251657728;">
</span></v:rect></div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0">
<tbody>
<tr>
<td bgcolor="white" height="198" style="background: white; border: .75pt solid white; vertical-align: top;" width="342"><span style="left: 0pt; mso-ignore: vglayout; position: absolute; z-index: 251657728;">
<table cellpadding="0" cellspacing="0" style="width: 100%px;">
<tbody>
<tr>
<td>
<div class="shape" style="padding: 4.35pt 7.95pt 4.35pt 7.95pt;" v:shape="_x0000_s1026">
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-list: l2 level1 lfo3; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="mso-list: Ignore;">11.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span>Manajemen kelas</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-list: l2 level1 lfo3; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="mso-list: Ignore;">12.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span>Manajemen system informasi dan teknologi</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-list: l2 level1 lfo3; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="mso-list: Ignore;">13.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span>Manajemen kurikulum</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-list: l2 level1 lfo3; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="mso-list: Ignore;">14.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span>Manajemen peserta didik</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-list: l2 level1 lfo3; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="mso-list: Ignore;">15.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span>Manajemen tenaga didik dan kependidikan</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-list: l2 level1 lfo3; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="mso-list: Ignore;">16.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span>Manajemen pesantren, orang tua dan masyarakat</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-list: l2 level1 lfo3; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="mso-list: Ignore;">17.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span>Manajemen kepemimpinan</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-list: l2 level1 lfo3; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="mso-list: Ignore;">18.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span>Manajemen lingkungan</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-list: l2 level1 lfo3; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="mso-list: Ignore;">19.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span>Manajemen sarana prasarana</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
</div>
</td>
</tr>
</tbody></table>
</span> </td>
</tr>
</tbody></table>
Akibat pengembangan manajemen ini maka akan kita temui
bidang-bidang manajemen yang meliputi :
<ol start="1" style="margin-top: 0cm;" type="1">
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l3 level1 lfo4; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify;">Manajemen sumber daya manusia</li>
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l3 level1 lfo4; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify;">Manajemen keuangan</li>
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l3 level1 lfo4; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify;">Manajemen produksi </li>
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l3 level1 lfo4; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify;">Manajemen pemasaran</li>
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l3 level1 lfo4; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify;">Manajemen perkantoran</li>
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l3 level1 lfo4; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify;">Manajemen risiko</li>
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l3 level1 lfo4; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify;">Manajemen mutu</li>
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l3 level1 lfo4; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify;">Manajemen konflik</li>
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l3 level1 lfo4; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify;">Manajemen perubahan</li>
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l3 level1 lfo4; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify;">Manajemen strategi</li>
</ol>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Bidang-bidang manajemen tersebut tentu dalam implementasinya bisa
diterapkan dan dikembangkan dalam pondok pesantren (ponpes) sebagai lembaga
pendidikan nonformal yang ada. <st1:place w:st="on">Para</st1:place>
pengasuh/pengelola ponpes akan lebih baik jika dalam menjalankan roda
organisasi mampu mengelola bidang-bidang tersebut. </div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Lebih-lebih ponpes yang ada di arus globalisasi, harus terus berbenah
diri dan siap melakukan perubahan jika tidak ingin ditinggalkan masyarakat
sebagai <i style="mso-bidi-font-style: normal;">stakeholder</i>, pengguna jasa
ponpes. Suka tidak suka semua akan merasakan dan hidup dalam era <i style="mso-bidi-font-style: normal;">millennium</i> ketiga ini. Dalam era ini
wajah dunia dari hari ke hari kian berubah. Perubahan itu benar-benra kasat
mata di sekitar kita. </div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Perubahan tersebut ditandai dengan adanya fenomena bangunan fisik,
produk teknologi, mobilitas penduduk, media komunikasi, system transportasi,
arus informasi, arus barang, jasa dan lainnya. Perubahan-perubahan ini tentu
juga akan berpengaruh terhadap wajah peradaban umat manusia. (Sudarwan Danim,
2010: 1). Untuk itu ponpes sebagai institusi pendidikan Islam nonformal tertua
di negeri ini nampaknya perlu juga mereposisi manajemen yang ada sebelumnya.
Selanjutnya para pengelola/pengasuh ponpes harus berani dan mau mengembangkan
manajemen yang ada guna mengantisipasi perubahan zaman saat ini dan yang akan
datang. </div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Hal ini karena era sekarang dan masa mendatang menuntut manusia dan
organisasinya memiliki daya adaptabilitas dan mutu yang tinggi untuk dapat
eksis dan kompetitif. Mereka yang mampu menyiapkan diri dengan mutu yang tinggi
akan menjelma menjadi pemenang. Sedang mereka yang tidak mampu menyiapkan diri
maka akan menjadi kelompok yang kalah (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">losers</i>).</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Menyikapi fenomena dalam era globalisasi ini, KH. Sahal Mahfudz (1994)
mengatakan bahwa, “Kalau pesantren ingin berhasil dalam melakukan pengembangan
masyarakat, maka pesantren harus melengkapi dirinya dengan tenaga yang terampil
mengelola (memanajemen) sumber daya yang ada di lingkungannya, di samping
syarat lainnya. Pesantren harus tetap menjaga potensinya sebagai lembaga
pendidikan”.</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Untuk itu ponpes tidak boleh tergilas dengan zaman dan kemudian musnah.
Ponpes dalam eksistensinya tidak boleh menutup (mengisolasi) diri dari
perubahan dan perkembangan zaman, tetapi ponpes tetap harus berani menunjukkan
eksistensi diri sebagai lembaga pendidikan Islam yang tetap memiliki
kekhasannya. Dalam filosofi orang jawa dikatakan, “<i style="mso-bidi-font-style: normal;">bakal teko jaman perubahan lan kemajuan, siro keno ngeli ning ojo keli</i>”.
Akan datang jaman perubahan dan kemajuan, manusia boleh mengikuti arus
perubahan akan tetapi jangan terhanyut dalam arus tersebut. Untuk itu manajemen
sangat dibutuhkan ponpes jika ingin tetap eksis dan terus ikut memberi
kontribusi positif serta turut mewarnai peradaban dunia di era globalisasi
dalam millennium ketiga saat ini.</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; mso-list: l5 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="mso-list: Ignore;">C.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Mengelola
Perubahan Pondok Pesantren</b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Manajemen perubahan adalah suatu proses sistematis dalam menerapkan
pengetahuan, sarana dan sumber daya yang diperlukan untuk mempengaruhi
perubahan. Adapun manfaat manajemen perubahan ini sejatinya untuk memberikan
solusi dari dampak perubahan yang ada dengan menggunakan metode serta melakukan
pengelolaan dampak perubahan tersebut secara terorganisir.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>(Nur Nasution, 2010: 20).</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Ada</st1:city></st1:place>
banyak stigma negative yang di alamatkan kepada ponpes dalam perkembangannya.
Terlepas dari banyak pula kontibusi positif ponpes yang diberikan kepada
masyarakat dan bangsa ini. Kritikan ini patut disikapi dengan arif dan tidak
mengedepankan emosional. Demi kebaikan dan penyempurnaan dalam memberikan
pelayanan kepada umat tidak ada salahnya kalau kita melakukan evaluasi
internal. </div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Di antara stigma negative tersebut misalnya, dikelola dengan
kepemimpinan sentralistik, rigit, otoriter, diajar dan dididik para ustadz yang
konservatif, lingkungan yang kumuh, kurikulumnya klasik, system social yang
tertutup sehingga jauh dari sentuhan informasi dan teknologi yang telah
berkembang di dunia luar, kumpulan orang-orang malas (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">nglomprot</i>), tidak memiliki produktivitas yang tinggi, hanya
mementingkan sholih individual dan kurang memperhatikan shalih social serta
yang lainnya. </div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Stigma negative seperti di atas tentu harus ditinjau ulang. Hal ini
karena saat ini telah banyak pula ponpes yang mulai berbenah diri untuk
menyempurnakan eksistensinya dalam menyikapi stigma negative tersebut. Bahkan
disebagian ponpes yang ada telah dimanajemen dengan menggunakan manajemen
modern yang professional. Sehingga kesan negative tersebut tidak terjadi lagi.</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Untuk melakukan perubahan terhadap sesuatu budaya yang telah mapan
memang tidak mudah. Untuk itu diperlukan <span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">kometmen untuk mau dan berani melakukan perubahan. Menurut Jones (1998:
513-515) bahwa perubahan ini tentu bisa dilakukan dengan cara evolusioner dan
atau revolusioner.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Upaya melakukan perubahan
dari segala aspeknya seperti di atas tentu harus tetap menimbulkan kondisi yang
lebih baik, sebab tidak semua perubahan yang terjadi akan menimbulkan kondisi
yang lebih baik. Perubahan yang tidak direncanakan, spontan, acak tentu akan
menimbulkan kondisi yang tidak diinginkan dan bisa bersifat merusak (<i>destruktif</i>).
Perubahan hendaknya senantiasa mengandung makna beralih dari keadaan sebelumnya
(<i>the befor condition</i>) belum mapan, tidak baik, tidak berkualitas, memiliki
stigma negatif menjadi berubah kepada keadaan setelahnya (<i>the after
condition</i>) yang sebaliknya. (Winardi, 2010:1) </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Namun perlu diingat bahwa
melakukan perubahan tidak selalu berlangsung dengan lancar, mengingat bahwa
perubahan sering kali disertai aneka macam pertentangan dan konflik yang
muncul. Munculnya pertentangan dan konflik ini biasanya datang dari kelompok
yang pro akan kemapanan. Hal ini karena mereka terlanjur merasakan <i>enjoy</i>
dengan kebiasaan yang telah dilakukan, sehingga tidak mau repot-repot lagi,
atau takut terhadap hal-hal yang tidak diketahui, malas dan mengisolasi diri
dari mengakses informasi yang terkini, <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>takut bergesernya kemapanan ekonomi yang telah
dinikmati dari segala aspeknya dan yang lainya. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Hal ini seperti yang
jelaskan Robbins (1991: 632-644). Menurutnya ada lima macam alasan mengapa
individu-individu menentang perubahan:</span></div>
<ol start="1" style="margin-top: 0cm;" type="1">
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l1 level1 lfo5; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Perasaan
takut terhadap hal-hal yang tidak diketahui</span></li>
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l1 level1 lfo5; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Faktor-faktor
ekonomi</span></li>
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l1 level1 lfo5; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Kepastian</span></li>
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l1 level1 lfo5; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Kebiasaan</span></li>
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l1 level1 lfo5; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Pemrosesan
informasi secara selektif</span></li>
</ol>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Selanjutnya selain dari
tentangan perilaku individu seperti penjelasan di atas, ternyata penyebab
perubahan tidak selalu berlangsung dengan lancar karena adanya tentangan dari
perilaku keorganisasian yang memiliki sifat konservatif. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Menurut Winardi (2010: 7)
ada enam penyebab timbulnya tentangan-tentangan keorganisasian yakni: </span></div>
<ol start="1" style="margin-top: 0cm;" type="1">
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l0 level1 lfo6; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Ancaman
terhadap alokasi sumber-sumber daya yang berlaku </span></li>
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l0 level1 lfo6; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Ancaman
terhadap hubungan-hubungan kekuasaan yang sudah mapan, </span></li>
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l0 level1 lfo6; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Ancaman
bagi ekspertise (keahlian)</span></li>
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l0 level1 lfo6; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Inertia
(kelambanan) struktural </span></li>
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l0 level1 lfo6; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Inertia
kelompok</span></li>
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l0 level1 lfo6; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Fokus
perubahan yang terbatas</span></li>
</ol>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Untuk itu pengelola/pengasuh
ponpes dalam hal ini harus berani mengahadapi resiko apapun dan
tentangan-tentangan yang terjadi tatkala melakukan perubahan. Namun demikian
hrus tetap menggunakan metode/teknik serta menerapkan strategi untuk
memperkecil resiko yang tidak diinginkan itu sekecil-kecilnya, tetapi perubahan
besar yang diharapkan segera terwujud. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Melakukan perubahan dalam
keadaan dan situasi yang penuh dinamika seperti saat ini, apalagi jika telah
mengalami kerusakan, kekacauan (<i>turbulence</i>) merupakan sebuah keharusan.
Untuk itu upaya melakukan perubahan sudah saatnya tidak boleh ditunda-tunda
lagi dan jangan sampai menungguh hingga semuanya mengalami kemunduran serta
kehancuran. Jika dalam kondisi semuanya sudah mengalami kemunduran, kehancuran
kemudian baru<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>bergerak, maka percaya
atau tidak kita akan menemui dan merasakan penyesalan. Betapa tidak, hal ini
menyebabkan ponpes yang dulunya menjadi pusat pendidikan pada akhirnya hanya
tinggal bangunannya saja. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">D</span>alam rangka untuk
memperkecil resiko dan mengatasi berbagai tentangan terhadap perubahan tersebut
maka ada enam macam taktik yang disarankan untuk diterapkan oleh agen
perubahan. Adapun taktik yang dimaksud adalah sebagai berikut yakni perlu
diberikan pendidikan dan komunikasi yang baik, partisipasi, fasilitas dan
bantuan, negosiasi, manipulasi (memanfaatkan informasi dan insenstif agar
perubahan bisa diterima) dan kooptasi (mempengaruhi pihak penentang agar
membantu perubahan), paksaan (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">coercion</i>).
(Robbins, 1991: 643-644).</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Demikian uraian tentang mengelola perubahan ponpes. Untuk itu para
pengelola/pengasuh ponpes sudah saatnya perlu memandang kegiatan mereka dalam
hal memanaj perubahan sebagai suatu tanggung jawab yang bersifat integral dan
bukan sekedar sebagai kegiatan yang sambil lalu. Mereka yang mengabaikannya
tentu akan mengalami dampak negative.</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 189.0pt;">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="color: black;">* Penulis:</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 198.0pt;">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="color: black;">Dosen Fakultas Tarbiyah & Pascasarjana
IAIN Sunan Ampel <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Surabaya</st1:city></st1:place></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 198.0pt;">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="color: black;">Direktur Program Pascasarja STAI Al-Khoziny
Buduran Sidoarjo</span></i></div>
<i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">Direktur
Ponpes Mahasiswa Jagad Alimussirry <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Surabaya</st1:city></st1:place></span></i>
<br /></div>
Dr. KH. Djoko Hartono, S.Ag, M.Ag, M.Mhttp://www.blogger.com/profile/14742899674845229309noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1362725909558231320.post-84088074386941088782013-01-22T23:01:00.005-08:002013-01-22T23:01:50.314-08:00STUDI KELAYAKAN PONDOK PESANTREN (PONPES) (Menakar Eksistensi Pondok Pesantren di Era Globalisasi) <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<span style="color: black; font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;"><span style="mso-list: Ignore;">A.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="background: #F7F0E9; color: black; font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;">Pondok
Pesantren dan Globalisasi</span></div>
<h3 style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="background: #F7F0E9; color: black; font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;">Ponpes sejatinya merupakan institusi pendidikan
Islam nonformal, swasta yang eksistensinya sejak munculnya mengalami perubahan
dan perkembangan, serta tetap bertahan dengan karakteristiknya yang khas.
(Masyhud, dkk, 2003: 4). Di antara ponpes tersebut dalam perjalanannya ada yang
telah melakukan perubahan dan banyak pula yang masih mempertahankan system
pendidikan tradisionalnya. Untuk itu secara umum ponpes dalam penerapan
manajemennya boleh dikata masih konvensional dan menghadapi kendala serius
menyangkut ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang kurang professional
pula. </span></h3>
<h3 style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="background: #F7F0E9; color: black; font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;">Hal ini misalnya dapat dilihat dari tiadanya
pemisahan yang jelas antara yayasan, pemimpin madrasah, guru dan staf
administrasi, tidak adanya transparansi pengelolaan sumber-sumber keuangan,
belum terdistribusinya peran pengelolaan pendidikan, banyaknya penyelenggaraan
administrasi yang tidak sesuai dengan standar, serta unit-unit kerja tidak
berjalan sesuai aturan baku organisasi.( Masyhud, dkk, 2003: 8, 16).</span></h3>
<h3 style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="background: #F7F0E9; color: black; font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;">Ponpes yang sesungguhnya memiliki potensi pendidikan
dan pengembang masyarakat (Saefudin Zuhri & Marzuki Wahid, dkk, 1999). Sampai
kapan pun ponpes tentu tetap dibutuhkan jika dalam dunia globalisasi saat ini
mampu menyuguhkan dirinya kepada pengguna jasa (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">stakeholder</i>) dengan pola dan menu yang dibutuhnya masyarakat sesuai
dengan konteks zaman yang ada.</span></h3>
<h3 style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="background: #F7F0E9; color: black; font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;">Selanjutnya perlu di ketahui bahwa dunia global saat
ini ditandai dengan arus pergerakan yang bebas lintas batas geografis dari
barang, jasa, orang-orang, keahlian dan gagasannya. Pergerakan yang bebas
tersebut relative tidak terhambat oleh batas-batas artifisial seperti tarif.
Dunia global ini secara signifikan memperluas dan membuat lingkungan persaingan
semakin kompleks. (Murtha, Lenway & Bagozzi, 1998: 97-114). </span></h3>
<h3 style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="background: #F7F0E9; color: black; font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;">Kondisi seperti ini sesungguhnya menuntut agar
ponpes mau dan berani mereposisi diri. Mengingat eksistensinya menjadi salah
satu <i style="mso-bidi-font-style: normal;">agant of change</i> masyarakat
muslim maka pihak pengelola/pengasuh ponpes yang ada dalam arus globalisasi ini
harus mempertimbangkan ulang peluang, tantang, kekuatan dan kelemahan yang
dimiliki ponpes tersebut. Sebab menurut para pakar manajemen strategis seperti <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Hitt</st1:city>, <st1:country-region w:st="on">Ireland</st1:country-region></st1:place>
& Hoskisson (2001: 12) bahwa dalam dunia global seperti saat ini tentu akan
memunculkan peluang dan tantangan tersendiri. </span></h3>
<h3 style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="background: #F7F0E9; color: black; font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;">Selanjutnya mereka juga mengatakan bahwa globalisasi
adalah penyebaran inovasi ke seluruh dunia dan penyesuaian politis dan budaya
yang menyertai pernyebaran tersebut. Globalisasi mendorong integrasi
internasional. (Hitt,dkk, 2001: 14). </span></h3>
<h3 style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="background: #F7F0E9; color: black; font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;">Dengan demikian globalisasi akan meningkatkan
kisaran peluang bagi ponpes-ponpes yang ada sekaligus berkompetisi di
lingkungan persaingan abad 21 di era millennium ketiga ini. Menurut Hamilton
(1999) seperti yang dikutib Hitt,dkk (2001: 16) bahwa dalam lingkungan
persaingan abad 21, daya saing strategis akan didapatkan hanya oleh mereka yang
mampu memenuhi standar global yakni kualitas yang bisa diterima internasional.
Standar ini tidak statis, membutuhkan usaha, memerlukan perbaikan terus
menerus.</span></h3>
<h3 style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="background: #F7F0E9; color: black; font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;">Untuk itu menjadi tugas bersama para
pengelola/pengasuh ponpes melakukan upaya dan membuat serta meningkatkan strategi
agar ponpes sebagai institusi pendidikan Islam yang memiliki cirri khas
tersendiri pada saatnya menjadi rujukan umat Islam di dunia. Mereka kemudian
menjadi berpaling menuju ponpes dan menjadikan ponpes sebagai alternative utama
tempat pendidikan masyarakat.</span></h3>
<h3 style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 9.75pt; mso-list: l2 level1 lfo5; tab-stops: list 36.0pt; text-indent: -18.0pt;">
<span style="color: black; font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;"><span style="mso-list: Ignore;">B.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="background: #F7F0E9; color: black; font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;">Menakar
Eksistensi Pondok Pesantren </span></h3>
<h3 style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="background: #F7F0E9; color: black; font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;">Untuk mewujudkan harapan seperti di atas, bahwa
ponpes menjadi alternative utama tempat pendidikan masyarakat dunia maka para
pengelola/pengasuh ponpes saat ini harus mau menakar akan eksistensi ponpes
mereka. Untuk itu Visi, misi, tujuan, nilai karakteristik ponpes tentu harus
dicanangkan. Studi kelayakan dan perencanaan strategi juga harus dilakukan. Ini
semua merupakan bagian pengembangan manajemen ponpes yang harus diketahui dan diaplikasikan
oleh para pengelola/pengasuh ponpes yang ada dalam rangka meraih impian yang
diharapkan.</span></h3>
<h3 style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="background: #F7F0E9; color: black; font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;">Mencangkan visi, misi, nilai-nilai, tujuan ponpes
tentu sangat penting. Hal ini karena keberadaannya memperjelas arah mana yang
hendak dituju, jenis institusi seperti apa yang mereka diharapkan nantinya.
Dalam hal ini pakar manajemen dan ekonomi Indonesia Renald Kasali (2011)
mengatakan bahwa organisasi-organsiasi/perusahaan besar yang memiliki daya
saing global memiliki visi yang jelas dan tidak bertele-tele.</span></h3>
<h3 style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="background: #F7F0E9; color: black; font-size: 12.0pt;"><o:p> </o:p></span></i></h3>
<h3 style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="background: #F7F0E9; color: black; font-size: 12.0pt;">Pertama tentang Visi</span></i></h3>
<h3 style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="background: #F7F0E9; color: black; font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;">Stetemen visi ini mengisyaratkan tujuan puncak dari
sebuah institusi dan untuk apa visi itu dicapai. Visi yang baik tidak perlu
bertele-tele, tetapi harus singkat, langsung dan menunjukkan tujuan puncak
institusi. (Edward Sallis, 2010: 216). Hal senada juga dikemukakan </span><span style="font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;">Reuben
Mark, CEO dari Colgate. Ia menegaskan bahwa visi hendaknya yang jelas dan harus
semakin masuk akal secara internasional, sederhana tetapi membangkitkan
semangat. (Brian Dumaine, 1989: 50) Menurut Fred R. David (2002: 83) bahwa
pernyataan visi<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>menjawab pertanyaan
“Kita ingin menjadi seperti apa?” dan visi diperlukan untuk memotivasi kerja
secara efektif. </span></h3>
<h3 style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="background: #F7F0E9; color: black; font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;">Beberapa contoh visi institusi dalam dunia komersil,
“IBM adalah <i style="mso-bidi-font-style: normal;">layanan”</i>, <st1:place w:st="on">Disneyland</st1:place>: “<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Kami
menciptakan kegembiraan”</i>. Perusahaan computer: “<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Kami membuat computer tercepat di dunia”</i>, Perusahaan
telekomunikasi: “<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Pelayanan telepon untuk
setiap orang</i>”. Visi Presiden Amerika Serikat, John F. Kennedy (1961) yakni:
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">M</i></span><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;">encapai bulan sebelum dekade ini berakhir</span></i><span style="font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;">. </span></h3>
<h3 style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;">Delapan
tahun kemudian pada 20 Juli 1969, Neil Armstrong dan Buzz Aldrin mendarat ke
bulan sehingga Amerika merasa percaya diri lagi. Pada hal sebelumnya Uni Soviet
mengejutkan dunia dengan meroketkan satelit ke orbit Bumi dan Yuri Gagarin
menjadi manusia pertama ke ruang angkasa. Pada saat itu Amerika dan
masyarakatnya hanya menjadi penonton dengan takjub dan kagum serta penuh dengan
kekuatiran.</span></h3>
<h3 style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;">Melihat
kondisi sebagian besar ponpes di masyarakat tentu menjadi menimbulakan
keprihatinan dan kekuatiran akan eksistensinya di masa yang akan datang. Sebab
masyarakat ponpes saat ini nampaknya hanya menjadi penonton yang takjub dan
kagum terhadap perkembangan sain dan teknologi serta belum mampu menjadi
produsen yang memberi manfaat bagi masyarakat dunia. Hal ini seperti yang
terjadi pada masyarakat Amerika yang F. Kennedy menjadi Presidennya tatkala
melihat Negara Uni Soviet kala itu. Kalau John F. Kennedy dengan visinya mampu
mengembalikan kepercayaan diri masyarakatnya, tentu para Kyai
pengelola/pengasuh ponpes juga harus bisa. </span></h3>
<h3 style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;">Kalau
Rasulullah Saw mampu mewujudkan masyarakat Madani yang berperadaban tinggi,
maka sebagai pewaris Nabi tentu juga menjadi suatu hal keharusan pula. Tinggal
kita mau dan berani apa tidak melakukan perubahan dan pengembangan ke arah <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">sana</st1:city></st1:place>. Mungkin di sini
Kementerian <st1:city w:st="on">Agama</st1:city> <st1:state w:st="on">RI</st1:state>
khususnya bagian pondok pesantren perlu mencanangkan Visi Besar Ponpes <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">Indonesia</st1:country-region></st1:place>
yakni <i style="mso-bidi-font-style: normal;">M<span style="background: #F7F0E9; color: black;">enjadi Sentral Pendidikan Masyarakat Internasional</span></i><span style="background: #F7F0E9; color: black;">.</span></span></h3>
<h3 style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="font-size: 12.0pt;"><o:p> </o:p></span></i></h3>
<h3 style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="font-size: 12.0pt;">Kedua tentang Misi</span></i></h3>
<h3 style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;">Sementara
misi sangat berkaitan dengan visi, memberi arahan yang jelas baik untuk masa
sekarang maupun akan datang serta membuat visi memperjelas alasan, kenapa
sebuah institusi berbeda dari institusi-institusi yang lain, harus
diterjemahkan ke dalam langkah-langkah penting yang dibutuhkan dalam
memanfaatkan peluang yang ada dalam institusi. <span style="background: #F7F0E9; color: black;">(Edward Sallis, 2010: 216). </span></span></h3>
<h3 style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Menurut
Fred R.David (2002: 82-83) pernyataan misi menjawab pertanyaan “Apa bisnis
kita?”. Dari hasil penelitian yang membandingkan pernyataan misi dari
perusahaan daftar Fortune 500 dengan prestasi baik dan perusahaan dengan prestasi
jelek sampai pada kesimpulan bahwa yang berprestasi baik mempunyai pernyataan
misi yang lebih lengkap ketimbang yang berprestasi rendah. </span></h3>
<h3 style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;">Untuk itu
para pengelola organisasi harus berhati-hati dalam mengembangkan pernyataan
misinya. Menurut Edwar Sallis (<span style="background: #F7F0E9; color: black;">2010:
217</span>), para pengelola organisasi dalam menyusun statemen misi hendaknya
mengingat beberapa poin bahwa pernyataan misi:</span></h3>
<h3 style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 54.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-list: l3 level1 lfo6; tab-stops: list 54.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;"><span style="mso-list: Ignore;">1.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;">Harus
mudah diingat</span></h3>
<h3 style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 54.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-list: l3 level1 lfo6; tab-stops: list 54.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;"><span style="mso-list: Ignore;">2.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;">Harus
mudah dikomunikasikan</span></h3>
<h3 style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 54.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-list: l3 level1 lfo6; tab-stops: list 54.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;"><span style="mso-list: Ignore;">3.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;">Harus
memperjelas sifat dasar bisnis</span></h3>
<h3 style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 54.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-list: l3 level1 lfo6; tab-stops: list 54.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;"><span style="mso-list: Ignore;">4.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;">Harus ada
komitmen terhadap peningkatan mutu</span></h3>
<h3 style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 54.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-list: l3 level1 lfo6; tab-stops: list 54.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;"><span style="mso-list: Ignore;">5.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;">Harus
berupa statemen tujuan jangka panjang dari sebuah organisasi</span></h3>
<h3 style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 54.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-list: l3 level1 lfo6; tab-stops: list 54.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;"><span style="mso-list: Ignore;">6.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;">Harus
difokuskan pada pelanggan</span></h3>
<h3 style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 54.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-list: l3 level1 lfo6; tab-stops: list 54.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;"><span style="mso-list: Ignore;">7.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;">Harus
fleksibel</span></h3>
<h3 style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on"><span style="font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;">Ada</span></st1:city></st1:place><span style="font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;"> beberapa contoh <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>statemen misi. <st1:place w:st="on"><st1:placename w:st="on">Misi</st1:placename> <st1:placename w:st="on">Hightown</st1:placename>
<st1:placetype w:st="on">School</st1:placetype></st1:place>: “<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Memberikan mutu pendidikan yang terbaik
kepada para pelajarnya</i>”. Misi Mid-County College of Arts and Teknologi: “<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Penyedia utama program-program akademik dan
kejuruan bermutu yang fleksibel bagi lulusan sekolah dan remaja-remaja di
wilayah tersebut</i>”.</span></h3>
<h3 style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;"><o:p> </o:p></span></h3>
<h3 style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="font-size: 12.0pt;">Ketiga tentang Nilai-Nilai</span></i><span style="font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;">.</span></h3>
<h3 style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;">Nilai-nilai
dari sebuah organisasi merupakan prinsip-prinsip yang menjadi dasar operasi dan
pencarian organisasi tersebut dalam mencapai visi dan misinya. Nilai-nilai
tersebut mengekspresikan kepercayaan dan cita-cita institusi. Ia harus singkat
padat, mudah diingat dan harus bisa dikomunikasikan, mengemudikan organisasi
dan memberikan arah, menyediakan tujuan yang konsisten, sesuai dengan
lingkungan yang ada, menancapkan hubungan kuat baik dengan pelanggan maupun
dengan staf. (Edwar Sallis, <span style="background: #F7F0E9; color: black;">2010:
218</span>)</span></h3>
<h3 style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;">Adapun
contoh nilai-nilai:</span></h3>
<h3 style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 54.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-list: l6 level1 lfo7; tab-stops: list 54.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;"><span style="mso-list: Ignore;">1.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;">Kita
mengutamakan para pelajar kita</span></h3>
<h3 style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 54.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-list: l6 level1 lfo7; tab-stops: list 54.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;"><span style="mso-list: Ignore;">2.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;">Kita
bekerja dengan standar integritas professional tertinggi</span></h3>
<h3 style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 54.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-list: l6 level1 lfo7; tab-stops: list 54.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;"><span style="mso-list: Ignore;">3.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;">Kita
bekerja sebaga tim</span></h3>
<h3 style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 54.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-list: l6 level1 lfo7; tab-stops: list 54.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;"><span style="mso-list: Ignore;">4.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;">Kita<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>memiliki komitmen terhadap peningkatan yang
kontinyu</span></h3>
<h3 style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 54.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-list: l6 level1 lfo7; tab-stops: list 54.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;"><span style="mso-list: Ignore;">5.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;">Kita
memberi kesempatan yang sama pada semua</span></h3>
<h3 style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 54.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-list: l6 level1 lfo7; tab-stops: list 54.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;"><span style="mso-list: Ignore;">6.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;">Kita akan
memberikan mutu pelayanan tertinggi </span></h3>
<h3 style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="font-size: 12.0pt;"><o:p> </o:p></span></i></h3>
<h3 style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="font-size: 12.0pt;">Keempat tentang Tujuan</span></i></h3>
<h3 style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="background: #F7F0E9; color: black; font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;">Setelah visi, misi dan nilai-nilai telah ditetapkan,
ketiganya harus diterjemahkan ke dalam tujuan-tujuan yang bisa tercapai. Tujuan
sering diekspresikan sebagai sasaran dan cita-cita, diekspresikan dalam metode
yang terukur sehingga hasil akhirnya dapat dievaluasi dengan menggunakan metode
tersebut. Tujuan harus realistis dan dapat dicapai.</span><span style="font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;"> (Edwar
Sallis, <span style="background: #F7F0E9; color: black;">2010: 219</span>)</span></h3>
<h3 style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 9.75pt; mso-list: l2 level1 lfo5; tab-stops: list 36.0pt; text-indent: -18.0pt;">
<span style="mso-list: Ignore;">C.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="background: #F7F0E9; color: black; font-size: 12.0pt;">Pentingnya Studi
Kelayakan</span></h3>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 36.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="background: #F7F0E9;">Menurut </span><span style="background: white;">Herry Erlangga (2007) s</span><span style="background: #F7F0E9;">tudi kelayakan usaha<span class="apple-converted-space"><span style="color: black; mso-bidi-font-weight: bold;"> </span></span><i><span style="color: black; mso-bidi-font-weight: bold;">(feasibility study of business)</span></i>adalah
suatu penelitian tentang layak tidaknya suatu usaha dilakukan dengan
menguntungkan secara terus menerus.<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"> </b></span><span class="apple-style-span"><span style="background: #E6ECF9; color: black; mso-bidi-font-weight: bold;">Studi kelayakan</span></span><span class="apple-converted-space"><span style="background: #E6ECF9; color: black;"> </span></span><span class="apple-style-span"><span style="background: #E6ECF9; color: black;">bertujuan
untuk secara objektif dan rasional mengungkap kekuatan dan kelemahan serta
peluang dan ancaman bisnis yang ada atau usaha yang diusulkan. </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 36.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span class="apple-style-span"><span style="background: #E6ECF9; color: black;">Untuk itu bagi pengelola/pengasuh ponpes tentu sangat
penting melakukan studi kelayakan ini dalam rangka untuk mengetahui kelayakan
eksistensi ponpes tersebut, lebih-lebih dalam memasuki abad millennium ketiga
ini.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span></span></span><span style="background: #F7F0E9; mso-bidi-font-style: italic;">Selanjutnya untuk
mengetahui kelayakan eksistensi ponpes di era globalisasi<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>ini maka dapat menggunakan analisis SWOT<i><span style="color: black; mso-bidi-font-weight: bold;"> (Strenght</span></i></span><span class="apple-converted-space"><span style="background: #F7F0E9; color: black; mso-bidi-font-weight: bold;"> </span></span><span style="background: #F7F0E9; color: black; mso-bidi-font-weight: bold;">/Kekuatan), (Weakness/Kelemahan),<span class="apple-converted-space"> (</span><i>Opportunity</i><span class="apple-converted-space">/</span>Peluang),<span class="apple-converted-space"> (</span><i>Threat</i><span class="apple-converted-space">/</span>Ancaman)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36.0pt; text-indent: 36.0pt;">
<span style="background: #F7F0E9; color: black;">Hasil<span class="apple-converted-space"> </span><i><span style="mso-bidi-font-weight: bold;">Feasibility Study </span></i><span style="mso-bidi-font-style: italic; mso-bidi-font-weight: bold;">(</span><span style="mso-bidi-font-weight: bold;">FS)</span><span class="apple-converted-space"> </span>pada
prinsipnya digunakan untuk antara lain :<i>:</i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54.0pt; mso-list: l4 level1 lfo1; text-indent: -18.0pt;">
<span style="color: black; font-family: Symbol; font-size: 10.0pt; mso-bidi-font-family: Symbol; mso-bidi-font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: Symbol;"><span style="mso-list: Ignore;">·<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="background: #F7F0E9; color: black;">Merintis
usaha baru;</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54.0pt; mso-list: l1 level1 lfo2; text-indent: -18.0pt;">
<span style="color: black; font-family: Symbol; font-size: 10.0pt; mso-bidi-font-family: Symbol; mso-bidi-font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: Symbol;"><span style="mso-list: Ignore;">·<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="background: #F7F0E9; color: black;">Mengembangkan
usaha yang sudah ada</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54.0pt; mso-list: l5 level1 lfo3; text-indent: -18.0pt;">
<span style="color: black; font-family: Symbol; font-size: 10.0pt; mso-bidi-font-family: Symbol; mso-bidi-font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: Symbol;"><span style="mso-list: Ignore;">·<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="background: #F7F0E9; color: black;">Memilih
jenis usaha atau investasi/proyek yang paling menguntungkan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54.0pt; text-indent: 18.0pt;">
<span style="background: #F7F0E9; color: black; mso-bidi-font-weight: bold;">Adapun pihak
yang memerlukan FS di antaranya:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54.0pt; mso-list: l0 level1 lfo4; text-indent: -18.0pt;">
<span style="color: black; font-family: Symbol; font-size: 10.0pt; mso-bidi-font-family: Symbol; mso-bidi-font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: Symbol;"><span style="mso-list: Ignore;">·<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="background: #F7F0E9; color: black;">Pihak
wirausaha<span class="apple-converted-space"> </span>(pemilik perusahaan )</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54.0pt; mso-list: l0 level1 lfo4; text-indent: -18.0pt;">
<span style="color: black; font-family: Symbol; font-size: 10.0pt; mso-bidi-font-family: Symbol; mso-bidi-font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: Symbol;"><span style="mso-list: Ignore;">·<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="background: #F7F0E9; color: black;">Pihak
investor dan penyandang dana;</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54.0pt; mso-list: l0 level1 lfo4; text-indent: -18.0pt;">
<span style="color: #634320; font-family: Symbol; font-size: 10.0pt; mso-bidi-font-family: Symbol; mso-bidi-font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: Symbol;"><span style="mso-list: Ignore;">·<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="background: #F7F0E9; color: black;">Pihak
masyarakat dan pemerintah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 36.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="background: #F7F0E9; color: black;">Menurut
Edwar Sallis </span><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">(</b><span style="background: #F7F0E9; color: black;">2010: 221-222), analisis SWOT sejatinya
merupakan alat yang umum digunakan dalam perencanaan strategis dan merupakan
alat yang efektif dalam menempatkan potensi institusi. SWOT dapat dibagi ke
dalam dua elemen yakni analisis internal yang berkonsentrasi pada prestasi
institusi itu sendiri dan analisis lingkungan. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 36.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="background: #F7F0E9; color: black;">Uji
kekuatan dan kelemahan pada dasarnya merupakan audit internal tentang seberapa
efektif performa institusi. Sementara peluang dan ancaman berkonsentrasi pada konteks
eksternal atau lingkungan. Untuk itu pentingnya pengujian ini (SWOT) adalah
untuk memaksimalkan kekuatan, meminimalkan kelemahan, mereduksi ancaman dan
membangun peluang.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 36.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="background: #F7F0E9; color: black;">Kebutuhan
pelanggan dan konteks kompetitif tempat institusi beroperasi sesungguhnya
merupakan dua variable kunci dalam membangun atau mengembangkan strategi jangka
panjang institusi. Strategi ini harus dikembangkan dengan berbagai metode yang
dapat memungkinkan institusi/ponpes mampu mempertahankan diri dalam menghadapi
kompetisi serta mampu memaksimalkan daya tariknya bagi para pelanggan, pengguna
jasa, <i style="mso-bidi-font-style: normal;">stakeholder</i>. Jika pengujian
tersebut dipadukan dengan pengujian misi dan nilai, maka akan ditemukan sebuah
identitas institusi/ponpes atau karakteristik mutu yang berbeda dari para pesaingnya.</span></div>
<h3 style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 9.75pt; mso-list: l2 level1 lfo5; tab-stops: list 36.0pt; text-indent: -18.0pt;">
<span style="mso-list: Ignore;">D.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="background: #F7F0E9;">Draf/Instrumen Melakukan Studi Kelayakan Ponpes</span></h3>
<h3 style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 34.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm;">
<span style="background: #F7F0E9; font-size: 10.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-weight: bold;"><o:p> </o:p></span></h3>
<h3 style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 54.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-list: l2 level2 lfo5; text-indent: -19.45pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;"><span style="mso-list: Ignore;">1.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="background: #F7F0E9; font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;">Buat visi, misi, nilai-nilai dan
tujuan</span></h3>
<h3 style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 54.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-list: l2 level2 lfo5; text-indent: -19.45pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;"><span style="mso-list: Ignore;">2.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="background: #F7F0E9; font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;">Deskripsikan kondisi objek ponpes</span></h3>
<h3 style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 54.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-list: l2 level2 lfo5; text-indent: -19.45pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;"><span style="mso-list: Ignore;">3.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="background: #F7F0E9; font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;">Buat analisis SWOT yang
menyangkut kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman terhadap ponpes. Dalam
menyusun analisi ini, perlu mempertimbangkan: Dinamika dan perubahan
masyarakat, Perkembangan iptek, Kebutuhan pemerintah, masyarakat daerah,
propinsi, nasional, internasional, Kerja sama yang sudah terjalin, baik dari
dalam atau luar negeri.</span></h3>
<h3 style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 54.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-list: l2 level2 lfo5; text-indent: -19.45pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;"><span style="mso-list: Ignore;">4.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="background: #F7F0E9; font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;">Melakukan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">need assesment</i> yaitu upaya mendapatkan informasi bahwa ponpes yang
ada sesuai dengan kebutuhan atau harapan calon santri (peserta didik),
masyarakat (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">stakeholder</i>). Instrumen
untuk melakukan pengukuran berupa: Survey atas minat santri/siswa,
masyarakat/lembaga lain terhadap ponpes</span></h3>
<h3 style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 54.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-list: l2 level2 lfo5; text-indent: -19.45pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;"><span style="mso-list: Ignore;">5.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="background: #F7F0E9; font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;">Melakukan analisis proyeksi (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">trend projection</i>) yakni melihat
kecenderungan yang dibutuhkan masyarakat global dalam dunia pendidikan.</span></h3>
<h3 style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 54.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-list: l2 level2 lfo5; text-indent: -19.45pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;"><span style="mso-list: Ignore;">6.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="background: #F7F0E9; font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;">Melakukan teknik delphi yaitu
mencari informasi ke agen tertentu tentang persebaran peserta didik/anak-anak
banyak berada di institusi pendidikan/ponpes mana. Hal ini bisa ditanyakan
kepada kepala sekolah, para orang tua dan yang lain.</span></h3>
<h3 style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 54.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-list: l2 level2 lfo5; text-indent: -19.45pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;"><span style="mso-list: Ignore;">7.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="background: #F7F0E9; font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;">Melakukan analisis <i style="mso-bidi-font-style: normal;">job market</i> yakni analisis terhadap
kemanfaatan dan keunggulan pendidikan yang diberikan kepada peserta didik
sehingga output/outcome <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">lima</st1:place></st1:city>
tahun kedepan dapat diterima dan dibutuhkan pasar (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">marketable</i>). Untuk itu dalam melakukan analisis ini perlu
diperhatikan: Perkembangan ponpes-ponpes yang ada di era globalisasi,
perkembangan pasar/masyarakat globalisasi akan kebutuhan alumni ponpes.</span></h3>
<h3 style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 54.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-list: l2 level2 lfo5; text-indent: -19.45pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;"><span style="mso-list: Ignore;">8.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="background: #F7F0E9; font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;">Melakukan analisis <i style="mso-bidi-font-style: normal;">market share</i> yaitu strategi membagi
peluang kerja dari lulusan yang akan dihasilkan beberapa ponpes yang sama.
Sehingga tidak terjadi persaingan yang tidak sehat. Untuk itu perlu ada
konsorsium sehingga market share bisa dibicarakan.</span></h3>
<h3 style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 54.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-list: l2 level2 lfo5; text-indent: -19.45pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;"><span style="mso-list: Ignore;">9.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="background: #F7F0E9; font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;">Melakukan analisis tentang
kualifikasi SDM, tenaga kependidikan, kurikulum, sarana dan prasarana,
pendanaan, potensi dan pelung kerja sama yang bisa dibangun baik berskala local
hingga internasional.</span></h3>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 36.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 261.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 261.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 261.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 189.0pt;">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="color: black;">* Penulis:</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 198.0pt;">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="color: black;">Dosen Fakultas Tarbiyah & Pascasarjana
IAIN Sunan Ampel <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Surabaya</st1:place></st1:city></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 198.0pt;">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="color: black;">Direktur Program Pascasarja STAI Al-Khoziny
Buduran Sidoarjo</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 198.0pt;">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="color: black;">Direktur Ponpes Mahasiswa Jagad Alimussirry <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Surabaya</st1:place></st1:city></span></i></div>
<br /></div>
Dr. KH. Djoko Hartono, S.Ag, M.Ag, M.Mhttp://www.blogger.com/profile/14742899674845229309noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1362725909558231320.post-45812314930300234142013-01-22T22:59:00.000-08:002013-01-22T22:59:15.066-08:00Pilar Kebangkitan Umat Oleh : Dr. Djoko Hartono, S.Ag, M.Ag, MM <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Beberapa tahun yang silam, mantan pengurus PBNU KH.
Dr. Hasyim Muzadi pernah berdialog dan menginformasikan pernah bertemu dengan
pemimpin spiritual di Vatikan Paus Paulus. Pak Paus ini menanyakan kabar umat
Islam di Indonesia. Dengan diplomatis maka Kyai menjawab, oh..baik dan kalau
ingin melihat kondisi umat Islam Indonesia maka Pak Paus silahkan datang dan
melihat pada saat shalat Idul Fitri dan Idul Adha. Apa yang dikatakan Pak Kyai
ini sesungguhnya ingin menjunjukkan segi kuantitas umat Islam di negeri kita.
Namun bila kita ingin mengetahui kualitasnya jawabannya tentu lain dan kita
bisa melihat gambarannya ketika shalat shubuh berjama’ah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Sepanjang
yang saya ketahui baik di masjid besar, sedang, kecil, mushalla, langgar, yang
namanya jama’ah shalat shubuh paling banyak hanya dua shaf bahkan terkadang
satu shaf saja tidak penuh. Inilah sesungguhnya gambaran kondisi jumlah
kualitas umat Islam di Indonesia. Untuk itu jangan salahkan kalau umat Islam
selalu dimarginalkan, ditindas, terbelakang, tidak bisa menjadi tuan di negeri
sendiri. Hal ini karena umat ini perlu terus berbenah diri meningkatkan
kualitasnya agar ke depan umat Islam di Indonesia benar-benar memiliki <i>full
power</i> menjadi masyarakat yang mandiri, berdikari, yang memiliki peradaban
tinggi serta menjadi pemimpin di antara negara-negara kecil atau besar di
dunia.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Ada
tiga pilar sedikitnya yang harus ditegakkan agar umat Islam ini bangkit dari
keterpurukan yang ada selama ini yakni dengan mengkualitaskan spiritualitas,
ilmu dan persatuan kesatuan di antara sesama muslim. Bercermin pada negara Cina
dan Jepang sebagai negara tetangga Indonesia, kedua negara tersebut menjadi
negara yang diperhitungkan oleh negara-negara Barat. Kehebatan dan kebesaran
dua negara tersebut di sebut-sebut karena memiliki ajaran spiritual yang
menyebabnya masyarakatnya bangkit dan memiliki etos kerja yang sangat tinggi. </span><span lang="IT" style="mso-ansi-language: IT;">Di Cina ada ajaran Taoisme dan di Jepang
ada Budhisme Zen. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IT" style="mso-ansi-language: IT;">Kalau Cina dan Jepang saja dengan
ajaran spiritual yang dimiliki itu mampu mempengaruhi masyarakatnya untuk bangkit
bersaing dan menjadi disegani negara-negara di dunia, seharusnya umat Islam
lebih dari itu. Hal ini karena umat Islam ini mempunyai ajaran spiritual jauh
lebih hebat yang dibawa oleh rasulullah Muhammad Saw. Michail A. Heart dalam
buku yang ditulisnya tentang seratus tokoh hebat di dunia, Nabi Muhammad ternyata
ditetapkan sebagai tokoh yang paling hemat nomor wahid mengungguli Nabi Isa dan
para ilmuan di dunia seperti Plato, Newton, Enstin, dan lainnya. Kehebatan dan
kesuksesan beliau dalam kepemimpinan, berkarya, mewujudkan revolusi, reformasi,
inovasi dan masyarakat madani berperadaban tinggi yang sampai saat ini
pengaruhnya dirasakan seluruh masyarakat dunia, sesungguhnya tidak lepas dari dimensi
spiritual yang ada dalam diri beliau.</span><span lang="IT" style="font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IT;"> </span><span lang="IT" style="mso-ansi-language: IT;">Muhammad Saw meraih hasil luar<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>biasa itu melalui sebab yang<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>tidak<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>bisa lepas dari keberadaan dan praktek spiritualitas. (John Clark Archer
B.D: 2007).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IT" style="mso-ansi-language: IT;">Kalaulah umat ini benar-benar
spiritualis sejati, maka ia akan menjadi dekat dengan Tuhannya. </span><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Kedekatan dengan Allah ini menyebabkan dalam
dirinya mengalir Nur Allah (energi-Nya). Energi ini akan menggerakkan umat
menjadi bangkit dan beraktivitas positif serta terus berkarya (Ronda Byrne: 2008).
Namun bila umat ini telah melakukan spiritualitas tetapi justru dirinya tetap
menjadi terbelakang tanpa ada perubahan yang berarti maka spiritualitas yang
dilakukannya tentu ada yang salah, masih bersifat ritualitas belaka dan belum
menyentuh esensi dari ibadahnya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Selanjutnya kalau kita masih
mau bercermin dari dua negaara Cina dan Jepang, ternyata kedua negara tersebut
menjadi hebat dan terung bangkit dari keterpurukan karena keduanya sangat
konsisten terhadap kualitas keilmuan. Hal ini sampai Nabi Saw sendiri berseru
agar umat Islam tak segan-segan menuntut ilmu walaupun sampai ke negeri Cina.
Kita mungkin bisa juga melihat bagaimana dalam hal perhatian Jepang terhadap
keilmuan. Berangkat dari perhatian terhadap kualitas keilmuan ini Jepang hanya
dalam waktu tiga puluh tahun kembali bangkit dari keterpurukan dan
diperhitungkan negara-negara di dunia. Pada tahun 1945 setelah negara ini
dibombardir Sekutu, maka Perdana Menteri Jepang berteriak keras, yang dicari
justru bukan tentaranya yang masih hidup berapa tetapi para gurunya atau orang
yang berilmu. Namu sebaliknya Indonesia yang baru merdeka dari keterpurukan
pada tahun yang sama hingga saat ini ternyata masih sangat jauh tertinggal
dengan Jepang.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Pilar yang ketiga yang harus
ditegakkan umat ini agar bangkit dari keterpurukan, yakni dengan membangun <i>muslim
human relation</i>. Persoalan ini sangat penting sekali karena kalau tidak umat
ini akan terus carut marut, terus berseteru dan tidak bisa menghargai antara
satu dan yang lainnya, merasa paling benar dan hebat sehingga yang terjadi
perpecahan, dan menyebabkan lemah, mudah tertindas, dan termarjinalkan. Untuk
mengakhiri urain ini tidak ada salahnya kalau kita merenungkan dan mengambil
spirit dari firman Allah, </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 18.0pt;">
<span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Artinhya:”...Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman (spiritualis) di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. </span><span lang="FI" style="mso-ansi-language: FI;">Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
(Qs. al-Mujaadilah (58): 11).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 18.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 18.0pt;">
<span lang="FI" style="mso-ansi-language: FI;">Artinya:”Dan berpeganglah
kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai,
...” (Qs. Ali Imran (3): 103)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 18.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 18.0pt;">
<span lang="FI" style="mso-ansi-language: FI;">Artinya: ”Dan janganlah kamu
menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang
keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat
siksa yang berat’. (Qs. Ali Imran (3): 105)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 18.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="FI" style="mso-ansi-language: FI;">Bertitik tolak dari keterangan
ini maka sudah saatnya umat Islam untuk saat ini membangun tiga pilar dalam
kehidupannya baik sebagai makhluk individu, sosial, religius ataupun berbangsa
dan bernegara Indonesia. Kita tidak cukup hanya membanggakan kuantitas umat
ini, jauh dari itu dan tak kalah pentingnya umat ini harus terus menjaga dan
meningkatkan kualitasnya baik kualitas akan keimanan (spiritul)-nya,
keilmuannya (pendidikan) dan persatuan kesatuannya. Saat ini, esok dan yang
akan datang umat ini harus terus bangkit menuju masyarakat madani, berperadaban
tinggi, adil makmur, sejahtera, <i>toto tentrem kerto raharjo. Baldatun
thoyyibatun wa robbun ghofur</i>. Amim.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 225.0pt; text-align: justify;">
<span lang="FI" style="font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: FI;">Penulis: Dr. Djoko Hartono, S.Ag, M.Ag, MM</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 225.0pt; text-align: justify;">
<span lang="FI" style="font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: FI;">Dosen STAI Al-Khoziny Sidoarjo</span></div>
<br /></div>
Dr. KH. Djoko Hartono, S.Ag, M.Ag, M.Mhttp://www.blogger.com/profile/14742899674845229309noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1362725909558231320.post-86368896152449547002013-01-22T22:55:00.002-08:002013-01-22T22:56:04.748-08:00Kepemimpinan Sukses Berbasis Spiritualitas (Dr. KH. Djoko Hartono, S.Ag, M.Ag, M.M)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 54.0pt;">
<span lang="FI" style="mso-ansi-language: FI;">Persoalan yang menyangkut
spiritualitas, sesungguhnya dapat dijumpai dalam semua agama, tak terkecuali
dalam Islam. Sedang pada penganut agama selain Islam secara empirik dalam
penelitian tesis terbukti mereka juga melakukannya. (Djoko Hartono: 2004). Spiritualitas
ini ternyata tidak saja dilakukan di lingkungan organisasi/perusahaan
manufaktur Wibisono (2002), dalam perusahaan jasa seperti di lembaga pendidikan
upaya melakukan spiritualitas ternyata menjadi paradigma yang dikembangkan oleh
pemimpin organisasi tersebut baik mereka yang beragama Islam ataupun selain
Islam. Kenyataan ini menjadi temuan yang dilakukan penulis ketika melakukan
penelitian tesis untuk studi S2. Namun penelitian disertasi yang dilakukan
Wibisono tersebut berkaitan dengan spiritualitas Islam dan pengaruhnya terhadap
kinerja para karyawan sedang pada penelitian tesis penulis berkaitan dengan
spiritualitas secara umum (tidak hanya Islam), pengaruhnya terhadap keberhasilan
kepemimpinan kepala sekolah. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="FI" style="mso-ansi-language: FI;">Ada tiga paradigma yang
berbeda dari kedua penelitian tersebut yakni variabel penelitian dan objek
serta hasil temuannya. Apa yang dilakukan Wibisono variabel independennya
spiritualitas Islam dan variabel dependennya kinerja karyawan serta objeknya
perusahaan manufaktur. Adapun pada tesis penulis variabel independennya
spiritualitas secara umum (tidak hanya Islam), variabel dependennya para kepala
sekolah dan objeknya institusi pendidikan umum. Untuk temuan Wibisono, motivasi
spiritual (doa, salat lima waktu dan puasa ramadan) berpengaruh negatif
terhadap kinerja karyawan sedang dalam temuan dalam tesis penulis waktu itu
motivasi spiritual (umum) berpengaruh signifikan</span><span lang="FI" style="font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: FI;"> </span><span lang="FI" style="mso-ansi-language: FI;">terhadap keberhasilan kepemimpinan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="FI" style="mso-ansi-language: FI;">Bertitik tolak dari keduanya
penulis melakukan penelitian disertasi yang berbeda dari penelitian sebelumnya
seperti di atas. Meskipun variabel independennya sama-sama spiritualitas namun
memiliki perbedaan yakni spritualitas Islam yang menyangkut salat tahajud,
salat duha, salat hajat, puasa Senin Kamis dan variabel dependennya
keberhasilan kepemimpinan dengan objek para kepala SMP Islam favorit di
Surabaya yang berjumlah tiga puluh orang. Adapun penetapan favorit ini peneliti
dasarkan pada banyaknya jumlah siswa minimal 250 siswa ke atas. Hal ini sesuai
teori yang dikemukakan</span><span lang="FI" style="font-size: 8.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: FI;"> </span><span lang="FI" style="mso-ansi-language: FI;">Aan
Komariah dan Cepi Triatna (2008:29) bahwa sekolah yang dicari, tidak pernah
sepi pengunjung, tidak kehilangan pelanggan bisa dikata sebagai sekolah
favorit. Untuk variabel dependen, indikator keberhasilan kepemimpinan itu
terdiri dua hal yakni</span><i><span lang="FI" style="font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: FI;"> </span></i><span lang="FI" style="mso-ansi-language: FI;">pertama, apa yang telah dicapai oleh organisasi (o<i>rganizational<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>achievement</i>) dan kedua, pembinaan
terhadap organisasi (o<i>rganizational maintenance</i>) (Abdul Azis Wahab:
2008). Pada o<i>rganizational<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>achievement </i>menyangkut: Produksi sekolah (jumlah siswa) meningkat,
Produk berkualitas (siswa lulus ujian nasional)<i>, </i>Keuntungan dana
meningkat<i>,</i> Program inovatif terwujud sedang pada o<i>rganizational
maintenance</i> menyangkut: Bawahan puas (tidak protes dengan gaji/honor), Bawahan
termotivasi (melakukan kebijakan yang ada), Bawahan semangat bekerja (disiplin
waktu).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="FI" style="mso-ansi-language: FI;">Ada tiga Profesor yang menjadi
promotor/pembimbing dalam penelitian ini, yakni Prof. Dr. H. M. Sholeh, M.Pd.
(pakar tahajud), PNI, <span style="color: black;">Prof. Dr. H. Ali Haidar, M.A.
(pakar fiqih politik Islam) dan Prof. Dr. Moeheriono, M.Si (pakar manajemen
sumberdaya manusia).</span> Penelitian ini diarahkan pada suatu tujuan untuk
mengetahui spiritualitas yang menyangkut<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>salat tahajud, duha, hajat, dan puasa Senin Kamis, dan keberhasilan kepemimpinan
para kepala SMP Islam favorit di Surabaya saat ini serta besarnya pengaruh
spiritualitas terhadap keberhasilan kepemimpinan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="FI" style="mso-ansi-language: FI;">Adapun temuan-temuan dalam
penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><i><span lang="FI" style="mso-ansi-language: FI;">Pertama,</span></i></b><span lang="FI" style="mso-ansi-language: FI;"> para
kepala SMP Islam favorit di Surabaya ternyata melakukan upaya spiritualitas.
Hal itu terbukti dengan adanya perbedaan intensitas spiritualitas Islam antara
sebelum dengan ketika menjadi kepala sekolah. Ketika menjabat, spiritualitas
kepala SMP Islam favorit di Surabaya lebih baik daripada sebelum menjabat. Hal
ini terbukti, dari 30 kepala sekolah sebelum menjabat kebanyakan mereka telah
melakukan spiritualitas (salat tahajud, dan puasa Senin Kamis) pada intensitas
sering dan (salat duha dan salat hajat) pada intensitas sebagian sering, sebagian
kadang-kadang. Namun ketika menjabat pada semua spiritualitas (salat tahajud,
salat duha, salat hajat dan puasa Senin Kamis) yang dilakukannya, kebanyakan
responden melakukan pada intensitas sering. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<span lang="FI" style="mso-ansi-language: FI;">Ketika menjabat sebagai kepala sekolah, dalam melakukan upaya spiritualitas
ini dari 30 respoden yang ada, ternyata ada 25% yang meningkatkan
intensitasnya, dan ada pula yang melakukan spiritualitas dengan istiqamah,
mereka ada 63% dan hanya ada 12% yang mengalami penurunan intensitas. Mereka
yang melakukan peningkatan intensitas karena memiliki motivasi ingin lebih
mendekatkan diri kepada Allah dan agar senantiasa menerima bantuan dan
pertolongan dari Allah. Mereka yang melakukan dengan istiqamah karena beribadah
dengan istiqamah merupakan perintah agama dan dengannya Allah memberi bimbingan
dalam menjalankan kepemimpinan sehingga meraih kesuksesan. Sedangkan mereka
yang mengalami penurunan intensitas spiritualitas disebabkan karena telah
merasa mendapatkan yang diharapkan, capek dan lelah akibat banyaknya pekerjaan
dan tanggung jawab keseharian sebagai kepala sekolah sehingga mereka sering
meninggalkan spiritualitas yang sebelumnya dilakukan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<span lang="FI" style="mso-ansi-language: FI;">Dalam melakukan spiritualitas di atas, para kepala SMP Islam favorit di
Surabaya kebanyakan (53%) karena<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>mencari
rida Allah dan sisinya (47%) melakukannya selain karena Allah juga berharap
kesuksesan. Mereka yang melakukan hanya mencari rida Allah karena merupakan
dorongan dari dalam diri untuk memenuhi kebutuhan agar bisa lebih dekat,
memperoleh hubungan langsung, berkomunikasi serta berdialog dengan Allah.
Sedang mereka yang melakukan karena Allah dan juga berharap sukses disebabkan </span><span lang="ES" style="mso-ansi-language: ES;">mengharap sesuatu kepada Allah merupakan
perintah Allah sendiri sehingga Allah memenuhi kebutuhan dan cita-citanya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><i><span lang="FI" style="mso-ansi-language: FI;">Kedua, s</span></i></b><span lang="FI" style="mso-ansi-language: FI;">ecara empirik
dari hasil penelitian ini ditemukan, ternyata di SMP Islam favorit Surabaya
jumlah siswanya mengalami peningkatan (ada 23 sekolah) 76,7%, para siswanya
lulus dalam ujian nasional baik lulus langsung atau harus melalui ujian ulang
(ada 25 sekolah / 83,3%), keuntungan dana mengalami peningkatan (ada 23 sekolah
/ 76,7%), kebanyakan program-program inovasinya terwujud (ada 25 sekolah / 83,3%),
dan semua bawahan puas dengan gaji (ada 23 sekolah / 76,7%), kebanyakan bawahan
tidak protes dengan kebijakan yang dibuat (ada 18 sekolah / 60%), kebanyakan
bawahan datang sebelum jam kerja dimulai dan pulang setelah tanggung jawab
harian selesai (ada 17 sekolah / 56,7%). </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="FI" style="mso-ansi-language: FI;">Ini merupakan petunjuk bahwa
para Kepala SMP Islam favorit yang ada sesungguhnya berhasil baik dalam
menjalankan kepemimpinannya. Adapun keberhasilan kepemimpinan yang lebih besar
terletak pada apa yang diperoleh dari organisasi (o<i>rganizational achievement</i>)
daripada o<i>rganizational maintenance.</i> Hal ini terbukti kebanyakan
responden menjawab empat indikator milik o<i>rganizational<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>achievement</i> pada poin (b). Sedang pada o<i>rganizational
maintenance</i> yang memiliki tiga indikator kebanyakan responden hanya
menjawab dua indikator saja pada poin (b). </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><i><span lang="FI" style="mso-ansi-language: FI;">Ketiga, </span></i></b><span lang="FI" style="mso-ansi-language: FI;">spiritualitas
yang dilakukan para kepala SMP Islam favorit Surabaya ternyata berpengaruh
positif terhadap keberhasilan kepemimpinan. </span><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Mereka yang melakukan spiritualitas dengan
istiqamah dan terus meningkatkan intensitasnya secara empirik ternyata lebih
berhasil dalam kepemimpinan, daripada yang mengalami penurunan intensitas.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Hal ini sangat beralasan
karena dengan istiqamah dan terus meningkatkan intensitas dalam melakukan
spiritualitas, mereka menjadi lebih dekat dengan Allah. Kedekatan dengan Allah
ini membuat mereka senantiasa merasakan ketenangan hati dan kejernihan dalam
berpikir. Keadaan personal yang kondusif ini membuat mereka ketika bertutur
kata menjadi mantap, berbobot, ketika beraktivitas menjadi terarah dan penuh
keoptimisan, serta memunculkan sikap perilaku yang menyenangkan semua pihak.
Sehingga para bawahan tidak terasa terpengaruh untuk bersama-sama bergerak dan
beraktivitas mewujudkan keberhasilan organisasi yang dipimpin.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Demikian pula para kepala
sekolah yang dalam melaksanakan spiritualitas di samping mencari rida Allah
juga berharap sukses, ternyata mengalami keberhasilan kepemimpinan lebih baik
dari pada yang melakukan dengan hanya mencari rido Allah saja. Hal ini sangat
beralasan, karena mereka yang melakukan spiritualitas di samping mencari rida
Allah, juga berharap sukses ini, ternyata memiliki nilai tambah (<i>plus</i>).
Nilai tambahnya yakni meraka juga melakukan perintah Allah untuk berdo’a dan
berharap kepada-Nya. Harapan dan do’anya ini tentu akan diwujudkan Allah sesuai
dengan janji-Nya. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Harapan dan do’a ini
menimbulkan sikap optimis dan motivasi dalam diri. Sehingga dari sini maka bisa
dilihat bahwa mereka yang berharap kepada Allah tampak lebih optimis dan
memiliki motivasi lebih besar daripada yang tidak berharap. Keoptimisan dan
motivasi yang lebih besar ini menjadi sebab mereka bangkit dan tergerak
melangkah dengan mantap, terarah untuk meraih serta mewujudkan kesuksesan
kepemimpinannya. Inilah cara Allah mewujudkan harapan dan do’a mereka seperti
yang dijanjikan kepada hamba-Nya jika berharap dan berdo’a kepada-Nya. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Selanjutnya diketahui pula
setelah diuji dengan teknik analisis chi kuadrat dan<span style="color: black;">
nilai koefisien kontingensi yang ada dibandingkan dengan C maks dengan program
SPSS 15.0.</span>maka spiritualitas (salat tahajud, salat duha, salat hajat,
puasa Senin Kamis) ternyata berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan
kepemimpinan dengan <span style="color: black;">keeratan pengaruhnya rata-rata
sebesar 72,73%.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Selain itu alasan diterimanya
hipotesis itu adalah jika dilihat dari 4 spiritualitas masing-masing harus
mempengaruhi 7 indikator keberhasilan kepemimpinan maka spiritualitas harus
mempengaruhi 28 indikator yang ada, sedang dari 28 indikator yang harus
dipengaruhi, ternyata yang tidak berpengaruh hanya ada 5 (17,9%) indikator saja
dan sisinya ada 23 (82,1%) indikator yang dapat dipengaruhi spiritualitas.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Untuk itu hipotesis yang
berbunyi bahwa spiritualitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
keberhasilan kepemimpinan para kepala SMP Islam favorit di Surabaya diterima,
kecuali pada beberapa indikator keberhasilan kepemimpinan, salat duha, salat
hajat, dan puasa Senin Kamis pengaruhnya terhadap kepuasan gaji yang diterima
para bawahan rendah (tidak berpengaruh) dan salat duha pengaruhnya terhadap
kebijakan yang diterima bawahan rendah (tidak berpengaruh), salat hajat
pengaruhnya terhadap disiplin kerja juga rendah (tidak berpengaruh). </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Rendahnya (tidak adanya)
pengaruh tersebut karena ada faktor lain yang mempengaruhinya yakni eksternal.
Faktor eksternal ini di antaranya kebijakan yayasan/pemerintah bagi PNS DPK
dalam menetapkan gaji dan yayasan telah menempatkan para guru, karyawan pada
sekolah tersebut sesuai dengan kebutuhan, dan tingkat kompetensinya. Faktor
eksternal ini, disebut variabel pengganggu (<i>distorter variable</i>). Hal ini
karena keberadaannya dapat menyebabkan pengaruh variabel independen terhadap
sebagian indikator keberhasilan kepemimpinan di atas menjadi mengecil. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Adapun faktor internal yang
turut mempengaruhi rendahnya pengaruh di atas yakni tingkat emosional,
kekhusyukan, keikhlasan, keistiqamahan, atau peningkatan dan pengharapan sukses
para kepala sekolah ketika melakukan spiritualitas. Faktor internal ini
sesungguhnya menjadi variabel antara (<i>intervening variable</i>). Hal ini
karena apabila variabel tersebut dimasukkan, hubungan statistik yang semula
nampak antara dua variabel menjadi lemah atau bahkan lenyap. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="SV" style="color: black; mso-ansi-language: SV;">Implikasi Teoritik</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="color: black; mso-ansi-language: SV;">Hasil temuan dalam
penelitian ini jika dikaitkan dengan teori dan temuan sebelumnya maka
mengandung implikasi mendukung, mengembangkan dan menolak</span><span lang="SV" style="font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: SV;"> </span><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">bahkan menjadi temuan baru khususnya dalam
hal spiritualitas Islam dan kepemimpinan di institusi pendidkan Islam.<span style="color: black;"> Dengan ditemukan bahwa spiritualitas (salat tahajud, duha,
hajat dan puasa Senin Kamis) berpengaruh secara signifikan terhadap
keberhasilan kepemimpinan maka mengandung implikasi sebagai berikut.</span> </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Hasil penelitian ini mendukung
teorinya Gay Hendricks dan Kate Goodeman (2001) yang mengatakan bahwa pada
pasar global nanti akan ditemukan orang-orang suci, mistikus atau sufi di dalam
perusahaan-perusahaan besar atau organisasi-organisasi modern bukan hanya di
tempat-tempat ibadah saja. Mendukung teorinya Paul Stange pakar mistisisme dari
Murdoch University Australia yang mengatakan, bahwa “unsur spiritual
benar-benar mewarnai kesuksesan para pemimpin Indonesia dalam menjalankan
kekuasaannya.”<span class="MsoFootnoteReference"> </span></span>Temuan ini juga
mendukung teori William James (2003), seorang pakar mistisisme yang mengatakan
bahwa: “…pengalaman spiritual merupakan satu-satunya gerbang menuju kehidupan
yang lebih bahagia.” Sedang bagi para kepala sekolah akan menjadi bahagia jika
berhasil dalam kepimimpinannya.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Ruslan Abdulgani seperti yang dikutib Nanang Fattah (2004), juga
mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kesuksesan dalam proses
kepemimpinan yakni mempunyai kelebihan dalam hal menggunakan pikiran, rohani
(spiritualitas), jasmani. Simuh (2003) mengemukakan bahwa tidak hanya rakyat
kecil dan masyarakat pedesaan saja, mereka yang hidup di metropolis, bisnismen
bahkan pejabat seringkali melakukan upaya spiritualitas. <span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Misalnya ketika pemilihan lurah, bupati/walikota,
gubernur, bahkan presiden hingga ketika memimpin dan menduduki jabatan mereka
tidak bisa lepas dari upaya ini demi kesuksesan pekerjaannya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="FI" style="mso-ansi-language: FI;">Temuan dalam penelitian ini
juga mengembangkan temuan-temuan lain yang telah ada, seperti temuan: Moh.
Sholeh (2000) dari sisi medis bahwa salat tahajud ternyata berpengaruh terhadap
peningkatan respons ketahanan tubuh imunologik.<span class="MsoFootnoteReference"> </span>Wibisono (2002) membuktikan dari hasil
penelitiannya bahwa motivasi spiritual (aqidah dan muamalat) berpengaruh
positif terhadap kinerja karyawan.<span class="MsoFootnoteReference"> </span>Muafi
(2003) membuktikan bahwa motivasi spiritualitas (aqidah, ibadah, muamalah)
berpengaruh positif terhadap kinerja.<span class="MsoFootnoteReference"> </span>Tobroni
(2005) dari hasil penelitiannya menemukan, bahwa kepemimpinan spiritual dapat
menciptakan <i>noble industry</i> yang efektif, yakni budaya organisasi yang
kondusif, proses organisasi yang efektif dan inovasi-inovasi dalam organisasi.
Kepemimpinan spiritual terbukti dapat mengembangkan organisasi. Fred. R. David (2002)
dari sisi manajemen mengemukakan bahwa para spiritualis yang mempunyai
pengalaman yang bersifat metafisik, akan memiliki kekuatan yang lembut untuk
menggerakkan aktivitas menuju kesuksesan. Popper dari sisi filsafat seperti
yang dikutib Berten (2003) mengemukakan bahwa “pengalaman spiritualitas yang
bersifat metafisika bukan saja dapat bermakna, tetapi dapat benar juga,
walaupun baru menjadi ilmiah kalau sudah teruji dan dites (<i>falsifiabilitas</i>).
Temuan dalam penelitian ini setelah diuji dengan metode ilmiah maka ternyata
spiritualitas berpengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan yang kebenarannya
bisa dipertanggungjawabkan. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="FI" style="mso-ansi-language: FI;">Temuan dalam penelitian ini
juga menolak temuan dan teori yang dikemukakan oleh<span class="MsoFootnoteReference"> </span>Wibisono (2002), walaupun tidak berkaitan
dengan kepemimpinan hasil temuannya secara realita empirik menyatakan bahwa
motivasi spiritual ternyata berpengaruh negatif terhadap kinerja karyawan. Ini
memiliki implikasi, apabila motivasi spiritual (salat lima waktu, puasa
ramadan) karyawan meningkat, maka kinerja mereka akan menurun. Penolakan
terhadap temuan Wibisono ini karena spiritualitas berpengaruh positif pada
keberhasilan kepemimpinan yang ada. Sedang Wibisono, motivasi spiritual
ternyata berpengaruh negatif tetapi pada kinerja karyawan dan bukan pada
kepemimpinan. C. Stephen Evans (1982), juga menyatakan bahwa pengalaman
spiritualitas ini kurang bisa diuji secara publik/intersubjektif. Penolakan
terhadap teori ini karena spiritualitas ternyata dapat diuji secara publik yang
hasilnya berpengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan. Simuh (2003) yang
menyatakan bahwa spiritualitas keberadaannya akan menjadi penghambat kemajuan
dan menimbulkan kemunduran selama berabad-abad. Namun dari hasil penelitian ini
bukan menimbulkan kemunduran tapi justru kemajuan karena membawa kepemimpinan
menjadi sukses.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 297.0pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 297.0pt; text-align: justify;">
<span lang="FI" style="font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: FI;">Penulis: Dr. Djoko
Hartono, S.Ag, M.Ag, M.M</span></div>
<br /></div>
Dr. KH. Djoko Hartono, S.Ag, M.Ag, M.Mhttp://www.blogger.com/profile/14742899674845229309noreply@blogger.com0